Din Syamsuddin lahir dari daerah yang menjunjung tinggi toleransi. Ia dibesarkan di Sumbawa Besar. Di daerah ini, toleransi sudah menjadi tradisi sejak lampau. Tidak heran banyak dijumpai nama-nama Kampung Bugis, Kampung Bima, Kampung Irian, Kampung Timor, Kampung Jawa, Kampung Lombok, Kampung Bali, dan lain-lain. Ini menandakan masyarakat selalu berbaur menerima pendatang dan toleransi dijunjung tinggi meski berbeda agama maupun suku. Dalam lingkungan yang seperti itulah Din Syamsuddin dibesarkan.
Besar dari rahim organisasi, Din ditempa dan digembleng menghadapi dengan banyak orang, banyak karakter dan watak. Kemampuannya di organisasi itulah yang kelak akan membawanya berhubungan dengan banyak orang, serta arif menyikapinya. Sudah semenjak remaja ia aktif di organisasi seperti menjadi ketua IPNU cabang Sumbawa di tahun 1970-1972, di mahasiswa menjadi Ketua DPP IMM tahun 1985, Ketua PP Pemuda Muhammadiyah 1989-1993, sampai dengan Ketua Umum PP Muhammadiyah 2005-2015.
Besar di lingkungan yang berbeda agama dan suku membuat Din tumbuh baik menjadi orang yang terbiasa menanggapi perbedaan. Sebagaimana dalam Islam, Din menganggap perbedaan adalah rahmat. Dan perbedaan itulah yang seharusnya menjadi potensi untuk melakukan kerja bersama demi kepentingan kemanusiaan dan kebangsaan.
Pernah dihadapan 300 pemuka agama Kristen ia menyampaikan: “Perlu dipahami bahwa misi kerasulan Muhammad SAW adalah menyebarkan rahmat bagi alam semesta. Lil alamiin artinya seluruh alam, jadi bukan lil muslimin, atau rahmat hanya untuk seluruh muslim.”
Pergaulannya dengan tokoh lintas iman selalu ia gunakan sebagai momentum untuk mengajak dan menguatkan persatuan demi kepentingan bangsa dan juga kemanusiaan. Misi ini dibawa hingga Din bertemu, berdialog, dan bekerjasama dengan semua tokoh lintas agama dan peradaban hingga ke kancah internasional.
Juru Damai Indonesia dan Dunia
Semenjak memimpin persyarikatan Muhammadiyah, Din selalu getol menyerukan dakwah yang lentur, akomodatif, dialogis, dan meminimalisir konflik dan perpecahan serta gesekan antar umat beragama. Itulah mengapa Din selalu dan aktif menjalin interaksi dan bermusyawarah dengan antar tokoh agama.
Di bawah kepemimpinan Din Syamsuddin, Muhammadiyah menjadi gerbong dalam mengusung nilai-nilai toleransi dan juga gerakan dakwah yang damai dan luwes. Muhammadiyah di bawah kepemimpinan Din Syamsuddin juga menjadi corong dan berkiprah nyata baik dalam konflik dalam negeri maupun luar negeri.
Din berpegang prinsip sesuai yang ditulis oleh Zuly Qodir bahwa “membangun relasi antar umat beragama tidak berarti menghilangkan identitas sebagai seorang muslim”. Justru sebaliknya menguatkan identitas kita dan membawa misi Islam yang rahmatan lil alamin.
***
R. Alpha Amirrachman mencatat dan mendokumentasikan kerja-kerja Din Syamsuddin dalam hubungan antar peradaban di kancah internasional.
Pertama, pada 27-28 Maret 2006, Din Syamsuddin mewakili PP Muhammadiyah bersama-sama Rusia dengan dunia Islam membentuk aliansi strategis. Kedua, Din terpilih sebagai Ketua Kehormatan Konferensi Dunia Agama untuk Perdamaian (World Conference on Religion for Peace/ WCRP). Ketiga, Din menghadiri organisasi para tokoh berbagai agama pada 17-20 Oktober 2008 dalam ACRC (Asian Conference of Religions for Peace). Keempat, mendukung kemerdekaan Kosovo di tanggal 15-17 Mei 2002. Kelima, di Summit of Religious Leaders di Tokyo pada 3 Agustus 2012. Keenam, menghadiri Interfaith Conference di Peja Kosovo tanggal 25-26 Mei 2013. Dihadiri 300 tokoh dan cendekiawan dunia. Dan masih banyak peran dan konferensi yang dihadiri oleh Din Syamsuddin dalam rangka sebagai tokoh yang menggerakkan dan diakui dunia dalam urusan perdamain dunia.
Di tahun 2017 Din Syamsuddin dipercaya sebagai Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antar Agama dan Peradaban. Ia juga dipercaya dalam kepemimpinan organisasi perdamian dunia seperti berikut: Sejak 2006, ia adalah ketua World Peace Forum, Co-President of World Conference of Religions for Peace (WCRP) sampai sekarang, President of Moderator of Asian Conference of Religions for Peace (ACRP) Japan sejak 2007 sampai sekarang.
Di dalam negeri sendiri, Din Syamsuddin bersama Muhammadiyah juga mencetuskan konsep Pancasila sebagai Darul Ahdi Wa Syahadah. Ia juga kerap diundang untuk menyelesaikan berbagai konflik di wilayah nusantara terutama yang berhubungan dengan gesekan antar agama. Din juga pernah diundang untuk menyelesaikan konflik di Thailand Selatan.
Pemikiran dan juga catatan kritisnya tentang dialog antar peradaban sudah banyak dibukukan. Muhammadiyah Kini dan Esok (1990), Etika dalam Membangun Masyarakat Madani (2000), Muhammadiyah Untuk Semua (2014). Bersama Muhammadiyah, Din Syamsuddin telah membuktikan bahwa Islam bisa berperan dalam kancah global dan berkontribusi nyata dalam gerakan anti kekerasan dan menciptakan perdamaian dunia secara nyata.
Editor: Yahya FR