Feature

Kisah Salim dan Anarkali dari Mughal, Cinta Tak Memandang Kasta

2 Mins read

Bila kita menelisik kisah-kisah romance sejarah. Tentu kita tak asing dengan kisah cinta Romeo dan Juliet. Di mana kisah ini juga ditulis oleh  William Shakespeare dengan novel yang bertajuk An Exellent Conceited Tragedie of Romeo and Juliet.  Cerita keduanya pun diidentikkan dengan kisah romansa anak muda saat ini. Dalam kisahnya, meskipun mereka dalam keluarga yang saling bermusuhan di Verona, Italia. Justru keduanya tetap memutuskan untuk saling mencintai.

Ataupun kisah Layla dan Qais. Kisah cinta legendaris dari jazirah Arab ini pun menyebar ke dunia Islam. Bahkan tak ayal, banyak peneliti Barat yang ingin menggali lebih dalam kisah cinta di antara mereka. Banyak novel yang menceritakan kisah cintanya, bahkan ada puluhan hingga ratusan kisahnya yang ditulis dalam cerita-cerita pendek yang menceritakan kisah asmara keduanya. Namun, di antara banyaknya tulisan tentang kisahnya, karya Nizami Ganjavi yang paling gemar dibaca oleh khalayak. Dari kisah ini, cerita-cerita yang berbentuk romance turut meramaikan dalam dunia keislaman.

Namun, apabila kita berkunjung ke Pakistan, ataupun pernah membaca kisah romance yang terjadi di dalamnya. Kita akan menemukan kisah romance menarik lainnya. Salah satunya kisah percintaan antara Salim dan Anarkali. Keduanya dari latar belakang yang berbeda. Salim yang terlahir dari keluarga yang terpandang, sedangkan Anarkali hanya seorang hamba sahaya yang bekerja di kerajaan Mughal saat itu.

Kisah keduanya pun dijadikan sebuah film yang dibuat oleh Nandlal Jaswatlal. Film ini sudah familiar di mata orang Pakistan itu sendiri bahkan negara tetangganya, India. Saat kita berkunjung ke Lahore, Pakistan. Kita akan menjumpai makam dalam sebuah bangunan megah bercat putih di dalam kompleks Punjab Civil Secretariat. Di makam inilah, tanda kisah asmara Anarkali dengan seorang putra raja bernama Salim. Salim yang nantinya akan menggantikan tahta kepemimpinan kerajaan Mughal di masanya, tepat setelah kepemimpinan ayahnya yang bernama raja Akbar.

Baca Juga  KH Ahmad Dahlan itu Penganut Salafi Modernis

Anarkali adalah seorang hamba sahaya yang datang dari Iran dan memilih untuk bertahan hidup di kerajaan Mughal. Ia menjadi seorang penari bagi pengawal-pengawal di kerajaan tersebut. Namanya pun tersebar luas ke penjuru kerajaan Mughal kala itu dengan paras kecantikannya yang bisa membuat semua orang terpikat atas kecantikan Anarkali tak terkecuali Salim. Anarkali sendiri adalah sebuah julukan baginya yang berarti ‘bunga delima mekar’. Ia sendiri mempunyai nama Nadira Begum atau Sharf-un-Nissa. Nama Anarkali sendiri yang menggambarkan sosok Nadira Begum dengan paras cantiknya.

Kisah percintaan Salim dan Anarkali pun ditentang oleh sang Raja, ayah dari Salim itu sendiri. Ia mengungkapkan bahwa perbedaan kasta yang terjadi di antara keduanya tidak boleh diaminkan oleh bapaknya sendiri. Bahkan dengan Ikrarnya, ia menentang ayahnya sendiri dalam pertempuran dengan Perang Salim. Karena sang raja atau ayah dari Salim memenangkan pertempuran tersebut. Dikisahkan Raja Akbar memberi pilihan antara lebih meninggalkan Anarkali atau mati di tangan ayahnya sendiri. Kebimbangan itu pun muncul di benak Salim. Hingga akhirnya Salim memutuskan untuk mati di tangan ayahnya sendiri.

Anarkali pun tak rela melihat Salim harus mati di tangan ayahnya sendiri. Anarkali pun memilih untuk mengorbankan dirinya sendiri untuk menggantikan sang kekasih dalam hukuman yang diberikan ayahnya. Dalam kisahnya, Anarkali pun dikubur hidup-hidup. Namun sebelum kematiannya, ia meminta kepada sang raja untuk memberikan satu malam untuk hidup bersama kekasihnya. Permintaan terakhir inilah yang membuat kisah cintanya dibumbui dengan perjuangan yang sering diingat oleh para pengamat.

Demi mengabadikan kisah cintanya Salim terhadap Anarkali. Ia membuat bangunan megah untuk menghiasi makam dari sang kekasih. Pemberian inilah, yang bisa diberikan Salim kepada kekasihnya dalam pernyataan cinta terakhirnya kepadanya. Hingga saat ini, makamnya pun sering dikunjungi oleh beberapa turis yang datang dari belahan dunia yang bertandang ke Pakistan. Bahkan, nama Anarkali dijadikan sebuah nama sektor di Lahore Punjab hingga saat ini.

Baca Juga  Jadilah Gila, Maka Kau Akan Selamat!

Dari kisah inilah, kita bisa belajar bahwa kesungguhan cinta yang ditujukkan Salim kepada Anarkali tak memandang kasta maupun latar belakang keluarga. Cinta yang ia tunjukkan kepada Anarkali yang tulus menjadi bukti bahwa Salim sangat mencintai Anarkali meskipun ditentang oleh ayahnya sendiri. Bahkan, ancaman kematian untuknya apabila ia memaksa meminang Anarkali untuk menjadi istrinya, justru ia membuktikan dengan menentang itu semua.

Editor: Soleh

Ibnu Fikri Ghozali
13 posts

About author
Mahasiswa International Islamic University Islamabad, Pakistan Sekarang Aktif di PCINU Pakistan
Articles
Related posts
Feature

Rakernas dan Dinamika Dunia Wakaf

4 Mins read
Jogja, Jumat 1 November 2024. Pukul 05.30 pagi dengan sebuah mobil dari Ringrud Selatan Jogja kami menuju Kartasura. Di perjalanan ikut bergabung…
Feature

Perkuat Toleransi Sejak Dini: Cerita Pesantren Muhammadiyah Terima Kunjungan SMA Kristen

2 Mins read
Kunjungan studi yang dilakukan oleh para siswa Sekolah Kanisius Jakarta ke pesantren Muhammadiyah Al-Furqon, sejak Rabu, 30/10/2024 sampai Jum’at, 1/11/2024 merupakan sebuah…
Feature

Tasawuf di Muhammadiyah (1): Lahirnya Neo-Sufisme

4 Mins read
Ketika mendiskusikan tasawuf di Muhammadiyah, maka yang dibicarakan adalah tasawuf bentuk baru atau Neo-Sufisme. Muhammadiyah sendiri—dalam hal ini tokoh-tokohnya—tidak menolak sepenuhnya tentang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds