Perasaan kasih sayang, pada dasarnya adalah anugerah yang ditanamkan oleh Tuhan ke dalam hati setiap manusia. Tugas kita sebagai orang yang dibekali perasaan tersebut adalah memelihara dan menumbuhkannya terus-menerus agar rasa itu tetap hidup dengan segala potensi besarnya. Lalu, bagaimana cara yang tepat untuk mengajarkan kasih sayang pada anak?
Mengajarkan Kasih Sayang
Salah satu periode waktu yang paling baik untuk menumbuhkan rasa kasih sayang adalah saat seorang masih berusia dini. Sehingga, di sini jelas peran orangtua sangat penting dalam upaya mempertahankan satu-dua generasi yang tidak fakir pemahaman akan nilai berharga tersebut.
Sebagai orangtua–meskipun masih berstatus magang–saya merasa terpanggil untuk turut ambil bagian dalam peran besar ini. Kami berusaha mengajarkan pengalaman-pengalaman pertama pada anak tentang nilai kasih sayang melalui interaksi dengan lingkungan terdekatnya.
Sebagai langkah awal, sebuah boardbook kecil yang berjudul “Sayang” kami pilih sebagai salah satu buku pertama yang kami bacakan kepada anak kami saat usianya masih terhitung puluhan hari. Buku ini hanya terdiri dari kata-kata singkat dengan value menanamkan rasa kasih sayang di antara anggota keluarga.
Harapan kami jelas, agar anak ini mengenal nilai kasih sayang dari tahap pembelajaran sedini mungkin. Saat ini, di usianya yang telah menginjak 20 bulan dia masih menyukai buku itu, bahkan sesekali tanpa kami bacakan pun dia bisa mendengungkan sendiri kata-kata yang ada dalam buku tersebut.
Mendefinisikan Kata-kata
Selanjutnya, tugas kami adalah berusaha untuk membantunya mendefinisikan setiap kata yang telah dia serap, ke dalam bentuk emosi yang perlu untuk dia ketahui. Kami mencontohkan bagaimana sebuah kata “sayang” itu dapat dia pahami dalam bentuk lain berupa ekspresi atau tindakan. Kami sering memeluknya, berbicara kepadanya dengan lembut, dan memperlakukan dia dengan baik sebagai interpretasi dari kata sayang tersebut.
Untuk sekarang ini, secara pemahaman dia hampir sepenuhnya mampu mengenali bentuk ekspresi kasih sayang. Dia juga bisa membedakan beberapa emosi dasar yang dia miliki, seperti perasaan senang, marah, dan sedih, sesuai konteknya.
Di suatu pagi, ketika dia bangun tidur dan mendapati saya tak ada di dekatnya, dia tampak memanggil-manggil saya, kemudian mendekati saya yang duduk di sofa ruang tamu, terus memeluk saya sambil berkata, ”Sayang…”. Seketika dada saya menghangat, di sana ada luapan perasaan bahagia yang tak terdefinisikan oleh kata-kata.
Saya pun memeluknya sembari berucap, “Ayah juga sayang…” Adegan kecil ini adalah gambaran bahwa dia telah paham dalam mengekspresikan perasaan sayang pada kontek yang semestinya. Dan saya sangat bersyukur atas hal ini.
Tindakan Positif
Sebagai manusia, perasaan kita begitu sensitif ketika disentuh oleh tindakan berbalut nilai kasih sayang. Karena kasih sayang adalah kebutuhan yang sejatinya sudah kita terima dan begitu lekat dengan kehidupan kita, bahkan sejak dalam kandungan. Sehingga setelah kita ada di dunia ini, adakah hal yang lebih penting dari nilai kasih sayang yang perlu untuk kita miliki sedari dini?
Oleh karenanya, sebagai orangtua wajib bagi kita mengenalkan nilai tentang kasih sayang kepada anak kita sebelum hal lainnya. Karena ini akan menjadi dasar pendidikan moral yang nantinya akan menjadi modal berharga bagi anak dalam bersosialisasi dengan lingkungannya.
Nilai kasih-sayang yang ada pada diri seorang anak akan membuatnya bertindak secara positif, berperangai lembut, pada tataran lebih tinggi dia mampu memahami perasaan orang lain. Atau lebih sering kita dengar dengan istilah ‘empati’.
Sejalan dengan ajaran agama yang saya anut, mengasah rasa untuk berkasih sayang terhadap sesama ini adalah suatu kemestian, karena sikap ini bagian dari keimanan. Rasa kasih sayang itu yang akan mendorong kita pada sikap empati yang sebagaimana mestinya, tatkala berlanjut pada tataran perbuatan.
Serasi dengan ajaran Islam pula, bahwa kesalehan hati harus berlanjut pada kesalehan amal. Meskipun dalam kontek pendidikan anak, tentu kita tidak perlu berbicara sejauh ini. Namun, penting bagi kita para orangtua untuk menimbulkan sisi empati anak terkait kebutuhan orang lain.
Psikiatri ternama di Amerika, Dr. Bruce D. Perry mengatakan, “Empati adalah anugerah paling bermutu bagi ras manusia. Kita tidak akan bisa bertahan hidup tanpa menciptakan hubungan dan kelompok yang dapat berfungsi bersamaan.” Nilai kasih sayang dalam diri setiap orang adalah dasar dari seluruh tindakan itu.
***
Menjaga dan menumbuhkan rasa kasih sayang pada anak kita sejatinya adalah upaya nyata untuk terus menghadirkan satu-dua generasi yang sanggup membuka hati, ketika ada banyak hal di sekitar kita yang membutuhkan kepedulian.
Asa sederhananya, tentu kita tidak berharap anak-anak kita tumbuh sebagai generasi yang tak mengenal empati kepada sesamanya. Seperti tindakan menutup jendela rumah ketika ada temannya dari seberang pagar diam-diam mecuri lihat layar televisinya. Jangan sampai!
Editor: Nabhan