Kalam

Memurnikan Tauhid, Memperdalam Iman

6 Mins read

Sebelum bahasan tentang memurnikan tauhid, kita perlu membahas definisi tauhid. Tauhid berasal dari kata wahhada-yuwahhidu-tawhidan (وَحَّدَ- يُوَحِّدُ- تَوْحِيدًا) yang arti secara harfiyahnya menyatukan, mengesakan, atau mengakui bahwa sesuatu itu satu. Yang dimaksud dengan harfiyah di atas adalah mengesakan atau mengakui dan meyakini akan keesaan Allah SWT.

Secara istilah (terminologis) Tauhid adalah mengesakan-Nya, baik dalam zat, asma’ was-shiffaat, maupun af’al (perbuatan)-Nya. (Yunahar Ilyas, 2013: 18).

Lawan diametral dari tauhid adalah syirik. Yakni menyekutukan atau membuat tandingan kepada Allah. Dengan demikian tauhid adalah mengakui dan meyakini keesaan Allah, dengan membersihkan keyakinan dan pengakuan tersebut dari segala kemusyrikan. Bertauhid kepada Allah artinya, hanya mengakui hukum Allah yang memiliki kebenaran mutlak, dan hanya peraturan Allah yang mengikat secara mutlak.

Dengan demikian tauhid adalah esensi aqidah dan iman dalam Islam. Tauhid merupakan landasan utama dan pertama keyakinan Islam dan implementasi ajaran-ajarannya. Tanpa tauhid tidak ada iman, tidak ada aqidah dan tidak ada Islam dalam arti yang sebenarnya (Yunahar Ilyas, 2013: 14-15).

Memurnikan Tauhid

Akidah dalam Islam berpangkal pada keyakinan tauhid, yaitu keyakinan tentang wujud Allah, tidak ada yang meyekutukannya baik dalam zat, sifat maupun perbuatan-Nya. (Ahmad Azhar Basyir, 2002: 73).

Tauhid memiliki kedudukan dan fungsi sentral dalam kehidupan umat Islam, bagi seorang muslim tauhid menjadi dasar dalam aqidah, syariat dan akhlak. Sebagai dasar dalam aqidah maksudnya seorang muslim harus percaya bahwa Allah Yang Maha Esa telah menciptakan dan menghendaki semua yang terjadi di alam ini. Allahlah yang menciptakan Para Malaikat, Kitab-kitab, Para Rasul, Hari Kiamat, Qadla dan Qadar, dan semua yang ada di alam semesta beserta isinya.

Sebagai dasar dalam syariat maksudnya setiap orang muslim dalam menjalankan syariat Allah (ibadah dan muamalah) harus dilakukan dengan niat yang ikhlas, tidak boleh merasa riya’. Kemudian tauhid sebagai dasar dalam akhlak maksudnya setiap orang muslim dalam berakhlak hendaknya berdasarkan Allah semata, seperti dalam ayat berikut ini:

“dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”.

“dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”. (QS. Luqman: 13-14).

Makna Tauhid

Makna tauhid yang paling tegas terdapat pada kata laa Ilaha illa Allah, dari kalimat tauhid tersebut ada dua prinsip yang dipegang oleh seorang mukmin atau muwahhid, dalam kalimat tauhid, terkandung prinsip al-nafyu dan prinsip al-itsbat. Al-nafyu artinya peniadaan, yakni penegasan tentang tidak adanya sesembahan yang haq selain Allah. Dengan prinsip ini seorang muwahhid wajib membatalkan segala bentuk syirik, dan wajib meninggalkan segala praktik berketuhanan kepada selain Allah SWT (Ahmad Azhar Basyir, 2002:15).

Baca Juga  Tauhid Sosial, dari Tuhan untuk Manusia

Al-Itsbat artinya penetapan, yakni menegaskan bahwa hanya Allahlah satu-satunya sesembahan yang haq. Dengan prinsip ini seorang muwahhid wajib mengamalkan segala hal yang menjadi konsekuensi dari tauhid tersebut. Hal ini dapat dilakukan dalam rangka memurnikan tauhid. Makna dari dua prinsip tersebut banyak ditegaskan dalam ayat-ayat al-Qur’an seperti ayat berikut:

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”. (Al-Baqarah: 256).

Jadi, setelah ketika orang berikrar dengan kalimat Laa Ilaha illa Allah, pertama-tama seseorang harus mengingkari hal-hal selain Allah yang berupa thaghut yang bisa berwujud dewa yang dikhayalkan manusia, ideologi yang disembah manusia dan dapat juga pemimpin yang mengaku dirinya sebagai Tuhan (Fir’aun misalnya), dan juga thaghut bisa berupa mitos yang diyakini oleh suatu bangsa, sedangkan pengertian thaghut dalam arti modern berarti tiran (M. Amien Rais, 1998: 37-39). Hal ini bisa disebut dengan memurnikan tauhid.

Berislam secara Kaffah

Setelah seseorang yang bertauhid meniadakan apa-apa yang selain Allah (memurnikan tauhid), famayyakfur bithaghuti, kemudian wayu’min billah, beriman kepada Allah. Yaitu mempunyai faith, keyakinan kepada Allah secara penuh dan dengan demikian lantas keyakinan itu menjadi utuh, ini karena dia telah berhasil meniadakan apa-apa selain Allah.

Dalam berislam keyakinan seseorang harus utuh dan penuh (kaaffah), jika telah utuh dan penuh maka kemudian dunia pun tidak tampak semrawut. Orang tidak mudah terkecoh oleh hal-hal yang menjebak secara akidah.

Jadi seseorang dalam melihat dunia ini akan menjadi mudah, perbedaan yang haq dan yang bathil akan mudah terlihat dengan jelas, walaupun dibungkus dengan apapun, seseorang yang telah bertauhid akan kuat persepsinya dan kemudian bisa menetrasi. Ia bisa menembus bungkus-bungkus yang kadang-kadang mengelabui atau seolah-olah dibuat mengelabui hakikat yang tidak benar. (M. Amien Rais, 1998: 35).

Memperdalam Masuknya Iman

Bahasan iman pun menjadi langkah pertama dalam 12 Langkah Muhammadiyah. KH Mas Mansur menulis memperdalam masuknya iman dengan “hendaklah iman itu ditablighkan, disiarkan dengan selebar-lebarnya, yakni diberi riwayatnya dan diberi dalil buktinya, dipengaruhkan dan digembirakan, sampai iman itu mendarah daging, masuk ditulang sum-sum dan mendalam di hati sanubari kita, sekutu-sekutu Muhammadiyah seumumnya.” (KH Mas Mansur, 2013: 3).

Baca Juga  Khilafah Islamiyah (1): Pengertian dan Sistem

Adapun jalan untuk memperdalam masuknya iman itu, kita harus mengambil dua macam jalan; (1) menambah tebalnya iman (2) menjaga supaya cahaya iman itu senantiasa cemerlang.

Menambah tebalnya iman kita harus mengambil dua jalan lagi yaitu (a) Mau’idhah  nasihat-nasihat dengan datangkan ayat-ayat atau hadis-hadis yang meniadakan iman dengan diiringi ayat-ayat serta hadis-hadis yang mengadakan dan mengutamana iman (b) Mau’idhah mengambil riwayat-riwayat yang berhubungan dengan keimanan.

Sedangkan untuk menggunakan jalan menjaga supaya cahaya iman itu senantiasa cemerlang, dengan mengambil jalan nasihat-nasihat yang dapat menimbulkan khauf (rasa takut) menjalankan maksiyat. (KH Mas Mansur, 2013: 9-10).

Pembagian Tauhid

Pada lazimnya Tauhid dapat diklasifikasikan ke dalam 3 macam, yaitu, Tauhid Rububiyah, Tauhid Mulkiyah, dan Tauhid Uluuhiyah. Tauhid Rubuubiyah berarti mengimani Allah sebagai satu-satunya Rab, yang mencakup pengertian Khaliq (Maha Pencipta), Râziq (Maha Pemberi Rizki), Hâfidz (Maha Memelihara), Mudabbir (Maha Mengelola), dan Mâlik (Maha Memiliki) (Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam, 18-20).

Tauhid Rububiyah

Banyak di dalam ayat al-Qur’an yang menerangkan kepada manusia tentang Tauhid Rububiyah di antaranya yaitu; QS. 2: 21-22; 35:3; 11-13; 23-84-85.    

21. “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa,

22. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu Mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah Padahal kamu mengetahui”.(QS. Al-Baqarah, 2: 21-22).

Artinya: “Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah Pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezki kepada kamu dari langit dan bumi ? tidak ada Tuhan selain dia; Maka Mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)?”.(QS. Al-Fathir: 3).

Tauhid Mulkiyah

Kemudian Tauhid Mulkiyah yang berarti mengimani Allah sebagai satu-satunya Raja yang berdaulat bagi seluruh alam, yang mencakup pengertian Wâli (Pemimpin terdapat dalam QS. 18:44; 2:48; 5:55), Hâkim (Penguasa yang menentukan hukum dan semua peraturan kehidupan dalam QS. 6:57; 6:62; 12:40; 5:44-45,47), dan Ghâyah (Yang menjadi tujuan segala sesuatu dalam QS. 94:8; 6:162; 1:5). Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam, hlm. 23.

Baca Juga  Apa Saja Tiga Ajaran Washil bin Atha', Pendiri Muktazilah?

Artinya: “Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”.(QS. Al-Baqarah, 2: 257).

Artinya : “kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) Nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun tentang Nama-nama itu. keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Yusuf, 12: 40).

Tauhid Uluuhiyah

Selanjutnya yang ketiga adalah Tauhid Uluuhiyah mengimani Allah sebagai satu-satunya Ilâh (Tuhan)[5], Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam, hlm. 18.seperti yang dinyatakan dalam al-Qur’an:

Artinya: “ Maka ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.” (QS. Muhammad, 47: 19)

Islam mengajarkan keesaan Allah dengan mutlak. Allah adalah tuhan yang maha esa dalam wujud zatnya. Tuhan tidak tersusun dari berbagai unsur, begitupun dengan sifatnya dan juga perbuatannya.

Konsekuensi Bertauhid

Ahmad Azhar Basyir (2002: 84) menyatakan bahwa Tauhid yang mengajarkan penyembahan hanya kepada Allah melahirkan dalam hati si Muslim jiwa tidak lekas menyerah kepada sesama makhluk, mempunyai rasa harga diri dan berani menghadapi berbagai macam tantangan yang diarahkan terhadap keyakinan agamanya karena ia senantiasa menyadari bahwa suatu penderitaan memang telah ditetapkan Allah sebelumnya, hal ini sesuai dengan QS. At-Taubah: 51.

Artinya: Katakanlah: “Sekali-kali tidak akan menimpa Kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah pelindung Kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.” QS. At-Taubah, 9: 51

Antara ketiga macam Tauhid di atas berlaku dua dalil, yaitu, yang pertama, Dalilut Talâzum (teori kepastian) maksudnya konsekuensi logika dari Tauhid Rububiyah adalah Tauhid Mulukiyah dan Tauhid Ilaahiyah. Seseorang yang mengimani Allah sebagai Rab mestinya harus mengimani Allah sebagai mâlik dan seterusnya mengimani Allah sebagai ilâh. Keimanan ini dapat dicapai jika kita memurnikan tauhid.

Kedua adalah Dalilut Tadhâmun (teori pencakupan) maksudnya iman dengan Tauhid Ilahiyah sudah mencakup iman dengan Tauhid Mulkiyah dan Rububiyah. Seseorang yang mengimani Allah dengan Ilâh, berarti telah mengimani Allah sebagai Mâlik dan Rab. (Yunahar Ilyas, 2013: 28-29).

Editor: Azaki/Nabhan

Avatar
3 posts

About author
Ketua Majelis Pendidikan Kader Pimpinan Pusat Muhammadiyah 2015-2020
Articles
Related posts
Kalam

Inilah Tujuh Doktrin Pokok Teologi Asy’ariyah

3 Mins read
Teologi Asy’ariyah dalam sejarah kalam merupakan sintesis antara teologi rasional, dalam hal ini adalah Mu’tazilah serta teologi Puritan yaitu Mazhab Ahl- Hadits….
Kalam

Lima Doktrin Pokok Teologi Mu’tazilah

4 Mins read
Mu’tazilah sebagai salah satu teologi Islam memiliki lima doktrin pokok (Al-Ushul al-Khamsah) yaitu; at-Tauhid (Pengesaan Tuhan), al-Adl (Keadilan Tuhan), al-Wa’d wa al-Wa’id…
Kalam

Asal Usul Ahlussunnah Wal Jama'ah

2 Mins read
Ahlussunnah Wal Jama’ah merupakan pemahaman tentang aqidah yang berpedoman pada Sunnah Rasulullah Saw dan para sahabatnya. Ahlussunnah Wal Jama’ah berasal dari tiga…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds