Tafsir

Bagaimana Resep Bahagia dalam Al-Qur’an?

2 Mins read

Setiap manusia pasti berharap hidup bahagia dalam menjalani kehidupan, baik bahagia secara pribadi, bahagia dalam menjalani kehidupan berkeluarga, maupun bahagia dalam menjalani kehidupan sosial; dalam konteks bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Lalu, bagaimana resep bahagia di dalam Al-Qur’an?

Istilah Kebahagiaan dalam Al-Qur’an

Di dalam Al-Qur’an, Allah SWT menggunakan beberapa istilah dalam Bahasa Arab dalam mengartikan kebahagiaan, diantaranya:

  1. سعادة : Kebahagiaan yang dimaksud adalah kebahagiaan ukhrowi (agama dan akhirat)
  2. الفلاح : Kebahagiaan yang dimaksud adalah ukhrowi dan duniawi
  3. متاع : Kebahagiaan yang dimaksud adalah kebahagiaan semu, yaitu kebahagiaan duniawi. Kebahagiaan ini banyak melenakan para hamba, karena sifatnya yang semu. Contohnya adalah cinta terhadap lawan jenis, kepada harta, materi, dan lain-lain.

Sebagaimana Allah Swt memberikan pedoman kepada hamba-Nya, yang dengan pedoman tersebut kita dapat mengetahui resep bahagia dalam Al-Qur’an. Kebahagiaan sejati itu sendiri adalah bahagia dalam menjalani kehidupan yang bukan hanya di dunia semata, melainkan di setiap tempat dan ruang yang kita pijak, waktu yang kita lalui, baik di dunia maupun di alam kubur, sampai nanti kembali kepada Allah Swt, yaitu di akhirat kelak.

Di antara bentangan kebahagiaan yang diisyaratkan di dalam Al-Qur’an, ada yang terkait dengan amalan atau perbuatan, ada pula waktu yang potensial, dan ada pula tempat yang mendukung terwujudnya sebuah kebahagiaan.

Menariknya, Al-Qur’an memberikan resep kepada manusia mengenai bagaimana cara mendapatkan kebahagiaan yang sejati, bukan kebahagiaan yang relatif seperti dalam teori manusia pada umumnya. Misalnya, kebahagiaan seorang mahasiswa adalah lulus dengan cepat; kebahagiaan seorang dokter adalah ketika melihat pasiennya sembuh; dan kebahagiaan pemain sepakbola apabila mencetak gol.

Resep Bahagia dalam Al-Qur’an

Allah SWT, menyebutkan resep bahagia dalam Al-Qur’an. Sebagaimana disebutkan bahwa orang-orang yang beruntung adalah orang-orang yang bertaqwa. Beruntung disini, menurut para ulama tafsir bisa diartikan dengan kebahagiaan. Seperti dalam penggalan ayat surat Al-Baqarah: 189 yang berbunyi :

Baca Juga  Syafiq Mughni: Islam Berkemajuan itu tidak Tekstual

وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُون

Artinya: “Dan Bertaqwalah kepada Allah agar kamu beruntung.”

Di dalam ayat lain, yaitu pada pembukaan QS. Al-Baqarah: 1-5, Allah membimbing para hamba-Nya secara langsung agar menjadi orang yang bertaqwa. Siapa saja mereka?

  1. الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ: Yaitu orang-orang yang beriman dengan yang ghaib (Allah, qadha dan qadarnya). Puncak keyakinan seorang hamba adalah ketangguhan kita untuk menautkan segala harapan akan ketinggian dan cita-cita kepada Allah. Percaya kepada Allah termasuk mempercayai hal yang ghaib, karena Allah tidak terlihat. Itulah yang disebut dengan keimanan. Dengan keimanan akan memberikan jaminan pengantar kepada sebuah kebahagiaan.
  2. وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ: Setelah beriman, kita harus membangun konektivitas dengan Allah SWT. Jangan cukupkan pada keyakinan saja, dekati Allah-Nya. Mendekatkan diri kepada Allah adalah dengan cara sholat. Ibadah ini melatih diri kita untuk tersambung erat dengan Allah SWT. Orang yang mempunyai koneksi kuat dengan Allah, maka hidupnya akan bahagia.
  3. وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ: Selanjutnya adalah berbagi. Berbagi adalah bentuk kita mensyukuri akan segala nikmat Allah SWT. Munculnya rasa syukur karena mengerti akan adanya nikmat yang telah didapatkan. Karena semua dalam kehidupan manusia itu nikmat. 
  4. وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ: Berinteraksi dengan Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah kitab suci yang di dalamnya menjawab tentang semua permasalahan-permasalahan dalam hidup. Maka dari itu orang yang mau bahagia, harus belajar, memahami, dan mengamalkan isi Al-Qur’an.
  5. وَبِالْآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ: Mengingat akhirat. Sebagai seorang hamba, kita harus banyak mengingat akhirat dibanding dengan dunia yang sifatnya semu, karena sesungguhnya masa depan yang paling dekat adalah kematian.

Kesimpulan

Semoga dengan mengamalkan lima amalan tersebut, Insyah Allah rezeki akan datang dengan mudah, pengetahuan akan datang dengan cepat, begitupula dengan impian-impian lain yang diharapkan. Itulah orang-orang yang muttaqin (bertaqwa), dialah yang akan mendapatkan kebahagiaan yang sejati. Sebab, orang-orang yang bertaqwa mengambil pedoman kebahagiaannya dari Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Maka dari itu, jangan pernah meragukan isi dari Al-Qur’an. Seperti bunyi QS. Al-Baqarah ayat 2 ini:

Baca Juga  Cara Al-Qur’an Turun dan Penjagaannya

ذَٰلِكَ ٱلْكِتَٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ

Artinya: “Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa

Wallahua’lam bisshowab.

Editor: Tsafiqa

Tsaqifa Aulya Afifah
4 posts

About author
Mahasiswa
Articles
Related posts
Tafsir

Tafsir at-Tanwir: Relasi Antar Umat Beragama

4 Mins read
Relasi antar umat beragama merupakan diskursus yang selalu menarik untuk dikaji. Khususnya di negara kita, hubungan antar umat beragama mengalami pasang surut….
Tafsir

Puasa itu Alamiah bagi Manusia: Menilik Kembali Kata Kutiba pada Surah Al-Baqarah 183

3 Mins read
Salah satu ayat yang amat ikonik tatkala Ramadhan tiba adalah Surah Al-Baqarah ayat 183. Kendati pernyataan itu terbilang asumtif, sebab saya pribadi…
Tafsir

Surah Al-Alaq Ayat 1-5: Perintah Tuhan untuk Membaca

2 Mins read
Dewasa ini, masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam, tampaknya memiliki minat baca yang sangat rendah. Tidak mengherankan jika banyak orang terpengaruh oleh banyak…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *