Falsafah

Kritisisme Immanuel Kant: Sintesa dari Rasionalisme dan Empirisme

3 Mins read

Kritisisme Immanuel Kant – Pada zaman itu, Immanuel Kant adalah seorang filsuf modern yang paling berpengaruh. Aliran empirisme dan aliran rasionalisme ini pendiriannya sangat bertolak belakang. Rasio merupakan sumber pengenalan atau pengetahuan dalam pandangan rasionalisme.

Hal ini berbeda dengan empirisme yang menjadikan pengalaman sebagai sumber. Kantianisme yang diluncurkan oleh Immanuel Kant merupakan salah satu peran pertama dari kritisisme. Setelah era Yunani kuno, Immanuel Kant dalam bidang filsafat dipandang sebagai sebagai tokoh yang sangat berpengaruh.

Mengenal Immanuel Kant

Siapakah sosok Immanuel Kant itu? Dia adalah seorang filsuf yang sangat berpengaruh. Pada tahun 1724, Immanuel Kant dilahirkan di Konigsberg, Jerman pada tanggal 22 April.

Immanuel Kant hidup di zaman pencerahan yang lagi marak-maraknya di Jerman. Ia tidak mempunyai pengetahuan yang penuh guncangan dan tantangan (Ali Maksum: 2012).

Dalam semasa hidupnya, Kant tinggal sangat sederhana di Koenigsberg, Prusia Timur. Di Koenigsberg, ia dilahirkan oleh keluarga besar yang sangat terpengaruhi oleh pietisme. Kant dibimbing dengan nilai-nilai keterampilan, kejujuran, dan kesolehan erat dan disiplin.

Di umur tuanya, Kant terkenang dengan penuh rasa terima kasih pada sang ibunda yang telah membimbingnya untuk berbuat tidak bohong dan mencegah dari seluruh sikap dusta. Keadaan dalam pembimbingan pitistis sangat besar dampaknya pada pemikiran yang mengangkat tinggi terhadap kewajiban.

Selama belajar di perguruan tinggi tepatnya di wilayah Koenigsberg, Kant telah menekuni hampir semua pelajaran yang ada pada perkuliahannya lalu dia mendapatkan pengaruh terhadap rasionalime dari Wolf dengan perantara dosennya yang amat ia kagumi.

Dengan adanya pemberian kebebasan luar biasa untuk bisa meminjam buku-buku dosennya ini, sehingga kant bisa mendalami pelajaran fisika newton dan system-sistem yang bersifat metafisis dan logika yang dicapai pada saat itu (Budi Hardiman: 2011).

Baca Juga  Apakah Kecerdasan Menjamin Kualitas Keagamaan?

Filsafat Kritisisme Immanuel Kant

Filsafat yang dikembangkan oleh Immanuel Kant adalah filsafat terkenal dengan istilah Kritisisme. Apa sih yang disebut filsafat kritisisme itu? Filsafat kritisisme merupakan filsafat yang pelajarannya dimulai dengan membahas adanya batas-batas kemampuan rasio yang sebagai sumber pengetahuan manusia. Makannya, kritisisme sangat berbeda dengan bentuk filsafat modern sebelumnya yang mengakui kemampuan rasio secara otoriter (Juhayya: 2008).

Kenapa filsafat Kant disebut dengan filsafat kritis? Karena dalam pemikirannya ia mengomentari pendapat aliran empirisme dan aliran rasionalisme sebagai dua pendapat yang berlawanan dengan filsafat. Apalagi mulai zaman renaissans dan pencerahan.

Kemudian, Kant menjelaskan bahwasannya kedua pendapat ini dianggap sangat berpihak. Kant berupaya membahas syarat-syarat dan batas kemampuan rasional manusia serta dimensinya yang murni teoritis dan praktis etis dengan menerapkan rasio itu sendiri.

Pergolakan antara Rasionalisme dan Empirisme

Dalam pandangan rasionalisme, sesuatu yang bisa masuk dalam pengolahan melalui kaidah-kaidah yang logis adalah hal yang pasti.

Sebab, sebuah pikiran adalah pusat sentral di mana tidak sedikitpun mengandung sebuah keraguan, sangat kontras dengan indra yang samar dan kabur (pikiran: subjek, objek: yang ditangkap indra).

Tapi kemudian, pihak rasionalisme mendapat gugatan balik dari pihak empirisme di mana akal hanya bersifat observasi dan hanya indralah yang bisa menangkap sesuatu yang konkrit.

Kritisisme Immanuel Kant Sintesa antara Rasionalisme dan Empirisme

Di antara pergolakan itu, Immanuel Kant hadir dan memberikan sebuah sintesa yang baik di antara keduanya.

Di mana, akal dan indra sama-sama bekerja sama untuk menghasilkan sebuah pengetahuan yang pasti. Indra sebagai penyedia bahan mentahnya dan akal sebagai tempat pengolahannya.

Bagi Kant, pengetahuan yang dihasilkan oleh kaum rasionalisme tercermin dalam putusan yang bersifat analistik-apriori yaitu suatu bentuk putusan di mana predikat sudah termasuk dengan sendirinya kedalam subjek.

Baca Juga  Eros & Agape: Konsep Cinta yang Ditawarkan Kierkegaard

Sedangkan, pengetahuan yang dihasilkan oleh kaum empirisisime itu tecermin dalam putusan yang bersifat sintetik-aposteriori yaitu suatu bentuk putusan di mana predikat belum termasuk ke dalam subjek.

Jika kita lihat sekaligus antara kebaikan dan kelemahan dalam dua keputusan yang ada, maka Kant ingin memadukan antara keduanya yang mengantarkan pada bentuk dari putusan yang sintetik-apriori. Yang berarti, suatu putusan yang sifatnya pasti dan umum atau universal.

Tahapan-tahapan yang harus dilalui yaitu dalam bidang inderawi, akal, dan rasio. Pengetahuan yang kebenarannya mutlak. Tidak akan ada apabila pengetahuan didapatkan melalui indera. Namun apabila pengetahuan didapatkan dari luar akal murni yang tidak memiliki ketergantungan terhadap pengalaman indera ini dapat disebut apriori (Ali Maksum: 2012).

Jadi, materi tersebut dapat disimpulkan bahwa rasionalisme dan empirisme hendaklah berpadu dengan satu agar memunculkan suatu paradigma baru bahwasannya kebenaran yang empiris itu harus bersifat rasional dan begitupun dengan sebaliknya.

Editor: Rozy

Mar’atus Sholikhah
3 posts

About author
Mahasiswi Aqidah dan Filsafat Islam UINSA Surabaya
Articles
Related posts
Falsafah

Jacques Lacan: Identitas, Bahasa, dan Hasrat dalam Cinta

3 Mins read
Psikoanalisis merupakan suatu teori psikologi yang dikembangkan oleh Sigmund Freud pada abad ke-20. Teori ini berfokus untuk memahami dan menganalisis struktur psikis…
Falsafah

Melampaui Batas-batas Konvensional: Kisah Cinta Sartre dan Beauvoir

3 Mins read
Kisah cinta yang tak terlupakan seringkali terjalin di antara tokoh-tokoh yang menginspirasi. Begitu pula dengan kisah cinta yang menggugah antara dua titan…
Falsafah

Ashabiyah: Sistem Etika Politik ala Ibnu Khaldun

3 Mins read
Tema etika adalah salah satu topik filsafat Islam yang belum cukup dipelajari. Kajian etika saat ini hanya berfokus pada etika individu dan…

1 Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *