Akhlak

Melariskan Dagangan melalui Jalan Allah

4 Mins read

Setiap manusia yang berakal pasti memiliki usaha dalam meningkatkan taraf hidupnya, guna memenuhi kebutuhan dan mencapai apa yang disebut sejahtera. Banyak sekali kegiatan ekonomi yang dilakukan, mulai dari jasa hingga barang. Salah satunya berdagang, kita mungkin tidak lepas dari kebutuhan hidup, oleh sebab itu kita membutuhkan orang yang menyediakan kebutuhan tersebut.

Menjadi pedagang adalah salah satu pilihan yang baik dalam melakukan kegiatan ekonomi. Rasulullah sendiri adalah seorang pedagang, lalu KH. Ahmad Dahlan misalnya, juga berdagang atau berniaga. Namun, sebagai manusia biasa dan kadang sering lupa, tak jarang kita mendengar ketika berdagang butuh penglaris agar dagangannya laris.

Jadi, yang harus menjadi syarat adalah perlu pergi ke ‘orang pintar’ (dukun) terlebih dahulu untuk memperoleh jimat penglaris yang ampuh, tanpa memikirkan apa yang dilakukan bentuk kesyirikan yang sangat dilarang oleh ajaran agama Islam. Padahal, banyak sekali usaha yang baik dan ‘halal’ agar dagangan laris dan mendapat banyak pelanggan.

Rasulullah ﷺ sudah memberikan teladan, sebagaimana yang kita ketahui bersama, mengingat Nabi Muhammad ﷺ juga berniaga. Salah satu yang dicontohkan Nabi ﷺ adalah kejujuran, di mana sebelum menjadi Rasulullah, beliau sudah mendapat gelar al-Amin (orang yang bisa dipercaya) dari masyarakat Arab. Sejak kecil, Rasulullah sudah ikut Abu Thalib, pamannya, berdagang bahkan hingga ke negeri Syam (Suriah).

Sehingga dari usia remaja sampai dewasa, Rasulullah sudah memiliki self-branding sebagai pedagang yang jujur. Hal inilah yang seharusnya menjadi dasar utama kita dalam berdagang, apalagi di era digital seperti sekarang yang proses transaksi jual beli dilakukan secara jarak jauh serta secara daring (online) yang rawan sekali mengalami penipuan.

Tuntunan Berdagang dengan Jujur

Sebenarnya banyak sekali ayat Al-Qur’an yang menyebutkan tentang jual beli atau berdagang. Salah satunya adalah firman Allah,

فَٱسْتَبْشِرُوا۟ بِبَيْعِكُمُ ٱلَّذِى بَايَعْتُم بِهِۦ ۚ وَذَٰلِكَ هُوَ ٱلْفَوْزُ ٱلْعَظِيمُ ……

“…Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah: 111)

Baca Juga  “Terima Kasih” Memang Dahsyat

Maka bergembiralah dan bersuka citalah (orang-orang mukmin) dengan akad jual-beli yang dilakukan dengan keimanan kepada Allah, dan kita sebagai hamba-Nya akan mendapatkan keuntungan yang sangat besar ketika kita melakukan perniagaan dengan kejujuran yang dilandaskan dari rasa iman.

Memang banyak sekali mata pencaharian yang halal dan diridai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, namun berdagang menjadi hal yang menarik dan salah satu pekerjaan yang disebutkan didalam Al-Qur’an.

Penyebaran agama Islam ke seluruh penjuru dunia, termasuk di Indonesia, salah satunya juga melalui jalur perdagangan.

Maka, menjadi seorang pedagang adalah sebuah profesi yang baik, namun akan menjadi tidak baik ketika kita dalam menjalani prosesnya dilakukan dengan cara-cara yang kurang baik. Sebagaimana Rasulullah bersabda,

Kalau keduanya (pedagang dan pembeli) bersifat jujur dan menjelaskan (keadaan barang dagangan atau uang pembayaran) maka Allah akan memberkahi keduanya dalam jual beli tersebut, tapi kalau keduanya berdusta dan menyembunyikan (hal tersebut) maka akan hilang keberkahan jual beli tersebut.” (HR al-Bukhari no. 1973 dan Muslim no. 1532)

Jadi, saat kita menjadi seorang pedagang, baik secara online ataupun tradisional, maka mari kita berlaku jujur sebagaimana Rasulullah contohkan. Sehingga kita mempunyai nilai baik di mata masyarakat umum, terutama konsumen yang sudah menjadi pelanggan kita.

Karena nilai kejujuran amatlah mahal. Dengan bersikap jujur akan membuat barang ataupun jasa yang kita tawarkan akan menarik banyak minat orang.

Penglaris Dagangan dengan Ridho Allah

Setiap pedagang pasti ingin dagangannya laris dan memiliki pelanggan yang banyak, sehingga berbagai cara terkadang dilakukan, termasuk cara-cara yang dilarang oleh Islam.

Selain akhlaqul karimah berupa kejujuran, dengan berusaha yang tekun serta doa juga dapat membuat dagangan kita laris. Ditambah dengan bersedekah atau berinfak dapat menjadikan dagangan kita laris. Allah berfirman,

إِنَّ ٱلَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَٰبَ ٱللَّهِ وَأَقَامُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَأَنفَقُوا۟ مِمَّا رَزَقْنَٰهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَٰرَةً لَّن تَبُورَ

Baca Juga  Psikologi Islami (1): Dilema Psikologis dalam Penguatan Karakter

Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi.” (QS. Al Fathir: 29)

Nabi Muhammad Rasulullah ﷺ juga bersabda,

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ ، وَإِنَّ نَبِىَّ اللَّهِ دَاوُدَ – عَلَيْهِ السَّلاَمُ – كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ 

“Tidaklah seseorang mengonsumsi makanan yang lebih baik dari makanan yang dihasilkan dari jerih payah tangannya sendiri. Dan sesungguhnya Nabi Daud as dahulu senantiasa makan dari jerih payahnya sendiri.” (HR. Bukhori, Kitab Al- Buyu’, Bab Kasbir Rojuli wa ‘Amalihi Biyadihi II/730 no. 2072)

***

Di riwayat yang lain, Rasulullah ﷺ bersabda, 

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ ، وَإِنَّ نَبِىَّ اللَّهِ دَاوُدَ – عَلَيْهِ السَّلاَمُ – كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ 

“Tidaklah seseorang memperoleh suatu penghasilan yang lebih baik dari jerih payah tangannya sendiri. Dan tidaklah seseorang menafkahi dirinya, istrinya, anaknya, dan pembantunya melainkan ia dihitung sebagai shodaqoh.” (HR. Ibnu Majah)

Maka, penglaris dagangan bukan dengan pergi ke dukun dengan level apapun. Ketika kita berdagang dengan cara yang jujur, tetap istikamah dan tekun dalam usaha, serta mau menyisihkan sebagian dari rezeki kita untuk sedekah atau diinfakkan, maka kita tidak akan mengalami kerugian.

Bahkan dagangan kita akan laris manis, serta rezeki yang kita dapatkan akan berkah bagi diri kita dan keluarga. Tentunya kita masih ingat dengan ayat Allah yang berbunyi,

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7)

Baca Juga  Adik dan Kakak, Dua Makhluk yang Sama

Bersyukur, Cara Mudah Meningkatkan Rezeki

Dengan kita berinfak, sedekah, dan juga zakat ketika sudah memenuhi syarat, adalah salah satu cara kita bersyukur akan nikmat yang telah Allah berikan. Jika nikmat itu kita syukuri, Allah akan menambahkan nikmat kita, seperti kesehatan, rezeki, dan bentuk kenikmatan lainnya. Termasuk dagangan kita menjadi laris dan memiliki self-branding berkat kejujuran kita dalam berdagang.

Oleh karena itu, mari kita jauhkan diri dari perbuatan yang bisa menjerumuskan kita kepada kesyirikan yang dimana syirik adalah salah satu dosa yang sulit sekali mendapat ampunan dari Allah. Firman Allah dalam Al-Qur’an,

إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِۦ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَآءُ ۚ وَمَن يُشْرِكْ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱفْتَرَىٰٓ إِثْمًا عَظِيمًا

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An Nisa’: 48)

Sesungguhnya saat kita menyadari bahwa Sang Pemberi Rezeki hanyalah Allah semata, serta kita mensyukurinya, maka keberkahan terhadap sebuah rezeki akan datang dengan sendirinya. Ada istilah dalam Bahasa Jawa, “Mergawe iso ditiru, tapi rejeki ora kena ditiru (Pekerjaan bisa ditiru, tetapi rezeki tidak)” yang memiliki artian, setiap orang memiliki takaran rezeki masing-masing.

Tidak hanya berdagang. Tetapi apapun profesi kita, ketika kita ingin agar rezeki itu datang bak derasnya hujan, maka kita harus tetap beristikamah dalam berusaha, bersabar ketika mendapat ujian, dan tidak lupa dengan kewajiban (beribadah).

Insya Allah dagangan kita akan laris, rezeki yang kita dapatkan akan berkah. Ketika rezeki itu berkah dan dinikmati oleh istri dan anak kita, insya Allah akan menghasilkan anak yang saleh/salihah, serta mendapatkan kenyamanan dan ketenteraman dalam berkeluarga. (*)

Editor: Zahra

Hendra Hari Wahyudi
97 posts

About author
Anggota Majelis Pustaka, Informasi dan Digitalisasi Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur periode 2022-2027
Articles
Related posts
Akhlak

Mentalitas Orang yang Beriman

3 Mins read
Hampir semua orang ingin menjadi pribadi yang merdeka dan berdaulat. Mereka ingin memegang kendali penuh atas diri, tanpa intervensi dan ketakutan atas…
Akhlak

Solusi Islam untuk Atasi FOPO

2 Mins read
Pernahkan kalian merasa khawatir atau muncul perasaan takut karena kehilangan atau ketinggalan sesuatu yang penting dan menyenangkan yang sedang tren? Jika iya,…
Akhlak

Akhlak dan Adab Kepada Tetangga dalam Islam

3 Mins read
Rasulullah Saw bersabda dalam sebuah hadis berikut ini: مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds