Perspektif

Konser Coldplay dan PA 212, Kenapa Jadi Kontroversial?

3 Mins read

Pernyataan Wasekjen PA 212, Novel Bamukmin, kembali menghebohkan warganet soal konser band Coldplay pada November mendatang. Ia menyatakan bahwa anggota PA 212 akan mengadakan aksi besar dengan memblokir lokasi dan mengepung bandara jika panitia penyelenggara tetap mempertahankan konser Coldplay di Indonesia.

Benarkah Coldplay Mendukung Kampanye LGBT?

Alasan penolakan yang dikemukakan oleh Novel adalah karena ia meyakini bahwa Coldplay mendukung kampanye LGBT dan menganut ateisme, yang bertentangan dengan nilai agama dan Pancasila. Tudingan yang dilontarkan Novel Bamukmin terhadap band Coldplay bukanlah tanpa dasar. Sebab beredar foto vokalis Coldplay, Chris Martin, yang memegang bendera LGBT saat konser. Ia juga mendesak pemerintah untuk menolak konser ini yang akan digelar menjelang pemilu 2024.

Hal ini mendapatkan banyak kritik dari warganet karena tuduhan Novel Bamukmin terhadap Coldplay tidak didasarkan pada riset yang mendalam. Sebenarnya, tidak ada pernyataan resmi yang menunjukkan bahwa band ini mengkampanyekan LGBT. Bahkan sang vokalis pernah mengalami homofobia dan dituduh sebagai gay oleh teman-temannya sewaktu kecil.

Selain itu, bendera LGBT yang terlihat dalam foto yang beredar berasal dari salah satu penonton. Alias bukan bendera yang ditampilkan oleh band itu sendiri. Oleh karena itu, asumsi penulis tentang simpati Coldplay terhadap kaum LGBT didasarkan pada rasa kemanusiaan, bukan sebagai pelaku LGBT.

Banyak warganet yang mengungkapkan kekesalannya kepada Novel Bamukmin dengan menyoroti fakta bahwa Coldplay datang ke Indonesia untuk mengadakan konser musik, bukan untuk melakukan kampanye LGBT. Mereka menegaskan bahwa tujuan mereka hadir adalah untuk menikmati karya musik Coldplay, dan bukan untuk alasan lain yang dituduhkan. Kontroversi ini telah memicu perdebatan di kalangan masyarakat.

Tidak hanya itu, beberapa netizen juga mengkritik tindakan berlebihan dan ketidak- konsistenan PA 212. Mereka menyoroti bahwa PA 212 tidak menunjukkan reaksi atau protes serupa ketika konser girlband Korea Blackpink diadakan. Kritik ini menyuarakan pertanyaan tentang konsistensi sikap dan selektivitas dalam menghadapi konser-konser internasional yang dianggap kontroversial.

Baca Juga  Akibat Hukum Perkawinan Campuran

Tentang Band Coldplay yang Jarang Diketahui

Terlepas dari kebenaran isu yang memicu penolakan, apakah para penolak konser Coldplay tahu bahwa band tersebut pernah mendukung kebebasan rakyat Palestina? Pada tahun 2011, band ini menghebohkan publik dengan merilis video musik berjudul “Freedom for Palestine” yang dinyanyikan oleh kelompok yang terdiri dari artis, musisi, seniman, dan penggalang dana amal yang menamakan diri mereka sebagai OneWorld.

Dukungan Coldplay terhadap Palestina tidak hanya datang dari personel band ini saja. Sang istri vokalis yang juga seorang artis Hollywood, turut memberikan dukungan dengan menyatakan dirinya sebagai pembenci Amerika. Ia rela meninggalkan Hollywood, seperti yang dilansir oleh media Spanyol. Bahkan, Gwyneth Paltrow sempat melakukan penggalangan dana untuk warga Palestina melalui The Hoping Foundation.

Selain itu, dilansir dari Detikhot, band ini juga sangat aktif dalam kegiatan sosial dan mendukung sekitar 25 lembaga kemanusiaan sejak tahun 2000. Demi mewujudkan semua kegiatan sosial ini, secara resmi band termahal ke-5 di dunia ini menyisihkan 10% pendapatan mereka untuk disumbangkan kepada yayasan kemanusiaan. Di negara yang pernah menolak konser mereka, Coldplay bahkan memberikan sponsor untuk pembelian mesin interceptor guna menyediakan air bersih.

Dengan adanya fakta-fakta ini, diharapkan bahwa para penolak konser Coldplay juga dapat melihat dan mengakui sisi-sisi positif dari band tersebut. Mereka tidak hanya sebatas sekelompok musisi terkenal, tetapi juga memiliki peran yang penting dalam mendukung isu-isu kemanusiaan dan memberikan kontribusi nyata terhadap masyarakat. Berbanding balik dengan para penolaknya yang mungkin tidak berkontribusi apa-apa untuk isu-isu kemanusiaan.

Bagaimana Sikap Kita?

Menonton konser tidak dianjurkan dalam Islam, meskipun boleh jika kita bisa menjaga diri. Contohnya, salah satu ormas Islam terbesar di Indonesia pernah mengadakan konser dalam rangka peringatan hari lahirnya. Ini menunjukkan bahwa menonton konser tidak dilarang asalkan konser tersebut membawa kebaikan dan dampak positif bagi diri sendiri dan sesama.

Baca Juga  Musik: dari Terapi Penyembuhan hingga Ritual Keagamaan

Namun, menonton konser menjadi salah dan keliru jika kita terlalu memaksakan diri. Apalagi sampai meminjam uang banyak, menjual harta, atau bahkan menjual diri hanya untuk menonton konser. Lebih baik mengalokasikan uang kita untuk hal-hal yang lebih penting dan bermanfaat bagi sesama.

Antusiasme masyarakat terhadap konser Coldplay harus menjadi pembelajaran bagi penggiat musik religius untuk menciptakan karya yang diminati oleh masyarakat secara luas. Sebagai umat Islam, kita seharusnya mampu menawarkan alternatif yang menarik dan bermanfaat dalam berbagai bidang.

Misalnya, jika orang lain menawarkan fashion, kita dapat melawan dengan fashion yang sesuai dengan prinsip Islam. Jika ada promosi makanan dan minuman lezat yang tidak halal, kita bisa menciptakan alternatif yang lebih lezat dan sesuai dengan aturan agama. Jika ada tawaran hiburan, umat Islam juga harus dapat menawarkan hiburan yang menarik tanpa harus melibatkan aksi frontal atau kekerasan yang dapat mencoreng citra agama Islam.

Penulis tidak mengklaim bahwa semua pendapat dan informasi dalam tulisan ini benar. Tulisan ini bertujuan untuk mengajak pembaca memandang segala hal dari berbagai sudut pandang secara proporsional. Dengan cara tersebut, kita akan lebih bijaksana dalam memahami dan menghadapi segala problematika yang terjadi dalam kehidupan ini.

Editor: Soleh

Ali Muthahari
5 posts

About author
Alumni Pondok Pesantren Darussalam, Garut Mahasiswa di Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta Mahasiswa Pendidikan Agama Islam yang memiliki antusias dan bermotivasi tinggi dengan kemampuan berbahasa Arab, inisiatif, dan keinginan mencari tantangan baru. Berpengalaman dalam berbagai perlombaan di bidang bahasa Arab baik tingkat nasional maupun internasional
Articles
Related posts
Perspektif

Paradoks: Salah Kaprah Memaknai Glorifikasi dan Kesederhanaan

4 Mins read
“Tempat paling berbahaya adalah tempat yang paling aman.” Kalimat di atas merupakan contoh sederhana untuk mengerti bagaimana atau apa itu paradoks. Secara…
Perspektif

Teknologi dan Inovasi Digitalisasi Pendidikan

4 Mins read
Dalam beberapa tahun terakhir, digitalisasi pendidikan di Indonesia telah mengalami lompatan besar, terutama berkat berbagai inovasi yang diperkenalkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,…
Perspektif

Pendidikan Muhammadiyah untuk Semua

4 Mins read
Sejak berdirinya, Muhammadiyah telah menempatkan pendidikan sebagai salah satu pilar utama dalam perjuangan dakwahnya. Salah satu momen penting dalam sejarah perjalanan ini…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds