Suatu saat saya sempat mendampingi Bupati Bojonegoro sekitar tahun 2012-an, untuk melatih seluruh perangkat kepala desa.
Tujuan utama pelatihan ini adalah untuk meningkatkan pelayanan desa terhadap warganya. Judul pelatihan unik. Kedengarannya tidak ada hubungannya dengan peningkatan layanan desa sama sekali. Yaitu “Pelatihan Al-Fatihah“.
Sekilas, semua orang bingung. Apa urusannya pelayanan desa dengan Al-Fatihah?
Singkat cerita, Kang Yoto, Bupati Bojonegoro waktu itu, dalam pembukaan menjelaskan bahwa Al-Fatihah inilah yang dibaca setiap orang yang hidup di antara kita. Bahkan terhadap orang yang mati pun, kita juga sering membaca kan doa dengan Al-Fatihah. Orang Yasin-an, tahlilan, juga selalu baca Al-Fatihah. Apalagi saat setiap orang yang sholat. Minimal sehari baca 17 kali Al-Fatihah.
Dengan pelatihan ini, kata Kang Yoto, kita akan membuka dasar Al-Fatihah sebagai pengingat kita akan kompas kehidupan manusia.
Mulai dari mana asal dan tujuan hidup manusia. Tentu juga apa yang harus diperbuat manusia saat diberikan waktu hidup di dunia ini.
Pelatihan ini sangat reflektif, dan mengingatkan pesan tugas manusia masing-masing sampai menyentuh tanggungjawab sebagai kepala desa.
Catatan Terakhir
Singkat cerita, ada sesi terakhir, yaitu tentang lembar terakhir kehidupan manusia. Semua kehidupan ini ibarat kita semua sedang menulis catatan ataupun cerita masing-masing. Akan tetapi, ada satu lembaran terakhir di mana kita tidak pernah bisa menulisnya. Yaitu lembaran hidup setelah kematian.
Lembar terakhir ini yang akan menulis adalah keluarga kita, saudara, kerabat, teman kecil, dan semua yang hidup, yang pernah berinteraksi dengan kita.
Kita tidak pernah bisa mendikte orang orang ini untuk menulis. Kita hanya bisa memberikan lembaran kosong untuk setiap orang menulis nya tentang kita.
Peristiwa tentang almarhum Munawwar Kholil, memberikan pelajaran kepada kita semua bagaimana lembar terakhir ini ditulis panjang laksana belum ada habisnya. Sebuah catatan yang begitu indah dari setiap kolega dan kerabat.
Meskipun usianya masih muda, tetapi catatan dan lembaran terakhir saudara kita begitu luar biasa.
Selamat Jalan saudaraku Munawwar Khalil, jejak, dan keindahan hidupmu selama ini telah tercatat dalam lembaran terakhir yang ditulis semua kerabat dan kolegamu dengan begitu indah dan mulia.
Catatan demi catatan yang ada, adalah sebagian kecil yang menunjukkan bekal akhlak dan kesalahanmu yang luar biasa. Indah dan membahagiakan. Semoga menginspirasi terhadap teman teman seperjuanganmu ini.
Selamat Jalan, dan selamat menjemput kebahagiaan dalam penuh keredhoan dan memasuki pintu para Sholihin dan Jannah.
Jakarta, Lorong Fajar yang cerah 26 Agustus 2021.
Editor: Yahya FR