Oleh: Prof. Dr. Mr. Kasman Singodimedjo
Manusia dan Penciptaannya
Quran Surat Al-Sajdah ayat 6-9: “Begitulah (Allah) Maha Tahu perkara yang tersembunyi dan yang terang, Maha Kuasa dan Penyayang. Dan segala sesuatu yang diciptakan-Nya dibuat-Nya dengan sebaik-baiknya, dan dimulai-Nya menciptakan manusia dari tanah. Kemudian itu dijadikan-Nya keturunan (manusia) dari sari pati air yang hina (air mani). Kemudian disempurnakan-Nya dan ditiupkan ke dalamnya sebagian dari ruh-Nya. Dan dijadikan-Nya untuk kamu pendengaran, penglihatan, dan hati. Sedikit kali kamu bersyukur.”
Quran Surat Fathir ayat 77: ”Dan Allah menciptakan kamu (manusia) dari tanah, kemudian dari air mani, kemudian itu dijadikan-Nya kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). Seorang perempuan tidak akan mengandung dan tidak akan melahirkan kandungannya melainkan dengan ilmu Allah. Dan tidak akan dipanjangkan umur orang yang panjang umurnya, dan tidak akan dikurangkan umurnya melainkan ada penetapan-Nya dalam Kitab. Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah mudah belaka.”
Quran Surat Ar-Rahman ayat 14: ”Dia (Allah) telah menciptakan manusia dari tanah liat bagai tembikar.” Surat Al-Mu’minun ayat 12: ”Dan sesungguhnya Kami jadikan manusia dari sari tanah.” Surat Al-Hijr ayat 26: ”Dan sesungguhnya Kami jadikan manusia itu dari tanah liat yang kering dan dari lumpur hitam sampai ia berbentuk.”
Begitulah antara lain penciptaannya oleh Allah. Adapun mengenai maksud mengapa Allah menciptakan manusia itu, dapat kita baca dalam ayat-ayat Al-Qur’an berikutnya.
Quran Surat Hud: ”Dan Dialah (Allah) yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan singgasana-Nya di atas arsy, karena Dia hendak menguji siapa paling baik pekerjaannya.” Surat Adz-Dzariyat ayat 56-58: ”Tidak Kuciptakan jin dan manusia itu kecuali agar mereka itu mengabdikan diri kepada-Ku. Aku tidak hendak minta rizki kepada mereka dan Aku tidak hendak meminta supaya mereka memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allah itu Dialah Pemberi Rizki, Kuat, Teguh.”
Quran Surat Al-Qiyamah ayat 36: ”Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan dibiarkan begitu saja dengan tiada mempunyai tanggung jawab?” Surat Ibrahim ayat 32-34: ”Allah yang menciptakan langit dan bumi, dan menurunkan air hujan dari langit (awan), dan dengan itu dihasilkan-Nya buah-buahan menjadi rizki kamu, dan Dia yang mengadakan kapal berguna untuk kepentingan kamu, supaya dilayarkan di lautan dengan perintah-Nya, dan Dia mengadakan sungai-sungai yang berguna untuk kepentingan kamu. Dan Dia menyuruh matahari dan bulan berguna untuk kepentingan kamu; keduanya beredar menurut jalannya, dan Dia yang memerintahkan malam dan siang berguna untuk kepentingan kamu. Dan Dia yang memberi apa yang kamu minta: dan jikalau kamu hitung nikmat Allah itu, niscaya tidak dapat kamu menghitungnya; sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan ingkar (atas nikmat-nikmat Allah).”
Quran Surat An-Nahl 17: ”Apakah yang Mencipta itu sama dengan yang tidak mencipta? Mengapa kamu (manusia) tidak fikirkan?” Surat Luqman ayat 20: ”Tidakkah kamu perhatikan bahwa Allah telah memudahkan untuk kamu apa yang ada di langit dan di bumi, dan telah disempurnakan karunia-Nya yang lahir dan batin utnuk kamu. Tapi di antara mereka itu ada yang membantah Allah dengan tiada pengetahuan, tiada pimpinan, dan tiada Kitab yang memberikan penerangan.” Selain itu, dapat dibaca juga Surat Al-Jatsiyah ayat 12-13.
Manusia Tidak Berdaulat
Dari ayat-ayat Al-Quran tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia itu “tidak dapat dianggap mempunyai kekuasaan penuh/berkedaulatan tanpa batas.” Meskipun begitu, Allah memberi hak dan kebebasan (betapapun terbatas) kepada manusia. Dan dengan pengertian itu, manusia dapat bertindak sebagai fail (pelaku), dapat bersikap secara bebas sesuai dengan niat atau kehendaknya, tetapi manusia tetap bertanggung jawab atas sikap dan tindakannya itu, tidak saja kepada Allah dan batiniah/pribadinya sendiri, tetapi juga kepada lingkungan dan masyarakat tempat dia berada.
Gambaran masyarakat yang terkecil adalah keluarga. Di situ dia berada, mungkin sebagai anggota biasa, tetapi mungkin juga dia sebagai kepala keluarga dengan pertanggungjawaban penuh atau sebagai wakil kepala keluarga dengan tanggung jawab terbatas.
Itulah manusia! Sekali-kali tidak menjadi cita-citanya untuk menjadi Robinson Cruso yang hidup sendirian sebagai pengembara tanpa maksud, tanpa arah, tanpa tanggung jawab.