Perspektif

Memajukan Ranting dan Cabang

2 Mins read

Ranting itu penting; cabang berkembang, kebatilan tumbang. Saat ranting dan cabang Muhammadiyah bergeliat dan berkemajuan maka kebangsaan akan bersemi. Ranting dan cabang menjadi poros pergerakan Persyarikatan Muhammadiyah.

Poros inilah yang menyokong kebesaran Muhammadiyah. Saat poros itu terus melakukan agenda keumatan, maka Muhammadiyah akan terus langgeng sampai kiamat datang.

Oleh karena itu memajukan ranting dan cabang menjadi sebuah keniscayaan. Salah satunya adalah dengan menghidupkan pengajian. Pengajian adalah majelis ilmu. Siapa berkumpul dalam majelis ilmu, maka malaikat akan mengepakkan sayapnya. Malaikat pun terus berdoa memohon ampun kepada Allah untuk mereka.

Majelis ilmu juga akan mendatangkan ketenangan. Dari Abu Hurairah, Rasulullah s.a.w, bersabda, dan tidaklah sekelompok orang berkumpul di dalam satu rumah di antara rumah-rumah Allah, mereka membaca kitab Allah dan saling belajar diantara mereka, kecuali ketenangan turun kepada mereka, rahmat meliputi mereka, malaikat menggelilingi mereka, dan Allah menyebut-nyebut mereka di kalangan (para malaikat) di hadapan-Nya (HR Muslim).

Ketenangan ini akan menjadi modal bagi pengurus ranting dan cabang dalam mengelola amal usaha. Amal usaha akan tetap dalam kendali jamaah, bukan tergantung pada segelintir orang. Keberadaan amal usaha tidak akan menjadi masalah, saat semua senantiasa duduk bersama dalam majelis ilmu.

Apalagi majelis ilmu itu dilakukan dari rumah ke rumah warga Muhammadiyah. Pengajian dari rumah ke rumah akan menguatkan ukhuwah islamiyah sesama anggota Muhammadiyah. Model pengajian ini pun menjadi sarana silaturahmi yang hebat.

Silaturahmi menjadi kekuatan umat dalam membangun keadaban. Saat silaturahmi menjadi laku utama, maka ia telah menjadi penerus risalah Nabi Muhammad, s.a.w. Pasalnya, Muhammad, s.a.w, diutus oleh Allah salah satunya untuk merekatkan silaturahmi.

Baca Juga  Muhammadiyah Organisasi Islam Terkaya di Dunia

Abu Nujaih ‘Amr ibn Abasah al-Sulami bertanya kepada Muhammad setelah beliau diangkat menjadi rasul, “Tugas apakah yang engkau emban? Aku adalah seorang nabi, jawab Rasulullah, s.a.w. Apakah nabi itu? tanya Abu Nujaih selanjutnya. Allah mengutusku, jawab Rasulullah s.a.w. Untuk apakah Allah mengutusmu? tanya Abu Nujaih, lebih lanjut.

Allah mengutusku untuk merekatkan silaturahmi, menghancurkan berhala, dan mengesakan Allah yang tidak boleh disekutukan sesuatu apa pun, jawab Rasulullah, s.a.w.

Silaturahmi akan memunculkan cinta kasih, kepercayaan (trust), dan kerjasama yang erat. Saat ketiga hal itu telah berada dalam diri warga Muhammadiyah, maka Persyarikatan akan kokoh.

Kokohnya Persyarikatan itu akan menyembul menjadi kekuatan umat menegakkan kebenaran. Kebenaran perlu ditegakkan dengan cara-cara yang bijak, sehingga keburukan enggan untuk mendekat (al-Isra, 17: 81).

Pada akhirnya, kunci utama memajukan ranting dan cabang adalah dengan menguatkan pengajian. Pengajian tidak sekadar sebagai basis ilmu warga Muhammadiyah, namun menjadi medium penguatan jalinan silaturahmi.

Editor: Yahya FR
Related posts
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…
Perspektif

Mengapa Masih Ada Praktik Beragama yang Intoleran?

3 Mins read
Dalam masyarakat yang religius, kesalihan ritual sering dianggap sebagai indikator utama dari keimanan seseorang. Aktivitas ibadah seperti salat, puasa, dan zikir menjadi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds