Report

Media Sosial adalah Alat Efektif untuk Menyebarkan Kesetaraan Gender

1 Mins read

IBTimes.ID – Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah Siti Syamsiyatun menyebut bahwa literasi digital menjadi alat yang penting untuk memerangi paham ekstremisme dan patriarkis. Menurutnya, di era pandemi, muncul banyak konten yang tidak adil terhadap perbedaan gender. Di sisi lain, media digital lebih kuat dan cepat menyebar daripada media lain.

“Pada era pandemi ada banyak konten-konten yang memberikan stereotype negatif terhadap perempuan. Itu meningkat secara signifikan. Maka pemahaman literasi digital menjadi penting terlebih di masa pandemi ini,” ujarnya.

Menurutnya, konten-konten yang tidak adil terhadap gender meningkat hingga 25%. Hal tersebut membuatnya heran lantaran konten-konten tersebut itu lebih banyak pengunjungnya dibandingkan situs-situs milik ormas-ormas besar yang moderat.

“Padahal kita banyak anggota, tapi justru website konservatif malah mendapat kunjungan banyak daripada yang moderat,” imbuhnya.

Hal tersebut ia sampaikan dalam kegiatan Online International Seminar “Building International Cooperation to Reinforce Commitments s and Practices of Islam as Rahmatan Lil ‘Alamin”, Rabu (26/1). Kegiatan tersebut digelar oleh INFID, PP Muhammadiyah, dan PBNU.

Pengurus Lembaga Penelitian dan Pengembangan PP Aisyiyah tersebut menyebut bahwa salah satu media yang konsisten menyuarakan isu kesetaraan gender adalah Suara Aisyiyah. Media tersebut, imbuhnya, telah terbit dan menyuarakan kesetaraan gender sejak tahun 1926 dalam bentuk majalah cetak. Kini, Suara Aisyiyah telah dikembangkan dalam bentuk digital.

Menurutnya, ada sembilan prinsip yang harus dipegang oleh media digital yang moderat, yaitu shidiq (jujur), tawazun (seimbang), tabayyun (klarifikasi), hurriyyah (merdeka), adalah (adil), tabligh (menyampaikan), amanah (dapat dipercaya), fathanah (cerdas), dan jahr (terang). Ia juga menyebut perlu ketekuann dan konsistensi dalam mengembangkan media.

Hal senada juga disampaikan oleh Ketua PBNU Alissa Wahid. Menurutnya, jumlah smartphone di Indonesia lebih banyak dari jumlah masyarakat Indonesia. Artinya, media digital yang diakses melalui smartphone adalah alat yang sangat efektif dalam menyebarkan gagasan.

Baca Juga  Tiga Pondok Pesantren Muhammadiyah di Kalimantan Timur, Calon Ibukota Negara

Maka, Alissa berharap agar umat Islam yang moderat mulai membangun narasi yang efektif. Umat Islam tidak hanya harus membanjiri media sosial dengan konten, namun juga memastikan konten tersebut mampu diinternalisasi dengan baik oleh generasi milenial.

Lebih-lebih, generasi milenial dihadapkan pada dua model keberagamaan, yaitu substantif-inklusif dan eksklusif-legal formalistik.

“Generasi milenial Indonesia menganggap bahwa agama adalah hal yang sangat penting. Maka narasi-narasi keagamaan di media sosial harus berupa narasi yang menampilkan Islam rahmatan lil ‘alamin,” ujar Alissa.

Reporter: Yusuf

Avatar
1446 posts

About author
IBTimes.ID - Rujukan Muslim Modern. Media Islam yang membawa risalah pencerahan untuk masyarakat modern.
Articles
Related posts
Report

Anak Ideologis itu Amal Jariyah

1 Mins read
IBTimes.ID, Yogyakarta – Pendakwah muda Habib Husein Ja’far Al Hadar menyebut anak ideologis lebih baik daripada anak biologis. Alasannya, karena perjuangan dengan…
Report

Alissa Wahid: Gus Dur Teladan Kesetaraan dan Keadilan

2 Mins read
IBTimes.ID, Yogyakarta – Direktur Jaringan GUSDURian Alissa Wahid memberikan tausiyah pada peringatan Haul Gus Dur ke-15 yang bertempat di Laboratorium Agama UIN…
Report

Alissa Wahid: Empat Faktor Penyebab Meningkatnya Kasus Intoleransi di Indonesia

2 Mins read
IBTimes.ID, Yogyakarta – Direktur Jaringan GUSDURian Alissa Qotrunnada Wahid atau Alissa Wahid menyampaikan bahwa ada empat faktor utama yang menyebabkan tren peningkatan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds