Ibadah

Menegakkan Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar dalam Kehidupan Bermasyarakat

2 Mins read

Oleh: KH. Ahmad Azhar Basyir, M.A.

Dari beberapa contoh hadits-hadits sebelumnya diperoleh ketentuan bahwa yang munkar dan yang ma’ruf tidak dapat dibatasi dalam bidang-bidang tertentu saja, tetapi dalam seluruh aspek kehidupan manusia. Betapapun kecilnya, yang ma’ruf dapat terjadi dan yang munkar pun dapat terjadi. Yang menjadi ukuran adalah ajaran-ajaran syara’; yang tidak diinginkan terjadi adalah munkar, dan yang diinginkan adalah ma’ruf. Dengan bertolak kepada pemikiran seperti seperti ini, akan terasa benar betapa pentingnya Al-Quran surat Al-’Ashr ditutup dengan, wa tawaa shaubil haqqi wa tawaa shaubishshabri (saling berpesan untuk tetap berpegang kepada yang benar dan bersabar menghadapi berbagai macam ujian), sebagai sifat orang-orang yang tidak akan mengalami kerugian dalam hidupnya, di dunia maupun di akhirat. Saling berpesan tidak dalam waktu-waktu tertentu dan dalam bidang-bidang kehidupan tertentu, tetapi dalam seluruh waktu dan dalam seluruh bidang kehidupan.

Amar Ma’ruf Nahi Munkar Wajib ’Ain

Amar ma’ruf dan nahi munkar merupakan kewajiban yang kontinyu (terus menerus). Setiap orang, sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, terkena wajib amar ma’ruf dan nahi munkar. Apabila kewajiban ini tetap tegak, tidak seorang mukmin pun yang lengah, niscaya yang benar jugalah yang tegak, yang ma’ruf jugalah yang hidup di tengah-tengah masyarakat. Kalau ada juga di sana-sini yang bathil muncul dan yang munkar timbul, akan segera dapat diatasi. Tetapi bila orang lengah terhadap kewajibannya ber-amar ma’ruf dan ber-nahi munkar, pada saat itulah kerusakan menimpa kehidupan masyarakat, termasuk orang-orang yang masih terhitung shaleh bila ditinjau dari amaliahnya sehari-hari secara pribadi.

Tidak seorang pun dapat mengelakkan kewajiban amar ma’ruf dan nahi munkar. Karena yang ma’ruf maupun yang munkar terdapat dalam seluruh aspek kehidupan manusia, betapapun kecilnya. Suami kepada isteri, isteri kepada suami, ayah kepada anak, ibu kepada anak, anak kepada orang tua, ibu rumah tangga kepada pembantu rumah rumah tangga, tetangga kepada tetangga, dan sebagainya. Yang satu terhadap yang lain berkewajiban saling ber-amar ma’ruf dan ber-nahi munkar.

Masyarakat Kuat Bila Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar Tegak

Baca Juga  Dari Rasjidi sampai Hamka: Siapa Penerus Estafet Nahi Munkar Selanjutnya?

Dalam suatu masyarakat, bila amar ma’ruf dan nahi munkar tetap dapat tegak, berarti hubungan individu-individu dalam masyarakat itu amat erat. Masing-masing merasa berkewajiban menjaga keselamatan masyarakatnya. Masing-masing merasa terbuka hatinya menerima nasihat. Masing-masing merasa senang menyampaikan nasihat kepada yang lain. Yang menerima nasihat merasa diselamatkan, yang memberi nasihat merasa menunaikan kewajiban. Masyarakat menjadi kuat.

Sebaliknya, dalam suatu masyarakat bila amar ma’ruf dan nahi munkar tidak dapat ditegakkan, berarti hubungan individu-individu dalam masyarakat itu retak. Masing-masing hanya mementingkan diri sendiri, nafsi-nafsi, acuh tak acuh terhadap orang lain. Bila terjadi kemungkaran, tidak ada yang merasa wajib mencegah. Kalau ada juga yang memberanikan diri untuk mencegah, diterima sebagai campur tangan urusan orang lain. Masyarakat yang tiap-tiap anggotanya hidup nafsi-nafsi itu pasti meluncur kepada kelemahan dan akhirnya kepada kehancuran. Al-Quran Surat Al-Isra’ ayat 16 memperingatkan, bila Allah menghendaki hancurnya sesuatu ummat, dijadikanlah orang-orang yang hidup bermewah-mewah dan tidak mengenal batas-batas ajaran Allah sebagai penguasa-penguasa yang tidak seorang pun berani menyampaikan amar ma’ruf nahi munkar-nya.

Sumber: SM. no. 8/Th.Ke-54/1974

Editor: Arif

1005 posts

About author
IBTimes.ID - Cerdas Berislam. Media Islam Wasathiyah yang mencerahkan
Articles
Related posts
Ibadah

Mengapa Kita Tidak Bisa Khusyuk Saat Salat?

3 Mins read
Salat merupakan ibadah wajib bagi umat Islam. Di dalam Islam, salat termasuk sebagai rukun Islam yang kedua. Sebab, tanpa terlebih dahulu mengimani…
Ibadah

Empat Tingkatan Orang Mengerjakan Shalat, Kamu yang Mana?

4 Mins read
Salah satu barometer kesalehan seorang hamba dapat dilihat dari shalatnya. Dikatakan oleh para ulama, bahwa shalat itu undangan dari Allah untuk menghadap-Nya….
Ibadah

Sunah Nabi: Hemat Air Sekalipun untuk Ibadah!

3 Mins read
Keutamaan Ibadah Wudu Bagi umat Islam, wudu merupakan bagian dari ibadah harian yang selalu dilakukan terutama ketika akan melaksanakan salat. Menurut syariat,…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds