Akhlak

Antara Konsep Mahabbah dan Menghamba

3 Mins read

Cinta tidak hanya terbatas kepada sesama makhluk, namun cinta yang sejati adalah menumbuhkan rasa mahabbah kepada sang pencipta makhluk. Kadang, cinta oleh segelintir orang hanya dimaknai sesederhana sebuah pernyataan rasa sayang kepada pasangannya. Namun ternyata cinta lebih rumit dari itu, bahkan Jalaluddin Rumi sampai berkata,

“Sudah kuuraikan seribu satu macam alasan untuk menjelaskan tentang cinta. Namun, tatkala cinta itu datang menyapa, aku malu karena tidak mampu menjelaskannya, karena hakikat cinta adalah sebuah rahasia yang tidak terungkapkan.”

Maksudnya adalah, jika engkau belum menjadi seorang pecinta, maka engkau tidak akan pernah bisa merasakan dan menjelaskan apa itu cinta. Karena cinta adalah rasa, yang mana rasa itu sangat sulit untuk dijelaskan kepada orang yang belum pernah merasakannya.

Seperti ketika ada seseorang yang belum pernah merasa kepedesan menanyakan, “Bagaimanakah rasa pedas itu?” Begitulah, pasti sangat sulit untuk menjelaskan rasanya.

Buya Hamka juga berbicara tentang cinta dalam bukunya, Tasawuf Modern. Beliau berkata, “Ingat akan Tuhan apabila telah berupa cinta. Rasanya lezat, melebihi lezat candu. Dia mabuk! Mabuk dalam bercinta.” Begitu nikmatnya rasa cinta, walaupun memang sulit untuk didefinisikan namun sangat indah dan manis untuk dirasakan.

Maka dari itu ketika hati telah bersandar kepada pemilik hati, mintalah kepada sang pemilik hati untuk selalu menetapkan hati dalam kebenaran dan ketaatan. Karena hati manusia kalau menurut HR. At-Tirmidzi adalah,

“Tidaklah ada seorang anak adam melainkan hatinya terletak di antara dua jari dari jari-jemari Allah, siapa yang Dia kehendaki lurus, maka Dia akan meluruskannya, dan siapa yang dia kehendaki akan menyimpang, maka dia akan menyimpangkannya.”

Menumbuhkan Rasa Mahabbah dalam Hati

Seperti kata Buya Hamka, “Jika hati tertarik dan keinginan telah besar kepada sesuatu maksud; lekaslah timbang. Karena jika cinta telah lekat kepada sesuatu, mata buta dan telinga pekak, pertimbangan tidak ada lagi.”

Baca Juga  Manusia Modern: Terlalu Fokus ke Hal-Hal Material, tapi Lupa Cinta

Untuk itu, seperti kata beliau, “Jangan mencintai nikmat, tetapi cintailah yang memberi nikmat.”

Dengan selalu mensyukuri segala yang telah diberikan oleh-Nya dan dengan selalu mentadaburi kesalahan yang telah diperbuat kepada-Nya, maka akan tumbuh rasa kesenangan yang hakiki. Semakin besar rasa senang maka akan semakin menumbuhkan rasa mahabbah, dan ketika rasa mahabbah tumbuh hanya kepada-Nya maka akan semakin kuat rasa untuk menghamba hanya kepada-Nya.

Keikhlasan yang ada dalam hati adalah jalan menuju kebahagian. Kebahagian yang hadir setelah lepasnya pengharapan dan ketergantungan kepada makhluk dan unsur duniawi lainnya yang berganti dari unsur keduniawian berganti jadi unsur keIlahian.

Namun bukan berarti setelah menjadikan unsur keIlahian di hati, seorang insan menjadi menjaga jarak terhadap kehidupan duniawi. Tetapi harus tetap melanjutkan hidup duniawinya namun dengan menjadikan dunia di tangan bukan di hati. Tentunya juga harus tetap berhati-hati dengan hati dan jangan mudah jatuh hati kepada selain pemilik hati.

Sinkronisasi Mahabbah dan Menghamba

Ketika di hati telah tumbuh rasa mahabbah dan menghamba, maka manisnya iman akan semakin nikmat untuk dirasa. Karena hati adalah singgasana, siapa yang mengisinya maka dialah yang akan menjadi raja. Ketika dunia yang bertahta di sana, maka siap-siaplah menjadi hamba dunia yang dipenuhi rasa hampa dan nestapa.

Layaknya seorang yang tengah di relung dahaga. Yang mana untuk menghilangkan dahaganya, seseorang itu meneguk air laut untuk menghilangkan rasa dahaganya. Bukannya mensirnakan rasa dahaga, namun yang didapatkan adalah rasa dahaga yang tak kunjung berhenti. Begitulah perumpamaan ketika menjadi hamba dunia, kepuasan yang didapatkan takkan pernah memberikan rasa yang benar-benar memuaskan.

Namun jika yang bertahta adalah rasa mahabbah dan menghamba, maka rasa gembira yang menggembirakan yang akan selalu membersamainya. Karena sejatinya, hidup yang tengah dijalani seorang insan adalah bak tukang parkir. Walaupun memiliki banyak kendaraan, tetapi si tukang parkir tak pernah ada rasa memiliki.

Baca Juga  Karakter Hanif: Keistikamahan dalam Kebaikan

Begitu juga dengan bergantiannya kendaraan yang singgah, tidak membuat si tukang parkir kecewa ataupun jumawa. Hal ini karena dia menyadari betul esensi kehadiran dan kepergian dari setiap kendaraan yang ada itu, sudah ada yang menentukan keberadaannya.

Kebaikan Sarana Pendekatan kepada Sang Pencipta

Untuk itu, tetaplah berbuat baik. Karena sebaik apapun yang telah dilakukan, tidak akan dapat memuaskan atau dianggap baik oleh setiap manusia. Maka ketika melakukan kebaikan, tidak usahlah merasa terpenjara oleh perlakuan dan perkataan orang lain. Hiraukan saja seperti semilir angin yang menerpa pepohonan di pagi hari.

Karena manusia terbaik pun, Nabi Muhammad, dengan gelar al-Amin (yang dapat dipercaya)-nya saja masih tetap ada yang menganggapnya buruk. Seperti dalam QS. Al-Isra: 7 yang artinya adalah,

Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri.

Begitulah karena semua yang dilakukan akan kembali kepada setiap insan, baik maupun buruk. Tetaplah berbuat baik, namun bukan karena terikat oleh makhluk, tapi berbuat baiklah karena sang Khalik. Biarlah orang lain mau berbuat sekehendaknya ataupun membenci, karena toh juga dia yang akan memikul akibatnya sendiri.

Maka dari itu, sibuklah hanya dengan penilaian-Nya, jangan sibuk karena penilaiannya. Dan carilah kedudukan dihadapan-Nya, jangan sibuk mencari kedudukan dihadapannya. Seperti perkataan Buya Hamka yang berkata kepada para pecinta,

“Hapuskanlah sifat benci, gantilah dengan sifat cinta. Sehari pergantian itu, warna alam berubah dengan sendirinya, pada pandangan kita.”

Editor: Zahra

Avatar
6 posts

About author
Seorang santri yang sedang nyantri di Unpad Fakultas Ilmu Budaya Jurusan Ilmu Sejarah dan bercita-cita ingin melanjutkan program studinya di Turki
Articles
Related posts
Akhlak

Akhlak dan Adab Kepada Tetangga dalam Islam

3 Mins read
Rasulullah Saw bersabda dalam sebuah hadis berikut ini: مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan…
Akhlak

Hidup Sehat ala Rasulullah dengan Mengatur Pola Tidur

4 Mins read
Mengatur pola tidur adalah salah satu rahasia sehat Nabi Muhammad Saw. Sebab hidup yang berkualitas itu bukan hanya asupannya saja yang harus…
Akhlak

Jangan Biarkan Iri Hati Membelenggu Kebahagiaanmu

3 Mins read
Kebahagiaan merupakan hal penting yang menjadi tujuan semua manusia di muka bumi ini. Semua orang rela bekerja keras dan berusaha untuk mencapai…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *