Akhlak

Meneladani Kepahlawanan Abdullah bin Jahasy Al-Asadi

4 Mins read

Kesetiaan Abdullah Ibnu Jahasy dan Kawan-kawan

Pada  akhir Jumadil-Akhir setelah 17 Qamariyah Rasulullah Saw memanggil Abdullah bin Jahasy (anak dari saudara perempuan ibu beliau, atau ammah) bersama dengan delapan orang Muhajirin, lalu beliau suruh berangkat ke jurusan Badar.

Rasulullah Saw mengirimkan pasukan rahasia yang terdiri atas tujuh orang, di bawah pimpinan Abdullah ibnu Jahsy Al-Asadi. Mereka semuanya adalah Ammar ibnu Yasir, Abu Huzaifah ibnu Atabah ibnu Rabi’ah, Sa’id ibnu Abu Waqqas, Atabah ibnu Gazwan As-Sulami (teman sepakta Bani Naufal), Suhail ibnu Baida, Amir ibnu Fuhairah, dan Waqid ibnu Abdullah Al-Yarbu’i (teman sepakta Umar ibnul Khattab). Nabi Saw menulis sepucuk surat buat Ibnu Jahsy dan berpesan kepadanya agar janganlah ia membaca surat tersebut sebelum turun di Lembah Nakhlah.

Ketika ia turun di Lembah Nakhlah, Abdullah bin Jahasy membuka surat itu dan ternyata di dalamnya terdapat perintah: “Berjalanlah terus sampai kamu turun di Lembah Nakhlah“. Maka Ibnu Jahsy berkata kepada teman-temannya, “Barang siapa yang ingin mati, hendaklah ia maju terus dan berwasiatlah, karena sesungguhnya aku sendiri akan berwasiat dan maju melakukan perintah Rasulullah Saw”.

Ibnu Jahsy maju, diikuti teman-temannya itu, kecuali Sa’d ibnu Abu Waqqas serta Atabah. Keduanya kehilangan unta kendaraannya. Mereka berdua mencari unta kendaraannya masing-masing.

Ibnu Jahsy terus berjalan menuju ke tengah Lembah Nakhlah. Tiba-tiba, ia bersua dengan Al-Hakam ibnu Kaisan, menuju Amr bin al-Hadhram, dan Usman ibnu Abdullah ibnul Mugirah.

Ketika kedua belah pihak sudah saling tahu ada lawan, bermufakatlah Abdullah bin Jahasy dengan keenam kawannya. Kalau kita berperang dengan mereka sekarang, bulan Rajab telah masuk, kita tidak boleh berperang di bulan yang dimuliakan.

Baca Juga  Karakter Tawadhu: Rendah Hati di Hadapan Sang Maha Tinggi

Tetapi kalau kita biarkan mereka, tentu akan lekas-lekas kembali ke Makkah. Di sana mereka akan memberitahu yang lain, bahaya lebih besar akan kita hadapi. Bagaimana baiknya? Maka putuslah mufakat. Bahwa mereka diperangi sekarang juga, sebelum mereka berlepas diri ke Makkah.

***

Maka, Wakid bin Abdullah as-Sahmi pun memanahkan panahnya menuju Amr bin al-Hadhrami, kena dan mati. Usman bin Abdullah dan al-Hakam bin Kisan tertawan, tetapi Naufal saudara Usman bin Abdullah meloloskan diri. Orang-orang tawanan bersama unta-unta mereka, mereka giring ke Madinah ke hadapan Rasulullah Saw .

Setelah orang-orang tawanan dan harta rampasan itu dihadapkan kepada Nabi, tidaklah kelihatan beliau gembira. Beliau berkata: “Aku tidak memerintahkan kamu berperang di bulan yang dimuliakan.”

Bulan Jumada telah berakhir, lalu Amr ibnul Hadrami terbunuh; ia dibunuh oleh Waqid ibnu Abdullah. Perang ini merupakan perang pertama yang menghasilkan ghanimah bagi sahabat Rasulullah Saw.

Ketika mereka kembali ke Madinah dengan membawa dua orang tawanan perang dan harta ghanimah, maka penduduk Mekah berkeinginan untuk menebus kedua tawanannya itu.

Mereka mengatakan, “Sesungguhnya Muhammad menduga bahwa dia taat kepada Allah, tetapi dia sendirilah orang yang mula-mula menghalalkan bulan Haram dan membunuh teman kami dalam bulan Rajab.”

Berita ini pun segera tersiar dalam kalangan kaum Quraisy; bahwa Muhammad mengizinkan berperang di bulan mulia, dia telah membunuh dengan cara yang terlarang, dia telah menawan dan merampas. Menurut adat turun-temurun, segala peperangan dihentikan pada bulan yang mereka muliakan, yaitu bulan Rajab, Zulqaidah, Zulhijjah, dan Muharram.

Orang Quraisy mengirim utusan ke Madinah, menanyakan kepada beliau apakah dia membolehkan berperang pada bulan yang dimuliakan? Apakah lagi harganya perjanjian yang telah diikat sejak zaman purbakala oleh nenek moyang kita bahwa pada bulan yang empat itu tidak boleh ada peperangan?

Baca Juga  Izinkan Aku Berzina, Wahai Rasul!
***

Maka kaum muslim menjawab, “Sesungguhnya kami hanya membunuhnya dalam bulan Jumada, dan ia terbunuh pada permulaan malam Rajab, dan akhir malam Jumada.” Lalu kaum muslim menyarungkan pedang mereka ketika bulan Rajab masuk.

Lalu, Allah menurunkan firman-Nya membela Ibnu Jahsy mencela penduduk Mekah. Mereka bertanya kepadamu tentang berperang dalam bulan Haram. Katakanlah, “Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar.” (Al-Baqarah: 217).

Allah membantah tradisi itu. Bahwa apa yang dilakukan kaum musyrik Quraisy, lebih besar dosanya daripada melakukan pembunuhan dalam bulan Haram.

1) Mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah, 2 )mereka sendiri telah kafir kepada Allah, menentang perintah Allah. 3) (menghalangi masuk) Masjidil Haram, 4) dan mengusir penduduknya (Rasulullah dan para Shahabat) dari sekitarnya (QS.Al-Baqarah: 217). Semua itu adalah dosanya kafir Quraisy yang harus ditebus dengan kekalahan dan kehinaan (Tafsir Al Azhar, Hamka).

Siyasah Perang Rasulullah

QS. Al-Baqarah: 217 menggambarkan beratnya perjuangan para Sahabat Rasulullah, yaitu masalah perang membela agama. Tatkala Rasulullah masih di Mekah, betapapun berat penderitaan karena perilaku orang kafir Quraisy, Nabi dan umatnya diperintahkan memaafkan, berlapang dada, dan jangan melawan dengan kekerasan karena pada waktu itu umat Islam sedang tumbuh.

Setelah umat Islam hijrah ke Madinah dan mendapat sokongan besar kaum Anshar, perintah berperang/berjihad pun turun. Meskipun demikian, tekanan pihak kafir di bawah kendali kaum Quraisy, Romawi (Kristen), dan suku Yahudi (Oreintalis dan Zionisme) terus berkembang dan makin pesat.

Pada pokoknya, berperang itu tidaklah disukai (QS. Al-Baqarah: 216). Akan tetapi, boleh jadi sesuatu yang tidak disukai membawa kebaikan kepadamu. Berdiam diri, padahal tahu bahwa kemerdekaan beragamanya telah dirusak pihak lain, berarti menyerah saja kepada musuh. Dan itu artinya sama saja dengan kematian yang tidak ada harganya sama sekali.

Baca Juga  Tidak Semua Ilmu Boleh Disebarkan!

Rasulullah memerintahkan perang kepada umatnya, bukanlah karena kehendak sendiri, tetapi menjalankan rencana Allah. Seluruh umatnya yang dibawah pimpinan beliau adalah tentara, semuanya wajib tunduk kepada beliau.

Menurut adat, segala peperangan dihentikan pada bulan yang dimuliakan, yaitu bulan Rajab, Zulqaidah, Zulhijjah, dan Muharam. Allah menolak tradisi tersebut sebab perbuatan kaum kafir yang berusaha mengganggu, membelokkan, dan menjauhkan umat dari jalan Allah itu lebih berbahaya daripada berperang itu sendiri.

“Dan fitnah adalah lebih besar daripada pembunuhan. Fitnah adalah bentuk permusuhan tersembunyi. Mereka tidak henti-hentinya memerangi kalian dengan fitnah-fitnahtanpa melihat bulan-bulan yang dimuliakan itu. Kaum kafir terus memerangimu sehingga kamu masuk kepada mereka, jika mereka mampu.

Hikmah yang bisa dipetik

  1. Rasulullah mengirimkan pasukan patroli khusus yang dipimpin Abdullah ibnu Jahsy Al-Asadi adalah untuk memata-matai musuh.
  2. Abdullah Abdullah bin Jahasy dan kawan-kawan adakah shahabat Rasulullah yang berloyalitas tinggi.
  3. Pada setiap perjuangan pasti ada dilema yang harus dipilih, Kita harus berani memilih. dengan kreatif, bijak, dan berani menanggung resikonya.
  4. Jangan takut dikritik dan dicela orang atas kebijakan yang kita pilih.
  5. Yang menilai benar salah kebijakan itu adalah Allah.
Avatar
77 posts

About author
Majelis Pustaka PCM Semin
Articles
Related posts
Akhlak

Mentalitas Orang yang Beriman

3 Mins read
Hampir semua orang ingin menjadi pribadi yang merdeka dan berdaulat. Mereka ingin memegang kendali penuh atas diri, tanpa intervensi dan ketakutan atas…
Akhlak

Solusi Islam untuk Atasi FOPO

2 Mins read
Pernahkan kalian merasa khawatir atau muncul perasaan takut karena kehilangan atau ketinggalan sesuatu yang penting dan menyenangkan yang sedang tren? Jika iya,…
Akhlak

Akhlak dan Adab Kepada Tetangga dalam Islam

3 Mins read
Rasulullah Saw bersabda dalam sebuah hadis berikut ini: مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds