Oleh: M. Khusnul Khuluq*
Bagaimana berfilsafat? Ini pertanyaan sederhana dan sangat mudah diucapkan. Namun cukup pelik bagaimana menjawabnya. Apa lagi mempraktikkannya. Bagi pemula, yang belum banyak bergelut dengan filsafat, atau bahkan sama sekali belum pernah berkenalan dengan filsafat, jangan takut. Mari kita buat mudah. Mari kita buat sesederhana mungkin. Ikuti saja lagkah-langkahnya.
Langkah-langkah Berfilsafat
Langkah pertama, pakailah perspektif anak-anak. Jadilah seperti anak-anak. Anak-anak selalu mempertanyakan sesuatu. Suatu hal yang remeh bagi kita, dan sangat tidak penting menurut kita, bisa jadi akan dipertanyakan oleh anak-anak. “Apa itu?”, “Kok begitu?” Pertanyaan-pertanyaan seperti ini sering kali muncul dari anak-anak. Itu terjadi karena mereka heran melihat segala sesuatu.
Keheranan ini penting untuk melahirkan filsafat. Keheranan mendorong seseorang untuk bertanya. Dan selanjutnya mencari tau. Sikap keheranan memunculkan pertanyaan-pertanyaan. Sebagaimana anak-anak. Cobalah untuk mempertanyakan sesuatu. Walau hal yang sepele sekaLipun. Ini langkah pertama.
Kedua, meragukan segala sesuatu. Keraguan atau kesangsian mendorong orang untuk mencari tau kebenarnya. Kesangsian membuat orang tidak puas dengan penjelasan yang sudah ada. Kesangsian membuat orang tidak merasa cukup dengan penjelasan yang diberikan orang-orang. Menyangsikan sesuatu itu penting dalam filsafat.
Seorang Descartes menjadi salah satu filsuf modern terbesar hanya dengan modal kesangsian ini. Biasakan untuk tidak mudah percaya terhadap sesuatu. Lalu mencari jawaban yang menurut anda lebih memuaskan.
Ketiga, hindari berpikir faktual. Ingat filsafat itu abstrak. Tidak faktual. Silahkan saja anda berangkat dari hal-hal faktual, tapi bawalah hal-hal faktual itu ke alam abstrak. Buat abstraksi atas sesuatu. Ingat, alam filsafat adalah alam abstraksi. Berlatihlah untuk memasuki alam ini. Biasakan untuk betah berada di alam semacam ini.
Berpikir abstrak tidak sama halnya dengan mengerjakan sesuatu yang konkret. Sesuatu yang konkret dapat dilakukan dengan hanya meniru contoh yang dilihat. Sangat juga mudah dipelajari. Namun, abstraksi tidak segampang itu. Butuh pikiran tajam. Butuh pikiran yang dingin dan tenang.
Komprehensif, Luas, dan Radikal
Selanjutnya, pakailah perspektif mata elang. Ingat, salah satu ciri filsafat adalah pandangan yang komprehensif. Anda bisa mendapatkan pandangan yang komprehensif tersebut dengan meminjam mata elang yang sedang terbang. Dengan itu, anda bisa melihat sesuatu dari atas untuk mendapatkan pandangan yang komprehensif dan sudut pandang yang lengkap atas sesuatu. Biasakan berpikir secara koprehensif. Hindari berpikir parsial. Hindari berpikir secara sepotong-sepotong.
Dalam latihan berfilsafat, meniru akar tunjang sebuah pohon besar juga sangat penting. Salah satu ciri pikiran filosofis adalah pikiran yang radikal. Berpikir radikal berarti pikiran yang sampai ke akar persoalan. Jika melihat pohon, jangan hanya melihat buahnya atau daunnya yang lebat saja. Tapi lihatlah juga tangkainya. Lalu lihatlah cabang pohonnya, kemudian batang pohonnya, bahkan sampai ke akarnya. Itu juga tidak cukup. Lihatlah sampai ke akarnya yang paling dalam. Inilah berpikir radikal.
Biasakan melihat sesuatu sampai ke akar persoalan. Biasakan melihat sesuatu sampai ke inti paling dalam. Anda harus terus berlatih untuk melihat sesuatu sampai ke akar paling dalam dari sebuah persoalan.
Selanjutnya, terbanglah seperti udara. Udara itu bebas dan juga ada di seluruh permukaan planet ini (universal). Ingat. Salah satu ciri pikiran filsafat adalah pikiran yang bebas dan universal. Berpikirlah seperti udara yang terbang bebas ke seluruh permukaan planet ini. Tanpa ada yang menghalangi. Dan tidak hanya berhenti di suatu tempat saja. Udara menyelimuti seluruh permukaan palanet ini. Inilah arti berpikir bebas dan universal.
Tentang berpikir bebas ini, berbagai doktrin, baik itu agama maupun kebudayaan pada umumnya menghalangi seseorang untuk berpikir bebas. Inilah mengapa tidak banyak orang yang berani melakukannya. Tapi jangan takut. Untuk berfilsafat harus memiliki keberanian untuk berpikir bebas. Ingat. Sebebas udara yang terbang keseluruh permukaan planet ini, tanpa penghalang apapun.
Berfilsafat Harus Logis dan Sistematis
Dalam berfilsafat, berpikir sistematis dan logis juga harus. Salah satu ciri pikiran filsafat adalah pikiran yang sitematis dan juga logis. Sistematis artinya runtut. Tidak gampang juga berpikir sistematis. Perlu berlatih bagaimana membangun pikiran sistematis. Kalau logis berarti masuk akal. Atau dalam bahasa lainnya juga disebut rasional. Perlu berlatih juga bagaimana berpikir rasional.
Selanjutnya, berpikir secara reflektif. Filsafat itu hasil refleksi. Hasil perenungan kita terhadap sesuatu. Refleksi adalah hasil dari evaluasi batin kita atas sesuatu. Ciptakanlah pikiran seperti ini. Reflekti bisa juga diartikan berasal dari diri kita. Pikiran itu berasal dari kita. Buka dari luar diri kita.
Dan, yang tidak kalah penting adalah bertanggng jawab. Pikiran filsafat itu pikiran yang bertanggung jawab. Tanggung jawab artinya argumentatif. Pikiran yang anda hasilkan tentang sesuatu haruslah pikiran yang argumentatif. Berikan argumentasi yang kuat. Anda harus bisa menjelaskan mengapa demikian. Mengapa begini dan mengapa begitu. Sebutkan alasan-alasannya. Tunjukkan bukti-bukti yang logis.
Ingat, kebenaran filsafat adalah kebenaran logis. Pembuktiannya dilakukan dengan menguji pikiran tersebut dengan logika. Bukan dengan alat ukur yang besifat faktual.
Dan kiat terakhir yang menurut saya tidak kalah penting adalah mencoba dan mencoba untuk berfilsafat. Kiat-kiat di atas tidak ada artinya jika anda tidak mencobanya. Berlatihlah dan berlatih. Berlatih berfilsafat terus menerus akan membantu anda terbiasa untuk berpikir filosofis. Dan terakhir, selamat mencoba. Selamat berfilsafat.
*) Human Right Defender, Kader Muda Muhammadiyah