IBTimes.ID – Membaca takbir ketika hari raya merupakan salah satu sunnah atau anjuran yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Anjuran tersebut termaktub di dalam hadist:
عَنْ سَلْمَانَ قَالَ: كَبِّرُوْا، اَللهُ أًكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَ جَاءَ عَنْ عُمَرَ وَابْنِ مَسْعُوْدٍ: اَللهُ أًكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ اْلحَمْدُ
“Diriwayatkan dari Salman, ia berkata: bertakbirlah dengan Allaahu akbar, Allaahu akbar kabiiraa. Dan diriwayatkan dari Umar dan Ibnu Mas’ud: Allaahu akbar, Allaahu akbar, laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar, Allaahu akbar wa lillaahil-hamd.” (HR. Abdul Razzaaq, dengan sanad shahih).
Tetapi, didalam melafadzkan takbir hari raya terdapat kekeliruan, yakni: Allahu akbar walillahi “ilham”. Sedangkan jika kita telaah secara kaidah bahasa arab, arti dari bacaan tersebut adalah: “Allah Maha Besar dan bagi Allah ilham.” Sedangkan, bacaan yang berdasarkan dalil shahih ialah, “Allahu akbar walillahilhamd,” yakni yang memiliki arti, “Allah Maha Besar dan bagi Allah segala pujian,” sebagaimana dikutip dari laman Muhammadiyah.or.id pada (9/4/24).
Adapun untuk waktu mulai dikumandangkan takbir tidak ada ketentuan yang pasti. Oleh karena itu, yang dipedomani ialah anjuran untuk memperbanyak takbir pada hari raya. Adapun waktunya dapat dilakukan sejak terbenamnya matahari sampai sholat ied (untuk Idul Fitri) dan sejak shubuh di hari Arafah atau 9 Dzulhijjah hingga berakhirnya hari Tasyriq (untuk Idhul Adha).
Editor: Assalimi