Riset

Kuntowijoyo dan Perkembangan Ilmu Sosial Profetik

3 Mins read

Siapa yang tidak mengenal Kuntowijoyo? Sosok yang saya sebut sebagai manusia profetik, semoga sebutan itu tidak berlebihan dan tidak pula bermaksud mengkultuskan pribadinya sebagai manusia.

Tentu ini adalah suatu bentuk pengakuan dari seorang pelajar yang masih fakir ilmu. Beberapa tahun terakhir ini, saya rutin mengkaji gagasan Kuntowijoyo. Melalui diskusi seputar pemikiran dan biografi kehidupan beliau.

Sependek saya mengambil hikmah gagasan ilmu sosial profetik. Mulai dari satu diskusi ke diskusi yang lain, dan juga melalui membaca, selalu saja ada pencerahan baru yang didapatkan. Hingga sampai pada satu pertanyaan sederhana, bagaimana ke depannya eksistensi gagasan Kuntowijoyo ini?

Gagasan ilmu sosial profetik ini diharapkan sebagai suatu paradigma alternatif. Khususnya dalam bidang ilmu sosial dan berkesempatan menjadi bagian dari sejarah pemikiran (Barat).

Wacana mengenai ilmu sosial profetik ini dahulu sempat hangat di Indonesia pada tahun 2000-an. Sebelum kemudian surut beberapa tahun dikarenakan meningggalnya sang pelopor.

Penerus Pemikiran Kuntowijoyo

Sepeninggal Kuntowijoyo 22 Februari 2005, banyak yang merasa kehilangan karena manusia langka ini sulit untuk kita temukan di zaman sekarang.

Belum lama ini juga kita bersedih dengan meninggalnya AE Priyono pada 12 April lalu. Ia sudah banyak berjasa dalam menyusun karya Kuntowijoyo. Termasuk buku Paradigama Islam: Interpretasi untuk Aksi merupakan kumpulan makalah Kuntowijoyo. Buku ini diedit AE Priyono sendiri, sehingga bisa diterbitkan menjadi sebuah karya.

Namun di sinilah berlaku pepatah bijak yang mengatakan bahwa, “gajah mati meninggalkan gading, sedangkan manusia mati meninggalkan nama.Kuntowijoyo akan selalu hidup  melalui sumbangsih pemikirannya yang akan trus asyik diperbicangkan sampai sekarang.

Pembahasan seputar ilmu sosial profetik ini sangatlah luas. sehingga banyak karya baru yang lahir dalam diskursus tersebut. Salah satunya ialah buku Paradigma Profetik Islam karya Prof.  Heddy Shri Ahimsa-Putra (Guru besar antropologi UGM). Menurut penuturan beliau saat diskusi di Maskam (Masjid Kampus) UGM “Mas kunto secara langsung meminta beliau untuk melanjutkan gagasannya.”

Prof. Heddy, menjelaskan secara rinci tiga unsur utama yang menjadi landasan paradigma profetik yang ia bangun. Diantarnya epistemologi, etos dan model. Ilmu sosial profetik diusulkan untuk dijadikan sebagai paradigma baru. Tentu membutuhkan pengkajian lebih jauh untuk bisa menjadi sebuah paradigma yang matang. Semisal perumusan teori, konsep dan, metodelogi.

Baca Juga  Alquran dan Sains: Kadang Sejalan, Kadang Tidak

Sekolah Profetik

Takmir Maskam UGM setiap hari Rabu mengkaji profetik sejak beberapa tahun yang lalu. Kabarnya Juli-Agustus nanti akan mengadakan “sekolah profetik”. Mungkin ini sebagai suatu ikhitiar untuk melanjutkan gagasan Kuntowijoyo.

Di sinilah kita patut bersyukur. Kendati Kuntowijoyo pergi dipanggil sang kuasa lebih dulu sebelum menyelesaikan lebih jauh gagasan “Ilmu Sosial Profetik”. Namun kita masih bisa belajar dari banyak tokoh, salah satunya adalah Prof. Heddy.

Ini juga yang dilakukan Pak Andhika (Dosen Arsitektur UMS) yang mengaku berguru langsung pada Prof. Heddy. Menurutnya, merupakan sebuah keharusan untuk mendapat sanad dari Prof. Heddy.

Lahirnya Dua Manhaj

Akan tetapi, seiring perjalanannya berguru kepada Prof Heddy, lahir sebuah aliran (manhaj) baru yang mencoba dirumuskan Pak Andhika. Melalui program kelas online membaca intensif, di sana ia menjelaskan  bahwa ilmu sosial profetik sekarang menjadi dua aliran atau manhaj.

Pertama, manhaj akademis yang berfokus mengembangkan dari aspek pembangunan paradigma. Serta melalui penelitian berbagai ranah dan lintas bidang ilmu. Ini manhajnya Prof. Heddy.

Kedua, manhaj transformatif yang berfokus mengembangkan ilmu sosial profetik melalui pengamalan di lapangan. “Ini manhaj saya,” jelas Pak Andhika.

Lebih jauh lagi beliau terangkan bahwa ini disebut manhaj lantaran adanya perbedaan dari segi asas. Termasuk metodelogi dalam memahami teks pemikiran Kuntowijoyo, bahkan berbeda dalam metode perumusan ilmu sosial profetik.

Prof Heddy berangkat dari tradisi strukturalisme Levi Strauss, sedangkan Pak Andhika ini berangkat dari tradisi fenomenologi. Pun dari rujukan buku utama yang digunakan berbeda. Prof Heddy berpegang pada buku Islam sebagai Ilmu, sedangkan Pak Andhika sendiri berpegang pada buku Paradigma Islam.

Menurut saya sendiri. Pak Andhika di sini mencoba mempertemukan dua paradigma, Islam Kuntowijoyo dengan Islamisasi Ilmu Al Attas dan Al Faruqi, yang selama ini kerap dipertentangkan.

Baca Juga  Kalender Muhammadiyah: Memadukan Tuntutan Syar’i dan Sains

Terlebih para pengkaji pemikiran Kuntowijoyo sering keliru sampai mengatakan bahwa ia menolak adanya islamisasi ilmu. Sehingga yang muncul dua pertanyaan sederhana, yaitu islamisasi ilmu seperti apa yang ditolak? Siapa tokoh islamisasi ilmu yang dikritiknya? Dua pertanyaan sederhana di atas, patut diajukan kepada mereka yang mengatakan bahwa Kuntowijoyo menolak adanya islamisasi ilmu.

Dr. Muhammad Supraja, melalui bukunya Menuju Ilmu Sosial Profetik mengurai lebih lanjut maksud gagasan Kuntowijoyo tersebut. Melalui pendekatan dan cara pandang fenomenologi, ia mejelaskan dari sejarahnya sampai tawaran gagasan sosiologi-phenomenologi-profetik.

Untuk memahami ilmu sosial profetik saya sarankan membaca lebih lanjut artikel Mengenal Ilmu Sosial Profetik dari kalimahsawa.id.

Editor: Dhima Wahyu Seajti

Avatar
4 posts

About author
Mahasiswa Hukum Keluarga Islam 2017, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA. Kader kultural NU, yang memilih untuk BerKAMMI. Sering mengikuti kajian di Muhammadiyah dan juga aktif mengisi khutbah jum'at di beberapa Masjid Muhammadiyah. Aktif sebagai pegiat Literasi "New Native", Founder @cendekia_muda.id :Komunitas Intelektual Aktivis Mahasiswa SeIndonesia. Wadah Mengkaji lebih dalam gagasan "Ilmu Sosial Profetik" Prof Kuntowijoyo.
Articles
Related posts
Riset

Membuktikan Secara Ilmiah Keajaiban Para Sufi

2 Mins read
Kita barangkali sudah sering mendengar kalau para sufi dan bahkan Nabi-nabi terdahulu memiliki pengalaman-pengalaman yang sulit dibuktikan dengan nalar, bahkan sains pun…
Riset

Lazismu, Anak Muda, dan Gerakan Filantropi untuk Ekologi

2 Mins read
“Bapak ini kemana-mana bantu orang banyak. Tapi di kampung sendiri tidak berbuat apa-apa. Yang dipikirin malah kampung orang lain,” ujar anak dari…
Riset

Pengorbanan Ismail, Kelahiran Ishaq, dan Kisah Kaum Sodom-Gomoroh

4 Mins read
Nabi Ibrahim as. yang tinggal Hebron mendapat berusaha menjenguk putra satu-satunya. Sebab pada waktu itu, Sarah sudah uzur dan belum juga hamil….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *