IBTimes.ID – MAARIF Institute bekerjasama dengan PPIM UIN Jakarta dan UNDP melakukan evaluasi dan studi dampak terhadap para alumni program Pesantren Leaders Visit to Japan sekaligus peluncuran buku “Kisah Inspiratif Pemimpin Pesantren: Pembelajaran Rihlah Kiai/Nyai ke Negeri Sakura”.
Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta bekerjasama dengan pemerintah Jepang menginisiasi program Pesantren Leaders Visit to Japan. Program ini bergulir sejak 2004 hingga kini, dengan rata-rata pemberangkatan 10 orang tiap tahunnya. Sekitar 160-an pemimpin pesantren yang terdiri dari para kiai, nyai, ustadz, dan ustadzah yang tersebar dari berbagai pesantren di seluruh Indonesia telah mengikuti program yang berdurasi, kurang lebih, selama 2 pekan ini.
Selama program berlangsung, meskipun tidak selalu sama setiap tahunnya, para pemimpin pesantren mengunjungi sejumlah situs keagamaan, budaya, sejarah, lembaga pendidikan, perusahaan, dan bangunan pemerintah di beberapa bagian di Jepang. Mereka mengalami kehidupan masyarakat Jepang dan hidup dalam komunitas non-Muslim ketika mendapatkan kesempatan home stay di rumah penduduk.
MAARIF Institute bekerjasama dengan PPIM UIN Jakarta dan UNDP melakukan evaluasi dan studi dampak terhadap para alumni program. Menurut Direktur Eksekutif MAARIF Institute, Abd Rohim Ghazali, buku yang diluncurkan merupakan salah satu luaran dari kegiatan ini. Di mana terdapat 4 hal utama yang ingin dilihat.
“Pertama, kami ingin mengidentifikasi aktivitas kiai, nyai, ustadz, dan ustadzah alumni program pasca rihlah ke Jepang. Kedua, memeriksa dampak apa saja yang terjadi di pesantren, misalnya dalam kurikulum, metode pembelajaran, maupun aktivitas yang dikembangkan. Ketiga, menganalisis sejauhmana manfaat yang dirasakan pesantren. Dan terakhir atau keempat, mengidentifikasi tantangan yang dihadapi dan solusi yang diambil dalam menerapkan pembelajaran yang didapat di Negeri Matahari Terbit,” ungkapnya.
Menurut Rohim, masyarakat Indonesia bisa belajar beberapa hal dari Jepang, misalnya ketangguhan. Jepang adalah negara yang berada di wilayah rawan bencana. Ada beberapa bencana besar yang terjadi di Jepang.
Tetapi, di luar itu, bencana yang terbesar adalah perang dunia kedua. Jepang mampu bangkit dari kekalahan di PD II dan justru menjadi negara yang paling maju di Asia.
Selain itu, masyarakat Indonesia juga bisa belajar dari Jepang tentang sistem pendidikan. Pendidikan di Jepang memiliki sistem yang paling maju di Asia dan masuk ke dalam jajaran negara-negara maju di dunia. Buktinya, Jepang menjadi negara yang memberikan tokoh paling banyak dalam penerima hadiah nobel.
“Kita bisa mengambil pelajaran apa dampak yang dapat diambil dari kunjungan itu, baik bagi diri sendiri maupun bagi pesantren yang diwakili. Mohon maaf apabila dalam program ini ada hal-hal yang kurang berkenan,” ujar Rohim.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif PPIM UIN Jakarta, Ismatu Ropi, mengungkapkan bahwa evaluasi dan studi dampak ini ingin melihat impact secara keseluruhan, baik yang bisa diukur maupun tidak.
Buku yang diluncurkan merupakan rekaman dari dampak-dampak yang tidak bisa diukur, yang perubahannya bersifat personal, ke dalam diri. Nanti kita juga akan mengikuti paparan dari dampak-dampak yang bisa diukur. Misalnya terkait kebersihan, metode pembelajaran, dan aktivitas yang dikembangkan, terangnya.
Dalam acara peluncuran buku ini, MAARIF Institute memaparkan temuan-temuan dari asesmen yang dilakukan. Pemaparan hasil asesmen dan peluncuran buku disampaikan oleh Zahroh (Ponpes Madrasah Wathoniyah Islamiyah Banyumas/Alumni Program tahun 2017) dan Ketut Imaduddin Djaman (Ponpes Bali Bina Insani/Alumni Program tahun 2007).
Reporter: Yusuf