Tarikh

Lemper dan Segelas Teh: Hidangan Walimahan Santri Kiai Dahlan

1 Mins read

Gerakan reformasi Islam di Kauman pada awal abad ke-20 ingin mengubah tradisi yang tidak efektif. Seperti dalam tradisi resepsi walimahan, Kiai Dahlan menyarankan kepada santri-santrinya agar diselenggarakan secara sederhana. Bahkan, hidangan walimahan dicukupkan hanya dengan satu buah kue lemper dan segelas teh manis.

Walimahan Sederhana

Sejarawan Ahmad Adaby Darban mendapatkan informasi penting ini dari beberapa narasumber pelaku sejarah, seperti Bapak M Darim (wawancara tanggal 9 Maret 1980), Ibu Nyai H Hadjid (wawancara tanggal 10 Juli 1980), dan Bapak Bisjron Ahmadi (wawancara tanggal 23 Februari 1980). Informasi penting yang didapat adalah bahwa percobaan mengubah tradisi resepsi walimahan yang dinilai sangat boros diganti dengan kue lemper dan segelas teh manis telah diawali dengan baik oleh Kanjeng Penghulu H Muhammad Kamaludiningrat (Kiai Sangidu), salah seorang pengikut setia Kiai Dahlan.    

Diceritakan bahwa percobaan pertama untuk mengubah kebiasan masyarakat yang tidak Islami telah dilakukan oleh Pengulu baru, menyangkut upacara adat perkawinan yang dianggap tidak sesuai dengan Islam dan banyak membawa pemborosan. Dilakukan oleh Kanjeng Pengulu H Muhammad Kamaluddinigrat, ketika beliau menikahkan putrinya bernama Siti Umniyah. Resepsi pengantin diselenggarakan secara sederhana, dengan suguhanyang sederhana pula, misalnya sekedar lemper dan minuman teh. Meskipun demikian, seluruh undangan dan tetangga serta para fakir miskin yang berada di Alun-alun Utara dapat menikmati hidangan tersebut.

Begini Alasannya

Alasan digelarnya walimahan secara sederhana agar biaya yang telah direncanakan untuk pesta perkawinan tersebut agar sisanya dapat dibagi dua. Pertama, sisa biaya walimahan dapat digunakan modal hidup bagi pasangan pengantin baru. Kedua, sisa biaya walimahan tersebut disumbangkan kepada Muhammadiyah.

Nah, informasi berdasarkan narasumber tersebut di atas, rupanya pemikiran mengubah resepsi walimahan secara sederhana berasal dari pemikiran Kiai Ahmad Dahlan. Tujuannya untuk mengubah adat kebiasaan dalam masyarakat, yang dianggapnya menyimpang dari ajaran Islam dan mendatangkan pemborosan serta kemewahan.

Baca Juga  Jam’iyyah Nuriyyah di Kauman: Komunitas Islam Tradisional di Jantung Kota Muhammadiyah

Setelah penyederhanaan resepsi walimahan berhasil diujicobakan, maka diputuskan oleh Muhammadiyah bahwa setiap ada acara mantenan, khitan, dan sebagainya, agar diatur berdasarkan hitungan, bahwa rencana biaya keseluruhan sebaiknya dibagi tiga. Pertama, sebagian untuk walimahan. Kedua, sebagian lagi untuk modal pengantin baru. Ketiga, sebagian lagi untuk disumbangkan kepada Muhammadiyah sebagai infak. Menarik bukan?  

Sumber: buku Sejarah Kauman: Menguak Identitas Kampung Muhammadiyah karya Ahmad Adaby Darban (2010).

Editor: Arif

Avatar
1005 posts

About author
IBTimes.ID - Cerdas Berislam. Media Islam Wasathiyah yang mencerahkan
Articles
Related posts
Tarikh

Ahli Dzimmah: Kelompok Non-Muslim yang Mendapat Perlindungan di Masa Khalifah Umar bin Khattab

2 Mins read
Pada masa kepemimpinan khalifah Umar bin Khattab, Islam mengalami kejayaan yang berkilau. Khalifah Umar memainkan peran penting dalam proses memperluas penyebaran Islam….
Tarikh

Memahami Asal Usul Sholat dalam Islam

5 Mins read
Menyambut Isra Mi’raj bulan ini, saya sempatkan menulis sejarah singkat sholat dalam Islam, khususnya dari bacaan kitab Tarikh Al-Sholat fi Al-Islam, karya…
Tarikh

Menelusuri Dinamika Sastra dalam Sejarah Islam

3 Mins read
Dinamika sastra dalam sejarah Islam memang harus diakui telah memberikan inspirasi di kalangan pemikir, seniman, maupun ulama’. Estetika dari setiap karya pun,…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *