“Pak nanti kalau sudah aman, kita ke Restoran yuk, udah kepingin makan di luar!” pinta anakku yang ‘ragil’ sambil sedikit belajar dengan ditemani mbah google yang selalu online. Aku sendiri sudah tidak bosan-bosannya untuk tetap menjaga disiplin dia, mulai dari bangun pagi ‘mirip’ saat sekolah, mandi pagi, ibadah, membaca Kitab Suci Al-Qur’an, makan pagi, sedikit olahraga, dan berbagai akitivitas lain agar tidak bosan di dalam rumah.
Terkadang dia agak terhibur dengan berbagai tugas keterampilan dari gurunya. “Entah guru mata pelajaran apa yang memberi tugas itu, yang jelas, dia selalu meminta bantuan bapaknya untuk menyiapkan berbagai bahan dan alat serta proses pembuatannya.” Meski sebenarnya aku sendiri grundel, tetapi demi anak ku yang paling kecil dan paling manja, aku tetap berusaha membantu sedari awal hingga selesai. Tugas pertama membuat dompet dari kardus susu, dilapisi kaik perca, diberi kancing ‘jethet’ agar bisa menutup, sembari dijahit keliling kanan-kiri, atas dan bawah. Dalam hatiku, yang sekolah siapa, yang membuat tugas kerajinan tangan siapa, yang mendapatkan nilai siapa, semuanya jadi “ndak jelas” (NJ).
Kemarin, dia mendapat tugas lagi menghias sandal jepit dari kain perca, yang harus diberi hiasan bunga-bungaan dari kain perca juga di atas jepitan antara ibu jari dan jari ‘telunjuk’ kaki. Semua Bahan mulai dari sandal jepit baru, kain perca, lem aibon, kardus bekas, jarum, benang, gunting, semuanya sudah siap. Saya kira langsung mau dikerjakan, ternyata hingga larut malam seluruh alat dan bahan juga masih ‘mangkrak’ di atas meja. “Lha bagaimana ini, saya kira sudah ‘done’, e…ternyatabelum dikerjakan.” Beginilah, kalau tidak didampingi mengerjakan, dia malah mending ‘pura-pura belajar’ sambil memegang HP yang kalau aku lirik malah main game cacing di layar sentuhnya.
***
Namanya juga anak, mungkin waktu aku masih SMP kelas 1, lebih ‘mbeling’ dari dia. Hanya saja waktu itu belum ada HP, sehingga setiap malam—apalagi malam bulan purnama—aku selalu main ‘cikul’ (kotak umpet) di semak-semak, yang kalau sekarang mungkin sudah digigit ular kobra. Untungnya, dahulu tidak ada satu makhluk halus dan seekor ular pun yang mau mengganggu anak kecil bermain. “Atau para lelembut waktu itu juga ikut bermain ya, Cuma kita tidak bisa melihat.” Saat ini, lelembut itu juga pasti ikut-ikutan main gadget versi buatan raja IT bangsa dia.
Kok malah nglantur sampai lelembut to, “Ya tidak apa-apa, masih ada kaitannya dengan motivasi anak kok.” Yang jelas, jin atau syetan itu, kalau anak mau bangun tidur, pasti selalu mengelus-elus mata si anak agar tetap tidur, sehingga tidak melaksanakan ibadah pagi. Itu kata Pak Kyai guru mengajiku dulu, saat aku masih kecil mengaji di surau depan rumah tetanggaku.
Merawat Motivasi Belajar Anak
Sarapan pagi sambil memegang buku dan HP, belajar sambil memegang HP, tiduran juga sambil memegang HP. Kalau dipanggil ibunya agar belajar lagi, sudah pasti masih asyik main HP, begitulah realitas apa adanya. Terkadang malah jadi ‘berantem’ sendiri dengan ibunya, hanya gara-gara selalu pegang HP. Aku tidak tahu, yang salah siapa, karena sejak kemarin-kemarin, kalau anak mengeluh tidak bisa mengerjakan tugas sekolah, terkadang ibunya menyuruh buka HP, tanya di internet.
Begitu anak sudah menyukai internet, saat ini giliran ibunya yang ‘judeg’ karena anak menjadi kecanduan HP. Begitu paket datanya habis, HP ibunya yang disasar paket datanya pertama kali agar bisa sharing menggunakan internet bersama. Begitu paket data ibunya sudah ludes karena untuk you tube, diam-diam pindah membuka Wi-Fi HP bapaknya. Sampai terkadang aku heran, “Baru kuisi paket data 5GB kemarin, kok sudah habis ya?” selidik dan usut punya usut, ternyata ada pembobol paket data dari orang dalam.
Siapa lagi kalau bukan si ‘ragil’. “Oalah, berilah aku kesabaran, ya Allah!” aku sambil geleng-geleng kepala terkadang diikuti mengelus dada, tanda ada percampuradukan antara ‘getir’ dan bangga karena anaknya pinter mbobol paket data, pinter main HP, pinter nonton you tube, pinter mencari bahan pelajaran dari google, dan pinter membuat orang tuanya terkejut karena paket datanya tau-tau habis-nyaris minus.
Kakaknya yang seharusnya membantu setiap adiknya ada kesulitan belajar, malahan sebaliknya, selalu mengganggu HP adiknya dengan menyalakan lampu ‘senter’nya agar batrenya habis. Kejahilan kakaknya dibalas juga dengan kejahilan yang sama. Bahkan kalau kakaknya tidur, tau-tau dibunyikan alarmnya. “Aku heran, mengapa dia tahu paswords HP kakaknya, dan kakaknya juga tahu Pasword HP adiknya ya?” aku sendiri tidak tahu kunci masuk HP kedua anak itu yang sama-sama ‘mbandel’-nya.
Pemenuhan Asupan Makanan
Agar motivasi belajarnya tetap tinggi, ibunya selalu membuatkan susu, teh panas dan makan nasi lengkap dengan lauk-sayurnya. Agak siang sedikit, ibunya sudah menyuruh anaknya minum madu, terkadang dikupaskan buah agar pencernakannya tetap baik. Berhenti sebentar, ibunya sudah menggoreng Sosis atau nugget kesukaannya. Kalau di ‘kulkas’ ada minuman kotak atau kaleng, tidak lupa pasti diberikan ketika si anak sedang serius belajar.
Makanan kecil kesukaannya juga selalu disiapkan ibunya di atas meja makan yang tidak boleh disentuh oleh siapa pun kecuali anak. Siang hari, setiap ada Bakso Malang lewat, terkadang anak masih kepingin membeli, tetapi ibunya melarang, “Jangan keluar nak, banyak virus, penjual baksonya juga banyak bertemu dengan orang lain, bakso yang dijualnya pun belum bentu bebas virus,” pinta ibunya kepada dia agar tidak membelinya.
Apalagi malam hari, ketika banyak orang jualan sate padang, siome, cilok, bakso, mie ayam, mie dok-dok, dan berbagai wedang ronde lewat, tidak ada satu penjual pun yang dibeli anak. Alasannya tetap sama seperti saat memaksa hendak membeli Bakso Malang di siang hari.
Hand sanitizer juga selalu disiapkan ibunya di atas meja belajarnya. Multi vitamin, dan berbagai sirup sari kurma, madu ‘asli’ juga tidak pernah luput dari persediaan makanan dan minuman dalam rangka menjaga stamina belajar anak dan memompa motivasi anak untuk belajar.
Olahraga dan Bertanam di Pot
Agar badan tetap fit, tidak loyo, ibunya yang mantan atlet pimpong Jawa Tengah era tahun 90-an juga selalu mengajak olahraga ringan mulai dari pemanasan hingga ‘lomba’ pimping antar empat anggota keluarga. Terkadang maing single, terkadang kalau semuanya dalam kondisi luang, maka juga main ganda, agar semua stress belajar dapat hilang seketika dengan gelak-tawa para pemain yang terkadang pukulannya tidak mengenai bola atau bolanya melesat ke atas saat dipukus smash.
Untuk menghilangkah stress terkadang ibunya juga mengajak anaknya menyiram bunga dan sedikit sayuran di pot di belakang rumah, karena tidak berani menyiram pot yang ada di depan rumah khawatir banyak virus Corona yang beterbangan dibawa oleh orang-orang yang lewat. Dengan merawat bunga dan tanaman sayur di pot juga sangat ampuh untuk menghilangkan kejenuhan belajar anak.
Itu semua merupakan serangkaian strategi yang sedikit banyak dapat digunakan untuk menjaga agar motivasi belajar anak tetap tinggi, meskipun banyak sekali tantangan terutama karena adanya rasa kecanduan anak terhadap HP, yang hanya dapat diatasi dengan pengawasan ketat, olah raga bersama, dan bertanam di pot belakang rumah. Wallahu a’lam.