Tarikh

Ka’ab bin Malik: Kejujuran Menyelamatkanku!

2 Mins read

Ka’ab adalah salah satu sahabat Nabi saw. yang berasal dari kaum Anshar. Nama lengkap Ka’ab ialah Ka’ab bin Malik bin Amru al-Anshori al-Kharij. Sosok yang mempunyai nama kunyah Abu Bashir ini adalah seorang penyair ulung.

Ka’ab masuk Islam bersama 40 sahabat lainnya sejak sebelum Nabi hijrah ke Kota Madinah. Kemudian setelah masuk Islam, Ka’ab mendapat pemberian nama dari Nabi, yaitu Abu Abdullah. 

Kejujuran Ka’ab bin Malik

Suatu hari, ketika Rasulullah saw. bersama para sahabat dan kaum muslimin hendak berangkat menuju perang tabuk menghadapi pasukan Romawi, Ka’ab bin Malik tidak ikut perang dalam waktu itu.

Padahal, Ka’ab bin Malik tidak mempunyai uzur. Usia Ka’ab bin Malik belumlah tua dan beliau pun tidak sedang dalam keadaan sakit. Beliau juga bukan termasuk golongan orang-orang yang munafik di Kota Madinah. 

Ka’ab bin Malik tidak turut serta dalam perang tabuk di karenakan faktor kelalaiannya. Sepulangnya Rasulullah saw., Ka’ab bin Malik pun menghadap Rasulullah. Sebenarnya, ketika itu Ka’ab bin Malik bisa saja menyampaikan alasan-alasan yang dibuat-buat. Ia bisa saja mengatakan kedustaan demi menyelamatkan dirinya di hadapan Rasulullah saw.

Akan tetapi, Ka’ab tidak melakukannya. Ia malah justru menyampaikan apa yang sebenarnya terjadi, mengapa ia tidak turut serta dalam perang pasukan kaum muslimin di perang tabuk. Ka’ab menyampaikan apa adanya secara jujur di hadapan Rasulullah, karena dia tahu sesungguhnya Allah Swt. Maha Tahu dan ia mengharapkan ampunan-Nya.

Kemudian, Rasulullah saw. memerintahkan Ka’ab untuk menunggu kabar berita yang akan datang berdasarkan wahyu Allah. Tidak hanya itu, Rasulullah pun melarang para sahabatnya yang lain untuk berbicara dengan Ka’ab .

Keadaan itu berlangsung selama 40 hari lamanya. Ka’ab menjadi terasing sementara dari sahabat lainnya dan kaum muslimin di Kota Madinah, karena tidak seorang pun yang mau bicara dengannya. Hal ini tentu saja membuat Ka’ab merasa terhimpit.

Baca Juga  Menelusuri Dinamika Sastra dalam Sejarah Islam

Taubat yang Diterima

Namun, suatu hari saat selesai salat subuh, Rasulullah saw. menyampaikan sebuah berita gembira bahwasanya Allah menerima taubat Ka’ab dan dua sahabat lainnya yang juga tidak turut serta dalam perang tabuk.

Sejak saat itu, Ka’ab semakin kuat imannya dan semakin besar rasa semangat jihadnya serta semakin kuat pula kejujurannya. Ka’ab berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah menyelamatkanku dengan kejujuran, dan sesungguhnya termasuk taubatku bahwa aku tidak akan berbicara kecuali yang benar selama hidupku.”

Ka’ab juga berkata, “Maka demi Allah, Allah tidak pernah memberikan nikmat kepadaku selamanya, setelah memberikan petunjuk Islam kepadaku, yang lebih besar dalam diriku daripada kejujuranku kepada Rasulullah, bahwa aku tidak berbohong kepadanya, lalu (kalau aku berbohong) aku menjadi binasa sebagaimana orang-orang yang berdusta……”

Ayat yang turun kepada Rasulullah saw. sebagai bukti penerimaan Allah terhadap pertaubatan sahabat Ka’ab ini adalah firman Allah berikut:

“Sesungguhnya Allah telah menerima taubat Nabi, orang-orang muhajirin dan orang-orang anshar yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan, setelah hati segolongan sari mereka hampir berpaling, kemudian Allah menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada mereka.

Dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan taubat) mereka, hingga apabila bumi terasa sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas dan jiwa mereka pun telah terasa sempit bagi mereka, serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah, melainkan kepada-Nya saja. Kemudian Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya. Sesungguhnya Allah-lah yang Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. At-Taubah (9) : 117-118).

Ketiga orang yang dimaksud di dalam ayat ini adalah Ka’ab bin Malik, Hilal bin Umayyah, dan Mararah bin Rabi. Mereka adalah tiga sahabat Rasulullah yang disalahkan karena tidak ikut serta dalam perang tabuk.

Baca Juga  Kisah "Menteri Penerangan Desa" dan Perubahan Komunikasi

Dari kisah Ka’ab bin Malik di atas, dapat kita jadikan iktibar sebagaimana beliau berlaku jujur hingga taubatnya di terima oleh Allah Swt. Kejujuran adalah tanda kesempurnaan.

Editor: Lely N

Bakhrudin Rizky
1 posts

About author
Mahasiswa di Universitas Negeri Sunan Ampel Surabaya
Articles
Related posts
Tarikh

Hijrah Nabi dan Piagam Madinah

3 Mins read
Hijrah Nabi Muhammad Saw dari Makkah ke Madinah pada tahun 622 Masehi merupakan salah satu peristiwa paling bersejarah dalam perkembangan Islam, yang…
Tarikh

Potret Persaudaraan Muhajirin, Anshar, dan Ahlus Shuffah

4 Mins read
Dalam sebuah hadits yang diterima oleh Abu Hurairah dan terdapat dalam Shahih al-Bukhari nomor 1906, dijelaskan terkait keberadaan Abu Hurairah yang sering…
Tarikh

Gagal Menebang Pohon Beringin

5 Mins read
Pohon beringin adalah penggambaran dari pohon yang kuat akarnya, menjulang batang, dahan dan rantingnya sehingga memberi kesejukan pada siapa pun yang berteduh…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds