Jika merujuk pada beberapa ayat Al-Qur’an, pencipataan manusia dapat dikategorikan kepada empat macam cara: Pertama, penciptaan Adam as (diciptakan dari tanah); Kedua, penciptaan Hawa yang ‘konon’ dari tulang rusuk Adam as; Ketiga, penciptaan Isa (diciptakan melaui seorang ibu melaui proses kehamilan tanpa ayah secara biologis); Keempat, penciptaan manusia pada umumnya selain Adam as, Hawa, dan Isa as, yaitu diciptakan melalui kehamilan seorang ibu dengan adanya ayah secara biologis.
Tulisan ini akan menampilkan berbagai macam perspektif mufassir (klasik dan modern) mengenai proses penciptaan Hawa (perempuan pertama). Apakah benar Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam as, atau ada perspektif lain tentang hal ini. Di dalam Al-Qur’an setidaknya ada tiga ayat dalam surat yang berbeda yang berbicara tentang penciptaan Hawa, QS.An-Nisa:1, QS. Al-A’raf:189, dan QS. Az-Zumar:6.
Ayat Tentang Penciptaan Hawa (Perempuan Pertama)
(QS.An-Nisa:1)
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُواْ رَبَّكُمُ ٱلَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفۡسٖ وَٰحِدَةٖ وَخَلَقَ مِنۡهَا زَوۡجَهَا ….
(QS. Al-A’raf:189)
هُوَ ٱلَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفۡسٖ وَٰحِدَةٖ وَجَعَلَ مِنۡهَا زَوۡجَهَا ….
(QS. Az-Zumar:6)
خَلَقَكُم مِّن نَّفۡسٖ وَٰحِدَةٖ ثُمَّ جَعَلَ مِنۡهَا زَوۡجَهَا ….
Perspektif Mufassir Tentang Ayat Penciptaan Hawa
Menurut kebanyakan mufassir maksud dari tiga ayat di atas adalah Hawa (perempuan pertama) diciptakan dari Adam (manusia pertama). Tepatnya dari tulang rusuk sebelah kiri Adam. Mereka beranggapan bahwa yang dimaksud نَّفۡسٖ وَٰحِدَةٖ adalah Adam. Penafsiran seperti ini dapat kita jumpai dalam tafsir Ath-Thabari, tafsir Al-Alusi, tafsir Ibn Katsir dan masih banyak lagi.
Untuk memperkuat penafsirannya, Al-Alusi dan Ibn Katsir mengutip hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim:
“Saling berpesanlah kalian untuk berbuat baik kepada perempuan, karena mereka diciptakan dari tulang rusuk. Sesungguhnya tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atasnya. Jika engkau luruskan tulang yang bengkok itu, engkau akan mematahkannya, tetapi jika engkau biarkan, dia akan tetap bengkok. Maka (sekali lagi) saling berpesanlah kalian untuk berbuat baik kepada perempuan”.
Penafsiran semacam ini seolah-olah memberi kesan kepada kita bahwa Hawa (perempuan) adalah manusia nomor dua yang harus tunduk pada kekuasaan laki-laki. Penafsiran semacam ini juga memberikan kesan bahwa laki-laki lebih unggul karena perempuan berasal darinya dan menjadikan perempuan hanya makhluk kedua dalam ciptaan. Tetapi, pertama dalam kesalahan, dosa, cacat moral dan mental. Penafsiran seperti inilah yang kemudian dipermasalahkan oleh pengusung gerakan feminisme, karena dianggap mendiskreditkan perempuan.
Berbeda dengan tiga penafsir di atas, menurut M. Abduh sumber informasi bahwa Adam manusia pertama adalah dari Taurat. Al-Qur’an sendiri tidak menyebut secara tegas bahwa نَّفۡسٖ وَٰحِدَةٖ itu adalah Adam. Sejalan dengan M. Abduh, menurut Rasyid Ridha mayoritas mufassir menafsirkan نَّفۡسٖ وَٰحِدَةٖ adalah Adam bukan berdasarkan teks ayat. Tetapi, berdasarkan keyakinan yang sudah diterima secara umum pada waktu itu bahwa Adam adalah nenek moyang umat manusia.
Tafsiran Mufasir tentang Tulang Rusuk
Pandangan M. Abduh dan Rasyid Ridho juga diikuti oleh M. Quraish Shihab. Lebih jauh, M. Quraish Shihab juga memberikan pendapanya tentang hadis tulang rusuk:
“Tulang rusuk yang bengkok harus dipahami dalam pengertian majazi (kiasan), dalam arti bahwa hadis tersebut memperigatkan para lelaki agar menghadapi perempuan dengan bijaksana. Karena ada sifat, karakter, dan kecenderungan mereka yang tidak sama dengan lelaki, yang mana bila tidak disadari akan dapat mengantar kaum lelaki untuk bersikap tidak wajar. Mereka tidak akan mampu mengubah karakter dan sifat bawaan perempuan. Kalaupun mereka berusaha akibatnya akan fatal, sebagaimana fatalnya meluruskan tulang rusuk yang bengkok”.
Pemikir Islam modern lain yang sejalan dengan M. Abduh dan Rasyid Ridho adalah Riffat Hassan (feminis muslim). Di samping menolak dengan keras pendangan para mufassir bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam, Riffat juga mempertanyakan kenapa dipastikan نَّفۡسٖ وَٰحِدَةٖ itu Adam dan زَوۡجَهَا itu Hawa, istrinya.
Padahal, ungkapnya, kata نفس dalam bahasa Arab tidak menunjuk kepada laki-laki atau perempuan, tetapi bersifat netral, bisa laki-laki bisa perempuan. Begitu juga kata زوج, tidak bisa secara otomatis diartikan sebagai istri, karena kata itu bersifat netral, artinya pasangan yang bisa laki-laki dan bisa perempuan. Disamping زوج juga dikenal istilah زوجة bentuk feminine dari زوج.
Menurut Riffat juga, Al-Qur’an tidak menyatakan Adam manusia pertama. Jadi menurut Riffat, Adam, dan Hawa diciptakan secara serempak dan sama dalam substansinya, sama pula caranya. Bukan Adam diciptakan dulu dari tanah, kemudian Hawa dari tulang rusuk Adam seperti pemikiran para mufassir dan hampir seluruh umat islam.
Tentang hadis tulang rusuk yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Riffat menolak kesahihannya karena di dalam sanadnya terdapat empat orang rawi yang dha’if yaitu Maisarah al-Asyja’I (w.?), Haramalah ibn Yahya (w.244H), Zaidah (w.161H), dan Abu Zinad (w.130H).
Demikianlah, tidak ada satupun nash al-Qur’an maupun hadis yang menghina atau memarginalkan perempuan. Bahkan seorang perempuan berkedudukan sangat mulia. Kemuliaan seorang perempuan banyak tersurat di dalam beberapa nash al-Qur’an maupun hadis. Bahkan, akan ditemukan banyak ayat-ayat yang mencerminkan atau menunjukkan kedudukan perempuan lebih tinggi daripada seorang laki-laki.