IBTimes.ID – Dalam rangka menjaga obor semangat nasionalisme dan tetap mencintai Indonesia di kalangan anak muda Indonesia, MAARIF Institute melalui MAARIF Muda menggelar kegiatan Zoom’At Talk, Mind Up & Chuap-Chuap.
Zoom’At Talk merupakan kegiatan serial diskusi yang diselenggaran setiap hari jumat minggu ketiga pada setiap bulannya. Pada acara perdananya (20/8) Zoom’At Talk mengangkat tajuk How Nationalism Work dengan menghadirkan Oktora Irahadi (CEO INFINA) dan Sultan Rivandi (PRESMA UIN Jakarta 2019/2020) sebagai pemantik diskusi.
Dalam diskusi ini, Oktora dan Sultan sepakat memaknai nasionalisme sebagai bentukan cinta tanah air yang dapat dirasakan dalam segala lini seperti ekonomi, hobi, kesenian, hingga kehidupan sehari-hari. Potret nasionalisme Gen Z Indonesia juga sempat dibahas oleh Sultan.
“Nasionalisme itu bukan bentukan yang tunggal. Kita bisa lihat dari teman-teman BTS Army membuka posko vaksinasi, pelajar menggalang dana hinggan milyaran untuk sembako terdampak Covid-19, hingga para seniman menyuarakan keresahan masyarakat dengan vandalismenya,” tegas Sultan Rivandi.
Saat diskusi Nasionalisme ini mulai panas dengan berbagai fakta yang dilontarkan oleh Oktora dan Sultan, mulai dari social & economic gap masyarakat Indonesia hingga permasalahan-permasalahan pada struktur negara, Oktora memberikan semangat kepada teman-teman diskusi Zoom’At Talk untuk percaya bahwa pada tahun 2045 Indonesia dapat lebih kuat dan menjadi emas.
“Tuhan membuat Indonesia dengan begitu indahnya. Kalau saja Indonesia hancur, harusnya udah. Tapi Indonesia enggak hancur, cuman ya bonyok aja. Karena itu, gue pesen ke lo semua jangan lelah mencintai Indonesia,” pesan Oktora Irahadi kepada peserta diskusi.
Menurut Bingkassiwi, Person in Charge dari acara Zoom’At Talk ini pengangkatan tema nasionalisme pada acara perdana ini dikarenakan masih pada suasana kemerdekaan.
Lebih lanjut, ia menyebutkan bahwa nasionalisme merupakan sebuah rasa cinta yang harus ditanamkan dengan banyak cara. Salah satunya menggunakan diskusi ini untuk menemukan cara-cara mencintai Indonesia.
“Bagi kami, teman-teman Maarif Muda, nasionalisme itu merupakan sebuah padanan bentuk yang cair. Ia bisa masuk ke dalam rongga-rongga terdalam dan mampu menyesuaikan bentuk. Nasionalisme dapat kita lihat dari berbagai sudut pandang dan mampu diinternalisasi melalui saluran manapun. Untuk menyadarkan hal itu, terbentuklah diskusi ini,” ujarnya.
Diskusi ini ditutup dengan foto bersama dan obrolan ringan dari pemantik dan juga peserta Zoom’At Talk. Acara Zoom’At Talk pada bulan kedepan akan mengembangkan banyak nilai-nilai kebangsaan seperti empati, toleransi, prasangka, dan lain sebagainya.
Editor: Yusuf