IBTimes.ID – Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) mengadakan Seminar Pra-Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah 48. Seminar yang mengangkat tema “Jalan Baru Gerakan Kemanusiaan Muhammadiyah” ini diadakan di Kampus UMSU, Medan pada Sabtu (22/2). Marpuji Ali, Bendahara Pimpinan Pusat Muhammadiyah menghadiri kegiatan tersebut mewakili Pimpinan Pusat Muhammadiyah untuk membuka kegiatan sekaligus memberikan sambutan.
Dalam sambutannya, Marpuji menyampaikan bahwa ia bersyukur karena syiar Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah di Solo sudah bisa dirasakan di Sumatera Utara. Ia mengatakan bahwa yang dimaksud dengan jalan baru gerakan kemanusiaan tidak berarti membuat jalan baru sama sekali, dengan menghapus prinsip lama yang sudah terkenal dengan konsep Al-Maun. Tetapi gerakan Al-Maun ini dipertajam, diperjelas, diperluas, dan dikonkretkan untuk menatap masa depan yang akan datang.
Ajaran Kiai Dahlan: Al-Maun
Pemikiran Kiai Dahlan tentang kemanusiaan itu sederhana, tapi lugas. Yakni sebuah ilmu atau teori harus dihayati dan diinternalisasi dalam kehidupan nyata. Yang sering perdebatan adalah apakah Kiai Dahlan itu pemikir atau praktisi. “Kalau ia seorang pemikir kok tidak ada warisan buku. Tetapi pengaruh dari apa yang ia lakukan itu luar biasa, sudah menyebar di seluruh dunia. Sehingga menjadikannya sebagai sosok yang bersahaja tapi kritis.” Papar Marpuji.
Kiai Dahlan adalah seorang yang rajin ibadah, rajin beramal soleh, dan peduli terhadap persoalan kehidupan masyarakat di sekitarnya sekaligus. Dahlan mengawali gerakannya dengan memulai melakukan kajian-kajian Alquran, kemudian dipadukan dengan realitas-realitas sosial.
Menurut Marpuji, pemikiran Kiai Dahlan, khususnya tentang teologi Al-Maun, telah berkemang luas di masyakarakat. Bentuk praksisnya bisa dilacak melalui riset sejumlah tulisan dan kesaksian para muridnya, dan bisa juga dengan inventarisasi amal usaha Muhammadiyah.
Amal Usaha yang tersebar di seluruh pelosok negeri, sampai di pedalaman, adalah bentuk konkret dari pengaruh pemikiran Kiai Dahlan. “Dapat kita temukan beberapa orang yang pada saat meninggal dunia, mewariskan buku yang banyak, namun hanya sebatas buku saja. Sedangkan Kiai Dahlan tidak mewariskan buku, namun pengaruhnya sampai sekarang dapat kita teruskan. Sampai sekarang gerakan itu diteruskan oleh Sang Pencerah-Sang Pencerah baru yang luar biasa”, papar Marpuji.
Beberapa pekan yang lalu, sebagaimana yang diceritakan oleh Marpuji, ada kasus perundungan di SMP Muhammadiyah Purworejo. Muhammadiyah walaupun memiliki bangunan-bangunan yang bagus, namun berani menampung anak-anak buangan.
Menurut Marpuji, tidak ada yang berani menerima anak buangan selain Muhammadiyah. Muhammadiyah menerima mereka, mendidik, dan mengembangkan. Yang sebelumnya anak-anak tersebut tidak mampu, diajari menjadi mampu. Yang tadinya bodoh, diajari menjadi pintar. Inilah yang dimaksud dengan spirit Al-Maun.
Perluasan Dimensi Al-Maun
Menurut mantan Ketua PWM Jawa Tengah ini, yang dimaksud dengan jalan baru gerakan kemanusiaan Muhammadiyah adalah aktualisasi seluasnya terhadap gerakan profetik Al-Maun, yang awalnya diinisiasi oleh Kiai Dahlan. Gerakan ini mewujud menjadi PKO dan panti asuhan yang sekarang diperteguh dengan adanya MDMC (Muhammadiyah Disaster Management Center), LazisMu, dan juga peningkatan layanan pendidikan dan kesehatan di masyarakat.
Gerakan kemanusaan ini tidak hanya berjalan kalau ada bencana. Sejatinya, semua yang dilakukan Muhammadiyah adalah gerakan kemanusiaan. Karena, sasaran dakwah Muhammadiyah adalah manusia.
Gerakan Al-Maun ini, menurut Marpuji, perlu diperluas dengan Surat Al-Baqoroh ayat 127-129 sekaligus 177. Bahwa dakwah Muhammadiyah harus membawa fondasi yang kuat, yang dicontohkan oleh Ibrahim dan Ismail ketika membangun fondasi Ka’bah. Itu adalah simbol kekuatan ibadah dan tauhid.
Al-Baqoroh ayat 128 berisi harapan agar dakwah Muhammadiyah dapat tetap berlanjut dengan bergantinya generasi. Sedangkan Al-Baqarah ayat 129 berisi bagaimana seharusnya Muhammadiyah bisa melaksanakan fungsi kerisalahan dengan membawa misi rahmatan lil ‘alamin. Itu perlu diperjelas dengan surat Al-Baqoroh ayat 177 yang mengandung dimensi aqidah-tauhid, ibadah mahdhah, maupun akhlaqul karimah.
Gerakan Kemanusiaan di Dunia Internasional
Marpuji, yang juga merupakan Ketua Panitia Pusat Muktamar, memuji langkah-langkah yang dilakukan oleh MDMC. MDMC tidak hanya melakukan tanggap bencara, namun juga rehabilitasi pasca bencana. Sehingga, sering MDMC datang ke suatu tempat, kemudian ditempat itu berdiri ranting Muhammadiyah. Dan gerakan kemanusiaan Muhammadiyah itu adalah bagian dari dakwah.
“Jangan sampai kita datang ke suatu tempat yang kemudian kita tinggalkan, kemudian orang lain datang membawa misi yang lain. Agama lain pun juga sama, mereka datang membantu sekaligus membawa misi. Soal itu berhasil atau tidak itu urusan Allah”, ujar Marpuji.
Bahkan, saat ini MDMC sedang menyiapkan akreditasi internasional. Marpuji mengabarkan bahwa bulan Maret tahun 2020 ini MDMC akan divisitasi untuk mendapatkan akreditasi internasional. Sebenarnya, di Muhammadiyah tidak hanya MDMC yang diakui di dunia internasional. Sebagaimana yang disampaikan Marpuji, RS PKU Surakarta pada bulan Februari 2020 juga mendapatkan akreditasi internasional.
Ini menjadi bukti bahwa kinerja MDMC di Palestina, Filipina, Somalia, Nepal, Myanmar, dan lain-lain itu diakui oleh dunia internasional. Oleh karena itu, Marpuji berharap Seminar Pra-Muktamar ini mampu memberikan ketajaman terhadap peran-peran Al-Maun yang telah digerakkan oleh Muhammadiyah.
Sebagai penutup, Ketua Panitia Pusat Muktamar ini berharap bahwa gerakan Al-Maun bukan merupakan pekerjaan satu lembaga saja. Namun menjadi nafas gerakan semua aktivitas Muhammadiyah, sehingga perlu kesatuan dan sinergitas semua Majelis, Lembaga, Ortom, dan AUM.
Reporter: Yusuf R Y
Selengkapnya di sini