Khutbah

Khutbah Jumat: Islam itu Agama Rahmat, Bukan Agama Laknat

3 Mins read

اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ وَفَّقَ مَنْ شَاءَ مِنْ خَلْقِهِ بِفَضْلِهِ وَكَرَمِهِ، وَخَذَلَ مَنْ شَاءَ مِنْ خَلْقِهِ بِمَشِيْئَتِهِ وَعَدْلِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَلَا شَبِيْهَ وَلَا مِثْلَ وَلَا نِدَّ لَهُ، وَلَا حَدَّ وَلَا جُثَّةَ وَلَا أَعْضَاءَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا وَعَظِيْمَنَا وَقَائِدَنَا وَقُرَّةَ أَعْيُنِنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ،وَصَفِيُّهُ وَحَبِيْبُهُ. اَللّهُمَّ صَلِّ وسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ بْنِ عَبْدِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَّالَاهُ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ. أَمَّابَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ الْقَائِلِ فِيْ مُحْكَمِ كِتَابِهِ: يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Hadirin Shalat Jumat yang Berbahagia

Agama Rahmat – Sering sekali kita dengar di keseharian kita, para dai, mubaligh, dan ustadz ketika berdakwah menyebutkan bahwa Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin yang artinya agama yang menjadi rahmat (kasih sayang) bagi seluruh umat manusia. Rahmatan lil ‘alamin di sini, jika kita teliti secara mendalam, terdiri dari dua kata. Yaitu kata rahmah dan yang kedua yaitu lil’alamin.

Kata rahmah sendiri diambil dari bahasa Arab rahim yang bisa kita maknai dengan rahim wanita. Namun apabila kata ini sudah berubah shigah (bentuk) menjadi rahmah, maka bukan rahim wanita lagi maknanya, tapi berubah menjadi “kasih sayang dan kelembutan yang diiringi dengan perbuatan baik kepada objek yang disayanginya”.

Kata rahmah sendiri di dalam Al-Qur’an disebutkan sebanyak 25 ayat dengan berbagai tema. Itu semua menunjukkan bahwa posisi rahmat dalam agama Islam ini begitu mulia dan dijunjung begitu tinggi.

Yang kedua adalah kata lil’alamin. Bisa kita artikan dengan “untuk alam-alam”. At-Thabari dalam kitab tasfirnya Tafsir at-Thabari mengatakan bahwa ‘alamin ini adalah bentuk plural (jama’) dari ‘alam yakni nama dari berbagai jenis umat ataupun bangsa. Tiap jenis suku-bangsa dinamakan “alam”. Karena itu, manusia bisa disebut juga sebagai alam dari setiap manusia di sebuah zaman. Jin pun juga bisa disebut alam dan semua jenis makhluk dapat disebut alam. Masing-masing makhluk bisa disebut alam pada zamannya.    

Baca Juga  Buletin Jumat: Saling Ejek, Sampai Kapan?

Hadirin Shalat Jumat yang Berbahagia

Dari sekilas penjelasan makna yang sudah khatib sebut tadi, bisa kita pahami bahwa rahmat kasih sayang yang dibawa oleh agama Islam ini tidak tertuju kepada orang-orang Islam saja, tapi juga mencakup seluruh makhluk hidup yang ada di muka bumi ini (‘alamin).

Salah kaprah jika ada orang yang memiliki paham bahwa rahmat agama Islam ini hanya secara eksklusif menjadi hak umat Islam semata. Itu tandanya orang itu tak memahami pemaknaan dari rahmatan lil’alamin itu sendiri dalam level yang bahkan sangat sederhana.

Kalimat rahmatan lil’alamin bisa kita temukan dalam QS. Al-Anbiya ayat 107 yang bunyinya:

وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ

Artinya: Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.

Hadirin Shalat Jumat yang Berbahagia

Terkait penafsiran kalimat rahmatan lil’alamin dalam ayat yang khatib sebut tadi, Asy-Syakani dalam kitab tafsirnya Fath Al-Qadir mengatakan bahwasannya Allah mengutus Nabi Muhammad di muka bumi ini untuk membawa hukum-hukum syariat sebagai rahmat untuk semua manusia tanpa ada keadaan atau alasan khusus yang jadi pengecualian. Kata Asy-Syaukani dalam tafsirnya, satu-satunya alasan khusus kenapa Allah Swt mengutus Muhammad di muka bumi ini adalah sebagai rahmat yang luas dan menjadi sumber kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Hadirin Shalat Jumat yang Berbahagia

Penafsiran yang khatib paparkan di atas, menukil dari penafsiran Asy-Syaukani, menggambarkan bahwasannya agama Islam itu bersifat universal, global, dan menyeluruh untuk semua manusia di dunia.

Makna rahmatan lil’alamin juga menegaskan bahwa Islam ialah agama yang penuh dengan kasih sayang, cinta, persaudaraan, dan kedamaian.

Hadirin Shalat Jumat yang Berbahagia

Karena Islam identik dengan agama penyebar kasih sayang (rahmah) maka segala bentuk tindakan apa pun yang sifatnya merusak, merendahkan harkat dan martabat sesama manusia, melecehkan, apalagi sampai pada taraf melaknat sesama manusia, termasuk dalam perangai-perangai yang tidak mencerminkan semangat dan spirit agama Islam sendiri.

Baca Juga  Teks Khutbah Idul Adha: Falsafah Ibadah Kurban

Di zaman ini, sering kali kita dengar orang-orang yang hobi melaknat orang lain. Bahkan dari kalangan pendakwah dan mubaligh pun sering kali kita dengar kata-kata laknatan dari mereka. Tak jarang kita temukan, dalam ceramah-ceramah yang ada di Youtube misalnya, seorang ustadz melaknat dan memvonis kafir ustadz lainnya yang tak sepaham dengannya dan menuyumpahinya masuk neraka.

Ada pandangan beda sedikit saja dengan dia maka langsung dicap bid’ah, sesat, menyeleweng dari akidah sunah, dan lain sebagainya. Padahal, tuduhan dan laknat tersebut hanya berdasarkan pada potongan video saja atau bahkan lapran dari jamaahnya, Tak melewati proses klarifikasi, tabayun, atau melihat gambarannya secara utuh.

Jika laku-laku ini terus dibiarkan saja, maka jangan heran jika kehidupan umat Islam satu dan lainnya menjadi tegang, tak harmoni, dan isinya cuman sumpah serapah saja tanpa ada proses tabayun dan rembug tatap muka.

Hadirin Shalat Jumat yang Berbahagia

Penulis kitab Tafsir Al-Azhar, Buya Hamka, pernah mengatakan bahwasannya melaknat dan mengutuk itu menunjukkan kebencian dan menjauhkan seseorang dari rahmat Allah Swt atas dirinya. Buya Hamka juga mengatakan bahwa sumpah serapah juga termasuk perilaku tercela yang menjauhkan manusia dari rahmat Allah Swt.

Kata laknat dalam Al-Qur’an itu sebanyak 41 kali, baik ia berupa isim (kata benda) ataupun sebagai fi’l (kata kerja). Ar-Raghib Al-Ashfahani berpendapat bahwa mayoritas kata laknat di di Al-Qur’an itu menunjukkan otoritas Allah Swt. Artinya, yang ada hak untuk melaknat hanyalah Allah semata, tidak yang lain apalagi manusia.

Namun meskipun begitu, laknat Allah kepada manusia itu memiliki tujuan yang baik seperti laknat kepada manusia karena mereka berbuat kerusakan di bumi, kufur, membunuh, berdusta, murtad, dan lain sebagainya. Bukan berniat merendahkan dan melecehkan harkat dan martabat manusia.

Baca Juga  Khutbah Jumat Singkat: Etika Perang dalam Islam

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

Hadirin Shalat Jumat yang Berbahagia

Di khutbah kedua ini, kita sama-sama berdoa kepada Allah semoga kita termasuk hamba-Nya yang selalu menyebarkan rahmatnya bagi seluruh umat manusia dan terhidar dari sperangai-perangai yang punya hasrat untuk mencela, melaknat, dan merendahkan harkat dan martabat orang lain. Aamin ya Rabbal ‘Alamiiin.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى

رَبنا أَدْخِلْنا مُدْخَلَ صِدْقٍ وَأَخْرِجْنا مُخْرَجَ صِدْقٍ وَاجْعَلْ لنا مِنْ لَدُنْكَ سُلْطَانًا نَصِيرًا

اللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِى الأُمُورِ كُلِّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْىِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ. وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ. وَالْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

عباد الله، إن الله يأمر بالعدل والإحسان وإيتاء ذي القربى وينهى عن الفخشاء والمنكر والبغي يعظكم لعلكم تذكرون. فاذكروا الله العظيم يذكركم واشكروه على نعمه يزدكم وادعوه يستجب لكم ولذكر الله أكبر

Konten ini adalah hasil kerja sama dengan Biro Humas, Data, dan Informasi Kementerian Agama Republik Indonesia

Editor: Yusuf RY

Yahya Fathur Rozy
39 posts

About author
Peminat studi-studi keislaman
Articles
Related posts
Khutbah

Khutbah Idul Adha 1445H: Kurban dan Pengorbanan

5 Mins read
ٱلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ ٱللَّٰهِ وَبَرَكَاتُ إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ…
Khutbah

Teks Khutbah Idul Adha: Falsafah Ibadah Kurban

6 Mins read
أَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَاكَاتُهُ اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِأَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ  يَهْدِهِ اللَّهُ…
Khutbah

Khutbah Idul Adha 1445H: Idul Kurban Tonggak Peradaban Berkemajuan

7 Mins read
أَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَاكَاتُهُ إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِأَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ  يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَمُضِلَ…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds