Inspiring

KH Mas Mansur, Ulama Muhammadiyah, Pejuang Kemerdekaan yang Gigih

3 Mins read

Riwayat Hidup KH Mas Mansur

KH Mas Mansur. Namanya dicatat sebagai ulama besar yang memiliki sumbangsih besar bagi bangsanya. Mansur dilahirkan dari keluarga bangsawan dan ulama. Ibunya adalah keturunan bangsawan dari Madura. Ayahnya seorang ulama ternama dari Wonokromo Surabaya. Ia lahir pada 25 Juni 1896 di Surabaya. Ibunya bernama Raulah dan ayahnya bernama Ahmad Marzuki.

Mansur kecil semula dibimbing dan dididik oleh ayahnya sendiri. Ayahnya memberikan bekal cukup kuat dalam bidang ilmu agama. Bekal yang diberikan ayahnya kelak memberi pengaruh kuat terhadap pribadinya di masa mendatang.

Dalam bukunya K.H. Mas Mansur Pembaharu Islam Indonesia (1982) Soebagio I.N mencatat bakat gurunya sudah muncul sejak kecil. “Dia suka bermain-main sebagai seorang guru, dikumpulkannya bantal-bantal di kamar orangtuanya dan disusunnya bagaikan para murid yang sedang mendengarkan wejangan dari gurunya.”

Hari-hari di masa kecilnya diisi dengan belajar agama bersama K.H. Mas Mohammad Thoha dari Pondok Salafiyah An-Najiyah Sidoresmo. Di Pesantren ini Mas Mansur mendalami nahwu dan sharaf . (Alphian, 2010).

***

Pada tahun 1906, Mas Mansur dikirim ke Kademangan Bangkalan yang diasuh oleh Kiai Kholil, Kiai Mahsyur di abad 19-20 di Madura. Sayang sekali, baru dua tahun ia mencecap ilmu dari Kiai Kholil, beliau wafat.

Sepulang dari Madura, ia dikirim sang ayah untuk berhaji dan belajar bersama Kiai Mahfudz dari Pondok Termas pada tahun 1908. Selama empat tahun Mas Mansur belajar di Mekkah. Sampai tibalah saat penguasa Arab Saudi Sultan Syarif Hussen menginstruksikan semua orang asing diharuskan meninggalkan Mekkah agar tidak menjadi korban konflik di Saudi Arabia.

Mas Mansur menjatuhkan pilihannya untuk pergi ke Mesir dan hendak melanjutkan studinya di Al Azhar, Kairo. Meski ayahnya menolaknya, ia gigih berjuang dan belajar di sana. Ia harus berkeliling dari masjid ke masjid demi mendapatkan uang untuk menopang kebutuhan hidupnya karena ayahnya menyetop uang kirimannya. Hati sang ayah pun luluh, Mas Mansur berangsur mendapat kiriman kembali dari ayahnya berkat kegigihannya.

Baca Juga  Buya Yun: Ulama yang Tegas Namun Meneduhkan

KH Mas Mansur berguru langsung kepada Syaikh Ahmad Maskawih dan waktu itu bertemu dengan pemikir Islam Rasyid Ridha dan Mohammad Abduh.

Kembali ke Tanah Air dan Berjuang

Sepulang dari Mesir, ia mengabdikan diri mengajar di Pondok ayahnya dan menjadi Kepala Sekolah di Madrasah Nahdatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) pada tahun 1915.

Tahun 1916, ia bergabung bersama Tjokroaminoto aktif di Sarekat Islam. Ia juga membentuk Tashfwirul Afkar bersama Wahab Chasbullah yang menjadi wadah diskusi tentang nasionalisme.

Sebelum pulang ke Surabaya, Mas Mansur menemui Kiai Dahlan. KH Mas Mansur banyak bertanya tentang dakwah dan juga bagaimana berperan di masyarakat. Kiai Dahlan juga memberikan metode dakwah yang berbasis amaliah yang dapat dirasakan masyarakat pada waktu itu, sekaligus sebagai tafsir aplikatif dari Qur’an itu sendiri.

KH Mas Mansur terkesima oleh dakwah Kiai Dahlan. Ia juga sering menyimak dari cara Kiai Dahlan berceramah di Surabaya dan dialog saat Kiai menginap di rumahnya. 

Sebelum berdiri Muhammadiyah di Surabaya, KH Mas Mansur mendirikan Ta’mirul Gofili yang merupakan perkembangan dari Ihyaussunnah  yang digawangi Tjokroaminoto dan Mas Mansur, (Alphian,2010). Di tahun 1921, akhirnya Muhammadiyah di Surabaya berdiri dan Mas Mansur diangkat menjadi ketuanya.

Djarnawi Hadi Kusumo dalam bukunya Matahari-Matahari Muhammadiyah (2010) menulis KH Mas Mansur sebagai sosok yang memiliki pandangan luas dan terbuka menerima pandangan baru dan maju. Karakter itulah yang membuat dirinya akhirnya dipilih menjadi Ketua Muhammadiyah (1937-1943).

KH Mas Mansur Membesarkan Muhammadiyah

Terobosan-terobosan KH Mas Mansur di Muhammadiyah Surabaya menjadi bekal dalam memimpin Muhammadiyah secara lebih luas. Kemampuan dan bekalnya sebagai ulama mumpuni serta pandangannya yang luas menghasilkan terobosan penting bagi organisasi ini. Saat masyarakat arus bawah organisasi ini sedang ribut dan berkonflik perkara perbedaan tafsir agama, KH Mas Mansur merumuskan Langkah Muhammadiyah (1938-1940) yang berisi 12 pokok pikiran sehingga disebut 12 Langkah Muhammadiyah.

Isnaini Ramadhani  (2019) dalam penelitiannya berjudul Dinamika Politik Pada Muhammadiyah Pada Masa K.H. Mas Mansur (1937-1942) menulis “pada masa kepemimpinan KH Mas Mansur, Muhammadiyah telah mencapai kemajuan bidang sosial, ekonomi, dan juga keagamaan.”  Muhammadiyah juga ikut serta dalam dunia politik sehingga dinamika politik dalam organisasi ini terasa kental sekali.

Baca Juga  Akal Membedakan Manusia dengan Makhluk Lain

Pejuang Kemerdekaan yang Gigih

KH Mas Mansur adalah pejuang yang gigih dalam bidang agama maupun dalam perjuangan kemerdekaan. Saat Jepang menjajah Indonesia, Mas Mansur tergabung dalam empat serangkai. Ia termasuk tokoh yang turut serta melawan Jepang bersama Soekarno, Ki Hajar Dewantara dan Mohammad Hatta. Bersama empat serangkai ikut membidani lahirnya Putera.  

Ia turut serta dalam menggagas Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI), mendirikan Partai Islam Indonesia (PII), aktif di  GAPI (Gabungan Politik Indonesia), Partai Masyumi dan anggota BPUPKI.

Sebagai seorang pejuang yang gigih, ia pun berjuang sampai mati. Saat kedatangan tentara Belanda dan Inggris, kondisi fisiknya dalam keadaan lemah sehingga tidak bisa ikut dalam medan tempur. Di bawah desingan peluru dan senjata, KH Mas Mansur ditangkap tentara NICA (Netherlands Indische Civil Administration) lalu dipenjarakan. Dipenjarakan di Kalisosok, kesehatannya pun semakin menurun. Ia gugur pada tanggal 25 April 1946.

Editor: Saleh                

Avatar
35 posts

About author
Pegiat Literasi
Articles
Related posts
Inspiring

Penyair Rasulullah itu Bernama Hasan bin Tsabit

3 Mins read
Pendahuluan Dalam sejarah Islam, sastra memiliki peran penting sebagai media dakwah dan perjuangan. Salah satu tokoh yang dikenal sebagai penyair Islam terkemuka…
Inspiring

Imru' al-Qais, Pelopor Sastra Arab Kuno yang Mendunia

3 Mins read
Sastra Arab memiliki akar yang kuat dalam sejarah peradaban manusia, dan salah satu tokoh paling berpengaruh dalam perkembangan awalnya adalah Imru’ al-Qais….
Inspiring

Pesan Toleransi Sunan Gunung Jati dan Habib Ali Al-Habsyi Kwitang

2 Mins read
Islam yang masuk ke Nusantara sejatinya adalah Islam yang damai dan penuh kasih sayang. Budaya damai yang dibawa para ulama ini sejatinya…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *