Tarikh

Mengambil Hikmah dari Pernikahan Rasulullah

4 Mins read

Hari-hari ini, berita yang viral adalah pernikahan pak Din Syamsudin (62 th), Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan Dewan Pendiri KAMI dengan cucu pendiri Pondok Pesantren Gontor, Rashda Diana (48 th). Kabar pernikahan Din Syamsuddin dikemukakan oleh Kepala Desa Gontor Agung Prihandoko.

Ini adalah pernikahan ketiga bagi bapak Din Syamsudin. Istri pertama beliau bernama Fira Baranata. Sang istri pertama meninggal dunia karena sakit. Din Syamsuddin kemudian menikah dengan Novalinda Jonafrianty, namun kini resmi bercerai. Semoga Allah memberkahi mereka berdua dan mengumpulkan dan kumpulan (suami-istri) yang lebih baik.

Selamat menempuh hidup baru, pak Din Syamsudin. Semoga sakinah mawadah wa rahmah. Barakallahu laka wajma’laka bi khairi.

Pernikahan Pertama Rasulullah Saw.

Ingat pernikahan, maka kita ingat pernikahan Rasulullah, junjungan dan panutan kita. Semoga shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada beliau beserta ahlul bayt-nya, para sahabat, dan para pengikutnya yang setia hingga hari kiamat.

Dari sekian kali pernikahan Rasulullah, kami ambil dua saja, yaitu pernikahan beliau dengan Khadijah bintu Khuwailid Radhiyallahu anha dan pernikahan beliau dengan Aisyah bin Abu Bakar Asy-Syidiq. Semoga kita bisa mengambil hikmahnya.

Ketika berusia dua puluh lima tahun, Rasulullah menikah pertama dengan seorang janda kaya dan mulia yaitu Khadijah bintu Khuwailid Radhiyallahu anha.

Sebelum menikah dengan Rasulullah, Siti Khadijah sudah pernah dua kali menikah, yaitu pertama dengan ‘Atiq bin A’idz al Makhzumi dan melahirkan seorang puteri. Setelah itu, Khadijah menikah dengan Abu Haalah Hindun bin an Nabaasy at Tamimi. Dari pernikahan yang kedua ini, melahirkan seorang anak lelaki bernama Hindun dan seorang anak perempuan, Abu Haalah. Kemudian, pernikahan ketiga Khadijah adalah dengan Muhammad bin Abdullah bin Abdulmuthalib hingga sampai akhir hayatnya.

Menurut Dr. Akrom Dhiya’ al Umari dalam Asn-Sirah ash-Shahihah (1/12), banyak riwayat lemah berkisah tentang pernikahan Khadijah dengan Muhammad. Riwayat-riwayat ini menjelaskan awal perkenalan keduanya melalui kerja Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengelola perdagangan Khadijah.

Baca Juga  Murid Kiai Dahlan ini Nyaris Berhenti dari Muhammadiyah

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bekerja mengelola perdagangan Khadijah. Khadijah dua kali ke kota Jursy —dekat kota Khomis Masyith— Yaman. Pernah juga ke Hubaasyah pasar Negeri Tuhamah dan Negeri Syam. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berangkat bersama budak laki-laki Khadijah yang bernama Maisarah.

Selama berinteraksi inilah, Maisarah melihat ketinggian dan kemuliaan akhlak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maisarah menceritakan apa yang dilihatnya tersebut kepada Khadijah. Mendengar cerita Maisarah ini, serta merta Khadijah kagum oleh perilaku mulia Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu, dia menyampaikan keinginannya untuk menjadikan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai suaminya.

Mendengar keinginan Khadijah, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bermusyawarah dengan para pamannya dan mereka pun menyetujuinya. Kemudian beliau berangkat bersama Hamzah bin Abdil Muthalib untuk meminang Khadijah kepada orang tuanya. Dan beliau pun menikahi Khadijah dengan mahar 20 ekor unta.

5 Alasan Meneladani Pernikahan Rasulullah dan Khadijah

Diberitakan DW Indonesia, berikut ini 5 alasan pernikahan Muhammad dan Khadijah menjadi teladan.

Pertama, pebisnis. Jiwa pebisnis Khadijah diwarisi dari keterampilan, integritas, dan keluhuran ayahnya. Beliau mulai berdagang mebel, tembikar, dan sutra di pusat-pusat perdagangan utama pada saat itu, dari Mekah ke Syria dan Yaman.

Kedua, lambang kisah cinta sejati. Pernikahan Rasulullah dengan Khadijah meskipun selisih usianya, sangat menunjukkan cinta kasih yang mendalam. Putra-putri Rasulullah terlahir dari rahim Khadijah. Ketika Muhammad sudah menjadi Rasul, Khadijah rela mengorbankan semua hartanya untuk perjuangan dan dakwah. Perjuangan dakwah masa-masa sulit, Khadijah mendampingi suaminya, menghibur, dan menyelimutinya.

Ketiga, ibu pertama kaum mukmin. Khadijah merupakan wanita as-Sabiqun al-Awwalun. Ia masuk dalam golongan orang-orang terdahulu yang pertama kali masuk atau pemeluk Islam. Ketika Rasulullah ketakutan setelah bertemu malaikat Jibril ketika turun surat Al’Alaq ayat 1-5, Khadijah menghibur, menyelimuti, dan mempertemukannya dengan pendeta Nasrani bernama Waraqah bin Naufal, seorang imam Arab dan sepupu tertua dari jalur ayah Khadijah, istri Nabi Muhammad.

Baca Juga  Praktik Toleransi di Masa Dinasti Fatimiyah

Keempat, membantu gadis mukmin untuk menikah. Khadijah mempunyai sifat yang sangat dermawan. Khadijah memberikan penghasilannya kepada orang miskin, anak yatim, para janda, dan orang sakit. Dia membantu gadis-gadis miskin untuk menikah dan memberikan mas kawin bagi mereka.

Kelima, berjiwa mandiri. Jiwa kemandiriannya membuat bisnis makin melejit. Dua kali gagal menikah, tidak membuatnya menjadi minder. Beliau mempunyai wawasan yang jauh ke depan. Mengetahui kejujuran dan keuletan Muhammad dalam mengelola dagangannya, maka ia tertarik kepada Muhammad.

Pernikahan Rasulullah dengan Aisyah

Siti Aisyah memang istimewa. Kesuciannya telah diakui Allah Swt. dari atas langit ketujuh. Malaikat telah menampakkan Aisyah tiga malam berturut-turut kepada Baginda Rasul sebelum beliau menikahi Siti Aisyah.

Rasulullah bersabda:

رأيتُك في المنام ثلاث ليال ، جاء بك الملك في سرقة من حرير، فيقول : هذه امرأتك فأكشف عن وجهك فإذا أنت فيه، فأقول : إن يك هذا من عند الله يُمضه

Aku melihatmu (Aisyah) dalam mimpiku selama tiga malam. Malaikat datang membawamu dengan mengenakan pakaian sutra putih. Malaikat itu berkata, ‘Ini adalah istrimu’. Lalu kusingkapkan penutup wajahmu, ternyata itu adalah dirimu. Aku bergumam, ‘Seandainya mimpi ini datangnya dari Allah, pasti Dia akan menjadikannya nyata.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Lima Fakta Perkawinan Rasulullah dengan Aisyah

Ada lima fakta perkawinan Rasulullah dengan Aisyah yang harus kita ketahui:

Pertama, Ummul al-Mukminun. Aisyah binti Abu Bakar adalah putri Abu Bakar (khalifah pertama), hasil dari pernikahan dengan isteri keduanya, yakni Ummi Ruman. Aisyah dijuluki sebagai ummu al-mu’minin yang artinya ibu orang-orang mukmin. Beliau adalah sumber otoritatif dari banyak hadis yang membicarakan kehidupan pribadi Nabi Muhammad.

Kedua, Aisyah adalah satu-satunya istri Nabi Muhammad yang saat dinikahi berstatus perawan. Sedangkan istri-istri Nabi Muhammad yang lain adalah janda.

Baca Juga  Teladan Rasulullah Soal Cinta Tanah Air

Ketiga, ditentang kaum Syiah. Sebagian besar hadis (termasuk sahih Bukhari dan sahih Muslim) menyatakan bahwa upacara perkawinan tersebut terjadi ketika Aisyah berusia enam tahun, dan ia diantarkan memasuki rumah tangga Nabi Muhammad sejak umur sembilan tahun. Tapi pendapat pakar menyebut setidaknya Aisyah berumur 19 tahun saat menikah dengan Nabi.

Keempat, Aisyah adalah istri Nabi Muhammad yang paling banyak meriwayatkan hadis. Aisyah menghasilkan hadis lebih banyak daripada Ali bin Abu Thalib. Ali hanya meriwayatkan 29 hadis, sementara Aisyah meriwayatkan 242 hadis. Sedangkan menurut Ibn Hajar, Fatimah (anak Rasullah Saw.) tidak menyumbangkan apa-apa, meski ia adalah putri Nabi Muhammad dan istri Ali.

Kelima, Aisyah mengobarkan perlawanan terhadap Ali bin Abu Thalib setelah Nabi Muhammad wafat. Aisyah menganjurkan pembangkangan, ia memimpin pasukan ke medan perang sebagai penentang Khalifah Ali bin Abu Thalib pada 4 Desember 656 Masehi (36 Hijriah).

Atas tindakannya itu, menurut Charis Waddy dalam Wanita dalam Sejarah Islam (1987), Aisyah ikut membantu jatuhnya sang khalifah. Salah satu akibat pertentangan Ali-Aisyah adalah terpecahnya kaum Mukmin menjadi Syiah dan Sunni.

Keenam, takziah terbanyak. Aisyah wafat pada Senin malam, 17 Ramadan 58 Hijriyah atau (13/07/678), saat melaksanakan salat sunah witir. Para sahabat Ansar yang berdatangan bahkan tidak pernah menemukan satu hari pun yang lebih banyak orang bertakziah daripada hari itu, sampai-sampai penduduk sekitar Madinah turut berdatangan. Aisyah dikuburkan di permakaman Baqi’. Salat jenazahnya diimami Abu Hurairah dan Marwan bin Hakam yang saat itu adalah Gubernur Madinah.

Editor: Zahra

Avatar
77 posts

About author
Majelis Pustaka PCM Semin
Articles
Related posts
Tarikh

Hijrah Nabi dan Piagam Madinah

3 Mins read
Hijrah Nabi Muhammad Saw dari Makkah ke Madinah pada tahun 622 Masehi merupakan salah satu peristiwa paling bersejarah dalam perkembangan Islam, yang…
Tarikh

Potret Persaudaraan Muhajirin, Anshar, dan Ahlus Shuffah

4 Mins read
Dalam sebuah hadits yang diterima oleh Abu Hurairah dan terdapat dalam Shahih al-Bukhari nomor 1906, dijelaskan terkait keberadaan Abu Hurairah yang sering…
Tarikh

Gagal Menebang Pohon Beringin

5 Mins read
Pohon beringin adalah penggambaran dari pohon yang kuat akarnya, menjulang batang, dahan dan rantingnya sehingga memberi kesejukan pada siapa pun yang berteduh…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds