Perspektif

Melawan Corona dari Penjara

3 Mins read

Penyebaran virus corona penyebab penyakit Covid-19 semakin merajalela di bumi Indonesia. Korban kian hari semakin bertambah. Paramedis bun bergrilya sepanjang waktu untuk memulihkan pasien agar tidak gugur. Upaya pencegahan serta pemulihan digalakkan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah. Entah presiden, dokter, kiai, guru, mahasiswa dan semua elemen bangsa, bersatu padu melawan virus ini agar segera hengkang dari bumi pertiwi.

Tidak terlepas pula kami para petugas penjara yang juga ikut berjibaku melakukan tugas di tengah pandemi corona.

Risiko di Dalam Penjara

Bukan dalam rangka mengeluh, tetapi risiko penyebaran wabah ini di penjara sebenarnya sangat mengkhawatirkan. Bayangkan jika di penjara ada yang terkena virus ini, maka sistem peradilan pidana di Indonesia akan mengalami kelumpuhan. Baik secara institusional  maupun sosial masyarakat, semua akan mengalami dampak pahitnya.

Tidak bisa dibayangkan bila penjara lumpuh gara-gara virus ini, maka para narapidana yang belum pulih akan berkeliaran di tengah masyarakat. Pasti bukan hanya menghadirkan keresahan, bahkan bisa menimbulkan kericuhan dan kejahatan parah dalam kehidupan bangsa.

Maka sangat tepat langkah yang ditempuh Direktorat Jendral Pemasyarakatan selaku institusi yang mengurusi kepenjaraan di Indonesia untuk melakukan berbagai upaya pencegahan dan penanganan agar bayangan mengerikan tersebut tidak terjadi. Mulai dari meniadakan jam kunjungan bagi narapidana, mengatur jadwal piket pegawai (Work From Home) agar kondisif dan tetap waspada hingga menjadikan kegiatan lapor narapidana yang mendapatkan bebas bersyarat menggunakan teknologi informasi.

Tujuannya agar interaksi narapidana maupun petugas dapat diminimalisasi sehingga risiko penularan covid-19 dapat dicegah. Selain itu himbauan untuk melakukan pola hidup bersih pun menjadi hal yang mesti dilakukan sehari-hari agar lingkungan penjara menjadi nyaman dan aman dari virus.

Baca Juga  Cara Mengoperasionalkan Akal dengan Benar

Cerita dari Asrama

Tidak bisa dipungkiri bahwa lingkungan tempat tinggal yang padat dan berasrama seperti penjara tentu menjadi sangat rawan bagi penyebaran penyakit, apapun jenisnya. Saya jadi teringat ketika dahulu pernah berasrama di salah satu pondok pesantren. Saat itu kami tinggal bersama di asrama dengan kapasitas santri kurang lebih sebanyak 200-an orang. Karena padatnya santri, maka dibuatlah jadwal piket agar lingkungan tetap bersih meskipun penuh dengan santri.

Dengan adanya upaya seperti itupun masih ada saja penyakit yang menyebar di lingkungan asrama saya pada waktu itu. Kami menyebut penyakit tersebut dengan sebutan scabies, atau bahasa alamnya, gudiken. Ya penyakit scabies ini menular dari satu orang ke orang lainnya. Perantaranya sentuhan secara langsung maupun tidak langsung (misal menggunakan pakaian atau handuk yang sama).

Menurut alodokter.com, penyebab scabies ini karena ada tungau yang masuk ke dalam lapisan kulit untuk hidup dan berkembang biak. Kotoran, air liur, dan telur yang mereka tinggalkan di kulit akan menimbulkan berbagai gejala, seperti kulit kemerahan, gatal-gatal, bentol, hingga luka yang bernanah.

Pernah satu ketika penyakit ini menyerang salah satu santri. Karena hidup di lingkungan banyak orang maka penularan pun sangat cepat. Dari korbannya satu orang hingga menyebar menjadi satu kelas dengan jumlah puluhan orang.

Untung saat itu ada seorang musyrif (pendamping asrama) yang membuat keputusan bijak agar santri-santri yang terkena scabies diisolasi dahulu, boleh di rumah sehat (semacam UKS) atau dipulangkan dahulu jika teramat parah. Akhirnya penyebaran penyakit itu mereda dan menyisakan satu dua orang saja yang masih terkena.

Tetap #DirumahAja

Saking rawannya hidup dalam satu lingkungan yang memiliki populasi banyak orang, maka menguatkan pola hidup sehat dan bersih adalah solusi yang mesti diimplementasikan setiap hari. Di asrama sekolah, yang notabene adalah pelajar-pelajar sehingga lebih mudah diatur saja masih memungkinkan terjadinya penularan penyakit dari satu orang ke orang lainnya.

Baca Juga  Pendidikan: Ruang Aktualisasi Ideologi

Bagaimana dengan yang berada di dalam penjara, bukankah akan sangat mengkhawatirkan sekali? Padahal tugas untuk membina narapidana tentu bukanlah perkara mudah, apalagi di tengah wabah seperti saat ini. Namun demi mewujudkan keamanan bagi khalayak banyak tentu ini menjadi suatu keharusan bagi aparat penegak hukum termasuk petugas penjara.

Saya pun sangat berharap agar setiap dari kita masyarakat Indonesia benar-benar bisa menerapkan physical distancing agar bisa menurunkan risiko penularan. Jika tidak ada kepentingan yang mendesak sebaiknya #dirumahaja. Sedangkan bagi yang memiliki kewajiban dan kepentingan mendesak agar tetap waspada dalam menjalankan aktivitasnya. Tidak lupa pula agar jangan lupa mendoakan seluruh pihak yang tetap berjuang demi keberlangsungan bangsa dan negara di tengah wabah corona ini.

Lalu secara pribadi saya pun sangat angkat topi bagi seluruh rekan saya, petugas penjara se-Indonesia, yang masih setia bertugas di barisan paling depan untuk menjaga mereka yang sedang dibina agar memberikan rasa aman dan tertib di masyarakat. Meskipun banyak pihak yang tidak atau belum mengetahui seberapa pentingnya peran kita sebagai petugas penjara, tetapi yakinlah bahwa setiap cucuran darah dan keringat dalam pelaksanaan tugas adalah bukti bahwa kita berjuang untuk bangsa dan negara.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melindungi kita dan menghilangkan wabah virus corona dari kehidupan dunia sehingga kondusif seperti sedia kala.

Editor: Nabhan

Avatar
5 posts

About author
Alumnus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Saat ini bekerja di Kementerian Hukum dan HAM pada Balai Pemasyarakatan Kelas II Pekalongan.
Articles
Related posts
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…
Perspektif

Mengapa Masih Ada Praktik Beragama yang Intoleran?

3 Mins read
Dalam masyarakat yang religius, kesalihan ritual sering dianggap sebagai indikator utama dari keimanan seseorang. Aktivitas ibadah seperti salat, puasa, dan zikir menjadi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds