Tafsir

Makna Ubun-Ubun dalam Surat Al-Alaq: 15-16

2 Mins read

An-Naashiyah dalam bahasa Indonesia disebut juga dengan ubun-ubun atau bagian kepala yang dekat dengan dahi bagi anak yang masih bayi dan masih bergerak-gerak. Ubun-ubun dalam bahasa Inggris disebut dengan Fontanel yang merupakan kata serapan dari bahasa itali, yaitu Fontanella yang berarti air mancur kecil.

Sedangkan Kata An-Naashiyah, menurut arti bahasa berarti potongan rambut di ujung kepala atau jambul. Menurut al-Farra’ redaksi (linasfa’an binnaashiyah), artinya adalah kami akan memecahkan, menjambak, menyiksa, dan merendahkan kepala tempat tumbuhnya rambut atau jambul.

Yulia Hernawati menjelaskan pada dasarnya semua bayi memiliki ubun-ubun di kepalanya. Umumnya,  ubun-ubun muncul dalam bagian terpisah yaitu anterior fontanel yang berukuran besar sekitar 3×3 cm dan terletak di atas kepala, serta posterior fontanel yang ukurannya lebih kecil dan terletak di bagian belakan kepala.

Seperti yang disebutkan dalam ayat Al-Qur’an salah satunya adalah QS. Al-Alaq: 15-16. Yang menyebutkan dalam kata naashiyah yang memiliki arti ubun-ubun.

كَلا لَئِنْ لَمْ يَنْتَهِ لَنَسْفَعًا بِالنَّاصِيَةِ,  نَاصِيَةٍ كَاذِبَةٍ خَاطِئَةٍ

“Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-ubunnya, (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka”.

Penafsiran Ulama

Terkait dengan ayat di atas, para ulama menafsirkan, niscaya kami akan memegang ubun-ubun Abu Jahal dan melemparkannya ke neraka kelak di hari kiamat. Di sini, Al-Qur’an mengilustrasikan jambul Abu Jahal sebagai pembohong dan pendusta, sehingga layak dijambak.

Maka muncullah pertanyaan kepada para ilmuwan yakni, kenapa hanya anggota tubuh ini yang diilustrasikan sebagai pembohong dan durhaka dan bukan anggota tubuh yang lainnya?

Mengingat jambul Abu Jahal dicap pendusta dan durhaka, maka jambul orang-orang yang tidak sehaluan dengannya tentu bisa disifati dengan cap jujur dan benar.

Baca Juga  Proses Pembentukan Oksigen dalam Ilmu Kimia dan Al-Quran

Hal ini menunjukkan secara tegas bahwa jambul dan ubun-ubun yang terletak di atas kening adalah bagian tubuh yang bertanggung jawab terhadap sifat-sifat seperti jujur dan bohong, salah dan benar, berbakti dan durhaka. Adapun isyarat senada dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnadnya.

نَاصِيَتِي بِيَدِكَ مَاضٍ فِي حُكْمِكَ عَدْلٌ فِي قَضَائِكَ

 “Rambut ubun-ubunku ada di tangan-Mu. Aku berjalan di dalam ketentuan-Mu, adil dalam ketetapan-Mu

Hadis ini menjelaskan bahwa takdir manusia sepenuhnya ada di tangan Allah Swt dan secara implisit ia mengisyaratkan arti yang sama sebagaimana yang ditunjukkan oleh surah al-Alaq di atas, bahwa ubun-ubun memberikan peran yang besar dalam mengendalikan dan membatasi perilaku manusia.

Dengan demikian Al-Qur’an dan hadis menetapkan bahwasanya pemegangan jambul (rambut ubun-ubun) adalah satu isyarat yang menunjuk penguasaan yang mutlak terhadap segala sesuatu yang melata (manusia dan hewan) di muka bumi. Kekuasaan meniscayakan kepatuhan dan ketundukan, maka pemegang rambut ubun-ubun adalah jalan menuju kesana.

Dalam kitab tafsir muyassar QS. Al-Alaq:15 menyatakan bahwa demi Allah, jika ia tidak mau berhenti menentang kebenaran dan menghina Rasulullah, niscaya kami tak akan segan-segan untuk menarik ubun-ubunnya dan kemudian membuangnya ke neraka jahannam secara hina.

***

Sedangkan dalam QS. Al-Alaq:16 menyatakan bahwa ubun-ubun yang dimaksud di sini adalah ubun-ubun orang yang mendustakan wahyu dan melanggar hukum Allah, ia mendustakan wahyu dan menyalahi semua hukum. Singkat kata, karena keinginannya sudah jahat maka akidahnya pun sesat.

Dalam kitab tafsir Al-Misbah menyatakan bahwa setelah ayat yang lalu mengencam siapa yang tidak menyadari bahwa Allah Maha Melihat, disini mereka mengancam bahwa: Hati-hatilah apabila ia yakni Abu Jahal atau siapa pun tidak berhenti mengganggu, atau mencegah dan melarang Nabi Muhammad Saw. Maka pasti, Kami akan seret ubun-ubunnya atau kami bakar ia sehingga hangus dan berubah warna kulitnya. Ini disebabkan karena ia adalah ubun-ubun yakni sosok yang pembohong lagi pendurhaka.

Baca Juga  Keistimewaan Rayap dalam QS. Saba’: 14

Dalam kitab tafsir al-Azhar QS. Al-Alaq:15 menyatakan bahwa “sungguh! Jika dia tidak mau juga berhenti” (pangkal ayat 15). Dari menghalagi utusan Allah menyampaikan seruannya, dan tidak mau juga berhenti mengejek dan menghina, “Sesungguhnnya akan kami sentakkan ubun-ubunnya”.

Sedangkan ayat 16 mengatakan bahwa “ubun-ubun” yang penuh”yang dusta, yang penuh kesalahan”(ayat 16). Ditarik ubun-ubunya artinya ialah karena kepala dari orang itu sudah kosong dari kebenaran. Isinya hanya dusta dan bohong, kesalahan dan nafsu jahat. Artinya dia pasti akan mendapat hukuman yang kejam dari Tuhan.

Editor: Yahya FR

Arum Puspita Sari
3 posts

About author
Mahasiswa
Articles
Related posts
Tafsir

Tafsir at-Tanwir: Relasi Antar Umat Beragama

4 Mins read
Relasi antar umat beragama merupakan diskursus yang selalu menarik untuk dikaji. Khususnya di negara kita, hubungan antar umat beragama mengalami pasang surut….
Tafsir

Puasa itu Alamiah bagi Manusia: Menilik Kembali Kata Kutiba pada Surah Al-Baqarah 183

3 Mins read
Salah satu ayat yang amat ikonik tatkala Ramadhan tiba adalah Surah Al-Baqarah ayat 183. Kendati pernyataan itu terbilang asumtif, sebab saya pribadi…
Tafsir

Surah Al-Alaq Ayat 1-5: Perintah Tuhan untuk Membaca

2 Mins read
Dewasa ini, masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam, tampaknya memiliki minat baca yang sangat rendah. Tidak mengherankan jika banyak orang terpengaruh oleh banyak…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *