At-Tafsir al-Qayyim merupakan kumpulan penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an yang dihimpun dari berbagai kitab karya Ibnu Qayyim al-Jauziyyah. Karya ini disusun oleh Muhammad Uwais an-Nadwi, seorang akademisi dan mantan anggota Dewan Ulama di New Delhi, India. Dalam karyanya, Uwais an-Nadwi mengumpulkan penafsiran Ibnu Qayyim yang tersebar dalam berbagai kitab, menjadikannya satu karya tafsir yang terstruktur dan sistematis (Jauziyyah, t.t.: i).
Motivasi Penyusunan Kitab
Menurut Muhammad Uwais an-Nadwi dalam muqaddimah kitab ini, ilmu tafsir adalah sarana untuk memperkuat kesadaran terhadap kebesaran Allah dan perhatian-Nya terhadap umat manusia. Motivasi utama Uwais dalam menyusun kitab ini adalah kekagumannya terhadap kecerdasan intelektual Ibnu Qayyim dan gurunya, Ibnu Taimiyyah. Dalam pandangannya, seseorang yang ingin menafsirkan Al-Qur’an harus memenuhi beberapa syarat penting (Jauziyyah, t.t.: 5):
- As-saliqah al-‘arabiyyah: Penguasaan bahasa Arab dan daya rasa kesusastraan yang mendalam untuk memahami keindahan dan kemukjizatan balaghah Al-Qur’an.
- Keilmuan yang luas: Pandangan yang tajam terhadap ilmu agama, terutama penguasaan ilmu hadis dan sunnah.
- Pemahaman maqāṣid asy-syarī’ah: Pengetahuan mendalam tentang tujuan-tujuan syariat.
- Pemahaman sosiologis: Memahami mentalitas, kejiwaan individu, serta kondisi sosial masyarakat, termasuk perbedaan generasi dan bangsa.
Dengan memenuhi persyaratan ini, seorang mufasir akan mampu memahami Al-Qur’an secara luas, menyesuaikan pemahaman dengan konteks zaman, dan menafsirkan ayat-ayat dengan akurasi dan relevansi yang tinggi.
Selain motivasi di atas terdapat alasan lain Uwais untuk mengumpulkan penafsiran Ibnu Qayyim, yaitu guru Uwais, bernama Sulaiman an-Nadwi (Direktur penerbit dan percetakan Dar al-Mushannifin) dan Sayyid Abdul Ali al-Husni (Direktur dewan ulama India), yang memberikan motivasi kepada Uwais agar mengumpulkan penafsiran Ibnu Qayyim dalam sebuah kitab. Tujuan Uwais tidak jauh untuk dibaca oleh kalangan akademisi maupun umum. Pada bulan September 1948 (DzulQaidah 1367 H) kitab tafsir Ibnu al-Qayyim terselesaikan dengan baik oleh Muhammad Uwais an-Nadwi (Jauziyyah, tth: 6).
Sumber Rujukan Kitab At-Tafsir al-Qayyim
Dalam menyusun kitab ini, Uwais menggunakan sejumlah karya besar Ibnu Qayyim sebagai rujukan, antara lain: Lagsatul Lahfan, Alam al-Muwaqqiin, Syifa al- Alil, Badai al-Fawaid, at-Turuq al-Hukumiyyah, Jala al-Afham, al-Wabil al-Sib, Tariq al-Hijratain, Miftah Dar as-Saadah, Madarij as-Shalihin, al-Fawaid, Takhfah al-Wadud, Hadi al-Arwah, Uddah as-Shabirin, Ijtima al-Juyusy al-Islamiyyah, Raudah al-Muhibbin, al-Jawab al-Kafi, as-Sawaiq al-Mursalah (Marzuki, 2010: 39).
Gambaran Kitab Tafsirnya
Adapun sistematika penulisan kitab tafsir ini berdasarkan dengan penyusunan urutan surat dalam al-Quran/mushafi. Hampir pada setiap penafsiran diberikan footnote oleh Uwais tentang dari mana penafsiran diambil, hal ini dilakukan karena sumber pengumpulannya berbeda-beda dan juga dikhawatirkan kesalahan persepsi. Kemudian ayat al-Qur’an pada kitab tafsir al-Qayyim ini tidak semua ditafsirkan oleh Ibnu Qayyim. Tetapi berurutan sesuai urutannya.
Gambarannya ketika penafsiran ayat 2 surat al-Baqarah berakhir, setelah itu tidak mesti dilanjutkan ke ayat berikutnya misal ayat 3 surat al-Baqarah, malah mungkin langsung ke ayat berikutnya, ayat 4, 5, 6 dan seterusnya. Jadi kitab ini penyusunannya berdasarkan surat dan ayat, tetapi tidak semua ayat ditafsirkan, oleh karena itu, Uwais memberikan daftar surat dan ayat-ayat yang ditafsirkan oleh Ibnu Qayyim.
Kemudian Ibnu Qayyim menafsirkan ayat al-Qur’an menggunakan metode tahlili. Tafsir ini juga termasuk dalam golongan tafsir bil ma’tsur yang penafsirannya merujuk kepada penjelasan-penjelasan al-Qur’an itu sendiri, sunnah-sunnah Nabi, dan riwayat-riwayat yang berasal dari sahabat atau tabi’in. Akan tetapi, tidak terlalu konsisten dalam pengaplikasiannya, dalam beberapa penafsirannya Ibnu Qayyim menggunakan nalar/akal berdasarkan intelektual bahasa Arabnya. Contoh kasus misalnya dalam menafsirkan ayat-ayat qalb dalam al-Qur’an, pertama-tama beliau menuturkan makna-makna kata dalam terminologi bahasa Arab.
Lalu menjelaskan struktur linguistiknya dan melengkapinya dengan penguat-penguat baik berupa syair maupun prosa. Setelah itu, beliau menuturkan ayat-ayat yang berkaitan dan menafsirkan ayat-ayat tersebut. Beliau terkadang mengkritiknya tetapi terkadang pula membiarkannya. Terakhir beliau menjelaskan penafsirannya sendiri tanpa mengikuti penafsiran sebelumnya, terkecuali bila penafsiran itu sudah benar. Dari segi corak penafsiran, kitab at-Tafsir al-Qayyim ini adalah bercorak sufi, juga berdasarkan kecenderungan Muhammad Uwais selaku pengumpul dan penyusun kepada aroma-aroma kesufian (Marzuki, 2010: 57-59).
Pandangan Ulama tentang Ibnu Qayyim
Sebagai ulama besar, Ibnu Qayyim mendapatkan banyak pujian dari para tokoh sezamannya, di antaranya:
- Ibnu Katsir: “Beliau adalah ulama yang ahli dalam tafsir, hadis, fikih, dan ushulnya. Ia memiliki akhlak yang luhur, suara yang merdu, dan dedikasi tinggi dalam ibadah serta ilmu pengetahuan.”
- Ibnu Rajab: “Ibnu Qayyim adalah seorang yang tekun dalam beribadah, mendalam dalam ilmu Al-Qur’an, tafsir, dan hadis. Ia juga cermat dalam menelaah dalil-dalil fiqih.”
- Nashir ad-Dimasyqi: “Ia sangat menguasai berbagai cabang ilmu, terutama tafsir dan ushul fiqih.”
- Muhammad bin Ali asy-Syaukani: “Ibnu Qayyim sangat berpegang pada dalil-dalil shahih, konsisten dalam mengamalkan kebenaran, dan berani menyatakan yang benar.”
- Burhanuddin az-Zari: “Tidak ada yang melebihi Ibnu Qayyim dalam keluasan ilmu dan dedikasi pada zamannya.”
- Ibnu Tagri Badri: “Ia menguasai tafsir, fikih, bahasa Arab, ushul fiqih, dan persoalan-persoalan rinci dalam berbagai disiplin ilmu.”
Relevansi dan Kontribusi Kitab At-Tafsir al-Qayyim
Kitab ini menjadi salah satu referensi penting dalam studi tafsir, khususnya dalam memahami pendekatan tematik dan linguistik yang digunakan oleh Ibnu Qayyim. Dengan pengumpulan penafsiran yang tersebar di berbagai kitabnya, Muhammad Uwais memberikan kontribusi besar dalam mempermudah akses akademisi maupun masyarakat umum terhadap karya-karya Ibnu Qayyim. Pendekatan sufistik dan intelektual yang dikombinasikan dalam kitab ini memberikan wawasan yang kaya tentang spiritualitas dan makna ayat-ayat al-Qur’an.
Sebagai warisan intelektual, At-Tafsir al-Qayyim menunjukkan betapa luasnya cakupan ilmu Ibnu Qayyim, tidak hanya dalam tafsir tetapi juga dalam fikih, teologi, dan akhlak. Kitab ini relevan untuk dikaji lebih lanjut, terutama dalam konteks modern yang membutuhkan pemahaman al-Qur’an yang mendalam dan kontekstual.
Daftar Pustaka
Jauziyah, Ibnu Qayyim. At-Tafsir Al-Qayyim. Beirut: Dar al- Kutub al-Ilmiyah
Marzuqi, Amin. Skripsi : Penafsiran Qalb Menurut Ibnu Qayyim al – Jauziyyah (Kitab Tafsir Al – Qayyim). Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga. 2010.
Editor: Ahmad