Review

Cak Nun: Hubungan Islam, Budaya, dan Seni

3 Mins read

Biografi Singkat Cak Nun

Cak Nun atau mempunyai nama lengkap Emha Ainun Nadjib dilahirkan pada tanggal 27 Mei 1953 di Menturo, Sumobito, Jombang Jawa Timur. Menturo sebagai tempatnya budaya tradisi yang menjadi peran penting bagi perjalanan panjang Emha Ainun Nadjib, baik secara perkembangan sosial, intelektual, kultur, dan tidak lupa spiritual. Sehingga ia dikenal sebagai tokoh intelektual Islami di Indonesia.

Emha Ainun Nadjib bersyukur dilahirkan di desa, karena dari desa ia mendapatkan pelajaran yang sangat penting, seperti pengalaman juga pelajaran tentang kesederhanaan, kewajaran, dan juga kearifan hidup. Ayahnya adalah seorang Kiai yang terpandang di desa Menturo, Sumobito Jombang. Pada masa kecil, Emha Ainun Nadjib sebenarnya bisa sekolah di tempat ayahnya, tetapi ia memilih untuk bersekolah di tempat lain.

Emha Ainun Nadjib pernah mondok di Gontor Ponorogo, Jawa Timur. Tapi ia tidak sampai selesai saat mondok di Gontor tersebut, disebabkan ada masalah pada waktu itu. Setelah dari Gontor, ia pindah ke SMA Muhammadiyah Yogyakarta hingga tamat. Selanjutnya, ia melanjutkan ke Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Pada pendidikan yang sudah di setingkat Universitas ini juga tidak ia selesaikan, hanya bertahan satu semester.

Namun pada ranah inilah perkembangan beliau sangatlah pesat, mulai terjun ke ranah kebudayaan, sastra dan masih banyak lagi. Selama kurang lebih lima tahun ia hidup di sekitar Malioboro sambil mempelajari sastra dan mengembangkan kebudayaannya. Walaupun ia dilahirkan dalam lingkungan yang didominasi NU, ia menamatkan pelajarannya di Muhammadiyah.

Penerbitan Sekaligus Pengantar Buku

Buku Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai ini diterbitkan oleh Penerbit Bentang (PT Bentang Pustaka) Anggota Ikapi Jln. Plemburan No. 1, RT 11 RW 48 SIA XV, Sleman, Yogyakarta 55284, pada tahun 2016 sebagai cetakan kelima di bulan Maret. Sebelumnya pernah diterbitkan dengan judul yang sama pada tahun 1994. Buku Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai ini terdiri dari 418 halaman.

Baca Juga  Islam with Progress: The Spirit of Muhammadiyah Movement

Pada buku karya Emha Ainun Nadjib yang berjudul Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai ini terdiri dari lima sub bab besar dari pengelompokan isi dalam bukunya. Meliputi Refleksi Ubudiah, Islam dan Perspektif Sosial Kemasyarakatan, Islam dan Perspektif Kebudayaan, Kiai Sudrun Gugat, dan yang terakhir itu Renungan Lepas.

Pengantar dari penerbit buku ini menjelaskan, bahwa dalam menerbitkan buku karya Emha Ainun Nadjib adalah tantangan tersendiri, apalagi buku yang berjudul Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai adalah termasuk buku lama yang diterbitkan lagi oleh penerbit Bentang. Pertanyaan yang paling penting bagi penerbit adalah apa pembaca zaman sekarang bisa tersambung dengan persoalan-persoalan yang disebutkan Emha Ainun Nadjib?

Apa masalah yang dihadapi oleh Emha Ainun Nadjib masih konstekstual dengan yang dihadapi generasi sekarang? Namun tidak begitu sulit untuk dipahami oleh generasi sekarang, termasuk buku yang berjudul Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai. Persoalan-persoalan yang dibahas di buku ini ternyata tetap aktual setelah lebih dari satu dasawarsa.

Hal yang dilakukan oleh Emha Ainun Nadjib adalah bertanya. Sepanjang buku ini, pembaca akan dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan yang menggelisahkan Emha Ainun Nadjib. Mungkin sebagian mewakili kegelisahan kita, kamu, dan para pembaca, mungkin juga sebagian lainnya bias juga tidak. Namun, kegelisahan yang paling jauh sekali pun mampu memberikan perspektif yang mencerahkan.

Analisis Penulis tentang Cak Nun dalam Buku Ini

Cak Nun mengajak pembaca untuk tidak larut dalam kejumudan bersama, fanatisme kelompok yang membekukan kemampuan berpikir dan wawasan. Tulisan-tulisan Cak Nun memperlihatkan betapa Islam yang ada di Indonesia dan juga pemeluknya, begitu dinamis dalam berinteraksi dengan kebudayaan dan kesenian, merespon isu-isu sosial kemasyarakatan sekaligus juga isu politik.

Baca Juga  Gejala Macetnya Kajian Keislaman di Indonesia

Semisal, Ukhuwah Islamiyah yang masih menjadi isu relevan sampai sekarang menemukan tafsirnya bahwa Islam sejatinya memang menebarkan kebaikan kepada semua manusia dan makhluk hidup tanpa terkecuali. Inilah sedikit pengantar dari penerbit buku ini, yang menjelaskan sedikit contekan tentang isi yang ada di buku Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai yang ditulis langsung oleh Cak Nun.

Review Sub-Bab dalam Buku

Buku Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai terdiri dari beberapa bab. Masing-masing bab membuat ungkapan-ungkapan Cak Nun mengenai suatu persoalan terkait kehidupan bermasyarakat. Adapun isi dari buku Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai dapat penulis uraikan sebagai berikut:

Refleksi Ubudiyah

Secara umum bagian ini membahas persoalan ibadah. Diantaranya, pada sub bagian “Sembahyang Pencahayaan”.

Islam dan Perspektif Sosial Kemasyarakatan

Pembahasan pada bagian ini terkait dengan persoalan muamalah atau terkait dengan kehidupan sosial kemasyarakatan. Pada sub bagian “Ukhuwah Islamiyah”.

Islam dan Perspektif Kebudayaan

Dalam hal ini Islam dan kebudayaan memang tidak bisa dilepaskan. Demikian pula pembahasan pada bagian ini. Diantaranya pada sub bagian “Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai”.

Kiai Sudrun Gugat

Pada bagian ini, ada beberapa sub bab kecil yang cukup lumayan panjang, tetapi dibagian sub bab ke empat dalam buku ini adalah menceritakan sebuah Kiai yang bernama Sudrun, dengan membawa sebuah pengetahuan yang memang agak beda dari apa yang dipahami penulis di buku Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai, karena ini adalah kisah adanya kia Sudrun pada masa dulu.

Renungan Lepas

Secara garis besar, bagian ini terkait dengan persoalan Islam dan konteks “kekinian”. Diantaranya, pada sub bagian “Islam Sebagai Kata Benda”.

Editor: Soleh

Ihwanun Nafi’
11 posts

About author
Mahasiswa Aqidah dan Filsafat Islam Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Articles
Related posts
Review

Madzahibut Tafsir: Meneliti Madzhab Tafsir dari Klasik hingga Kontemporer

4 Mins read
Prof. Abdul Mustaqim menulis buku berjudul “Madzahibut Tafsir, Peta Metodologi Penafsiran Al-Qur’an Periode Klasik Hingga Modern”. Buku ini terbit cetakan pertama pada…
Review

Debat Bergengsi Epikureanisme vs Stoikisme Tentang Tuhan

3 Mins read
Wacana mengenai ketuhanan bukanlah persoalan yang baru muncul pada zaman kontemporer ini. Jauh sebelum Islam dan Kristen lahir di dunia ini, manusia…
Review

Pasang Surut Politik Islam dalam Gelanggang Sejarah Bangsa Indonesia

5 Mins read
Islam sebagai sumber moralitas dan idealitas tidak mungkin dipisahkan dari wawasan kekuasaan. Kekuasaan tanpa didasari moralitas hanya akan melahirkan banalitas sebagaimana yang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *