Saat ini kita berada di tengah-tengah bulan Rabiul Awwal, di mana bulan ini adalah bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Banyak kisah yang bisa kita ambil hikmah dan pelajaran untuk kita teladani di era saat ini. Terkhusus bagaimana metode dakwah Rasulullah yang pas untuk era digital saat ini.
Utamanya era saat ini adalah berkembangnya teknologi, era manusia harus bisa memanfaatkan teknologi bukan dimanfaatkan oleh teknologi.
Era saat ini, di mana teknologi dan ilmu pengetahuan sedang mengalami kemajuan yang pesat. Dahulu orang-orang yang berjauhan, saat mereka ingin berkomunikasi satu dengan lainnya, semuanya menggunakan surat. Namun, saat ini dengan sekali tekan, pesan mereka sudah sampai ke tujuan. Meskipun yang mengirim pesan berada di Indonesia, sedangkan yang dituju ada di Makkah, dalam beberapa detik saja pesannya sudah tersampaikan.
Di satu sisi ini adalah suatu peluang dan kesempatan yang baik, namun di sisi lain menjadi tantangan sebuah tersendiri. Sisi baiknya adalah informasi akan sampai begitu cepat, apalagi itu digunakan untuk berdakwah, mengajak orang kepada kebaikan, begitu baik dan bagusnya.
Namun, bagaimana jika informasi yang buruk dan jahat, niscaya juga akan menyebar dengan cepatnya. lalu bagaimana sikap kita sebagai seorang Muslim dalam menggunakan teknologi ini, lebih-lebih untuk dakwah? Dengan tetap mengikuti sunnah dan cara atau metode dakwah Rasulullah SAW.
Meneladani Metode Dakwah Rasulullah
Pada saat ini, begitu banyak sarana-sarana untuk menyampaikan dakwah kepada orang lain. Dimulai dari media sosial, media elektronik, media cetak, dan lain-lain. Namun, terkadang yang menjadi permasalahan adalah bagaimana cara seseorang berdakwah lewat media sosial.
Disinilah pentingnya meneladani metode dakwah Rasulullah, bahkan Allah SWT memuji akhlaq Nabi Muhammad SAW, sebagai bukti bahwa beliau pantas menjadi panutan kita semua. Allah berfirman:
وَاِنَّكَ لَعَلٰى خُلُقٍ عَظِيْمٍ
“Sesungguhnya engkau (hai Muhammad) memiliki akhlak yang sangat agung”. (QS. al-Qalam: 4)
Banyak hal yang dapat kita contoh dari Nabi Muhammad SAW dalam berdakwah, sedemikian apa pun media yang kita gunakan. Terkait judul kita pada kali ini, saya teringat dengan ayat Al-Qur’an yang mengkisahkan bagaimana metode atau cara Rasulullah berdakwah dalam QS. Ali Imran: 159 Allah berfirman:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”. (QS. Ali Imran: 159)
Lima Metode Dakwah Rasulullah di Era Digital
Pada ayat di atas, dapat kita ambil beberapa poin hikmah yang dapat kita jadikan panduan dalam berdakwah di era digital saat ini.
Pertama, Berlemah-Lembut dalam Berdakwah
Rasulullah SAW bersabda:
يَاعَائِشَةُ إِنَّ اللَّهَ رَفِيْقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِيْ الأَمْرِ كُلِّهِ
“Wahai Aisyah, sesungguhnya Allah itu Maha lembut dan mencintai kelembutan di dalam semua urusan”. (HR. Bukhari).
Tidak sedikit kita dapatkan orang yang mengatas namakan “dakwah”, namun ketika berbicara kepada orang lain sangat keras. Bukan karena suaranya keras, namun pada sikap. Orang yang baru mempelajari agama Islam, sudah disamakan keislamannya dengan orang yang sudah faqih atau ahli fiqh.
Kemudian orang tersebut dikucilkan, tidak dijawab salamnya, tidak ditegur saat bertemu, enggan untuk bersalaman, tidak murah senyum kepada orang lain. Kita harus belajar kepada sikap Nabi Muhammad SAW bagaimana menghadapi orang-orang yang awam. Singkatnya orang belum mengerti tentang Islam dan melakukan kesalahan dan dosa.
***
Kedua, Memaafkan dalam Berdakwah
Maaf dan memaafkan adalah bentuk terindah dalam interaksi antar manusia, meminta maaf adalah akhlaq mulia. Namun memaafkan jauh lebih baik, karena itu tak mudah dilakukan oleh semua orang. Siapa manusia yang tak pernah berbuat salah kecuali para Nabi dan Rasul yang maksum. Rasulullah SAW bersabda;
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُشْرَفَ لَهُ الْبُنْيَانُ ، وَتُرْفَعَ لَهُ الدَّرَجَاتُ فَلْيَعْفُ عَمَّنْ ظَلَمَهُ ، وَلْيُعْطِ مَنْ حَرَمَهُ ، وَلْيَصِلْ مَنْ قَطَعَهُ
“Barangsiapa yang ingin dibangunkan baginya bangunan di Surga, hendaknya ia memafkan orang yang mendzaliminya, memberi orang yang bakhil padanya dan menyambung silaturahmi kepada orang yang memutuskannya”. (HR. Thabrani)
Dalam berdakwah kepada orang lain, kadangkala bukanlah jawaban yang menyenangkan hati yang didapat. Melainkan kata-kata yang dapat mengkerutkan kening, menyesakkan dada, merenyuhkan ingatan. Tiada lain obat dari semua itu, melainkan “memaafkan”. Maafkanlah meski berat, maafkanlah meski tidak mudah, maafkanlah meski hati tergores oleh kata-kata yang perih.
Di Makkah Nabi Muhammad SAW mendapatkan perlakuan yang kasar, kekejian yang dahsyat, perlakuan yang tak mengenakkan hati. Namun, lihatlah apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW ketika Fathu Makkah, Rasulullah justru memaafkan penduduk Makkah yang pernah menyakiti beliau. Sungguh mulia sikap dan akhlaq beliau.
***
Ketiga, Berdakwah dengan Mengajak Bermusyawarah dan Tanya Jawab
Dalam sebuah Hadits disebutkan seorang sahabat bercerita tentang sikap Nabi SAW;
مَا رَأَيْتُ أَحَدًا أَكْثَرَ مَشُورَةً لِأَصْحَابِهِ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Saya tidak pernah melihat seseorang yang paling banyak bermusyawarah dengan para sahabatnya dibanding Rasulullah shallallahu’ alaihi wasallam”. (HR. Tirmidzi).
Begitu juga dalam berdakwah, melibatkan orang lain dalam pembicaraan atau bermusyawarah adalah salah satu cara agar orang tersebut merasa dihargai sebagai manusia.
Al-Hasan Al-Bashri berkata,“Jika anda sedang duduk berbicara dengan orang lain, hendaknya anda bersemangat mendengar melebihi semangat anda berbicara. Belajarlah menjadi pendengar yang baik sebagaimana anda belajar menjadi pembicara yang baik. Janganlah anda memotong pembicaraan orang lain”.
Keempat, Berdakwah dan Mendo’akan Orang yang Diajak
Dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiallahu anhu, beliau berkata; Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW membaca ayat Allah Ta’ala tentang Nabi Ibrahim:
رَبِّ اِنَّهُنَّ اَضْلَلْنَ كَثِيْرًا مِّنَ النَّاسِۚ فَمَنْ تَبِعَنِيْ فَاِنَّهٗ مِنِّيْۚ
“Ya Tuhanku, Sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia, Maka Barangsiapa yang mengikutiku, Maka Sesungguhnya orang itu Termasuk golonganku”. (QS. Ibrahim: 36).
***
Kelima, Berdakwah dan Bertawakkal Kepada Allah
فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
“Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orangorang yang bertawakkal kepada-Nya”. (QS. Ali Imran: 159).
Selain tawakkal, kita juga dapat melihat ayat lain sebagai tambahan cara berdakwah di era modern dan teknologi ini. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ
“Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Rabbmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (An-Nahl: 125).
Demikianlah lima metode dakwah Rasulullah, semoga dapat kita terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Sehingga kita bisa menjadi hamba Allah yang turut menyebarkan ajaran agama Islam, dan kita di golongkan ke dalam hamba-Nya yang bertaqwa. Aamiin yaa rabbal ‘aalamin.
Editor: Saleh