Perspektif

Apa itu Deep Learning?

5 Mins read

Istilah “Deep Learning” menjadi trending topik dalam tema pendidikan akhir-akhir ini. Deep Learning menjadi perbincangan akademis dalam penerapan model metode pembelajaran baru di era Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Model ini pertama kali dikenalkan dan digagas oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mukti. Model ini menekankan pentingnya pembelajaran yang berfokus pada pemahaman mendalam, yang memungkinkan siswa untuk  tidak  hanya  menghafal,  tetapi  menginternalisasi  pengetahuan secara bermakna.

Deep Learning sendiri sebenarnya adalah sebuah Artificial Intelligence yang dapat meniru proses kerja otak manusia. Merupakan bagian dari Machine Learning yang memiliki jaringan tersendiri. Ia mampu mengenali pola dan informasi tanpa pengawasan dari data yang tidak terstruktur atau tidak berlabel. Selain itu, Deep Learning merupakan sub-bidang Machine Learning yang algoritmanya terinspirasi dari struktur otak manusia. Struktur tersebut dinamakan Artificial Neural Networks atau disingkat ANN. dari Konsep teknologi (AI) tersebut Deep Learning diadaptasi ke dalam dunia pendidikan.

Deep Learning: Transformasi Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, dan Inovatif

Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia Cecep Darmawan menerangkan bahwa Deep Learning bukan teknik belajar yang sekadar menekankan pada hafalan. Melainkan lebih pada pemahaman dan pemikiran kritis yang kontekstual. pendekatan ini bisa dilakukan dengan berbasis pada transformasi pembelajaran yang aktif, kreatif, dan inovatif.  Deep Learning mendorong pemahaman mendalam bagi siswa, integrasi pengetahuan, dan aplikasi dalam situasi nyata, menanamkan pola pikir pembelajaran sepanjang hayat. Dampak signifikan terlihat pada peningkatan partisipasi, hasil belajar, dan kemampuan siswa menerapkan pengetahuan dalam konteks baru.

Lanskap pendidikan yang dinamis menjadikan Deep Learning semakin relevan. Berfokus pada pemahaman mendalam dan penerapan pengetahuan dalam berbagai konteks, tidak hanya penguasaan informasi. Integrasinya dalam kurikulum bertujuan mengembangkan keterampilan adaptasi siswa terhadap perubahan masyarakat dan dunia kerja yang pesat.

Metode Deep Learning yang diusulkan Kemendikbudristek ini mengintegrasikan mindful, meaningful, dan  joyful learning. Menciptakan pembelajaran yang tidak hanya berfokus pada pencapaian akademik, tetapi juga pengembangan karakter dan pengalaman belajar holistik.

Profesor di Sekolah Kurikulum dan Pedagogi The University of Auckland, Selandia Baru, Graham McPhail, dalam risetnya juga menjelaskan bahwa Deep Learning bukan hal baru. Pendekatan ini sudah ada sejak awal abad ke-21. Deep Learning bermanfaat untuk menantang dan memotivasi siswa supaya memahami masalah-masalah di dunia nyata.

Baca Juga  Etos Welas Asih dan Teologi Al-Ma'un: Spirit Perjuangan KOKAM

Senada dengan Konsep Deep Learning, Pondok Pesantren yang merupakan lembaga pendidikan keislaman tradisional juga memiliki konsep yang hampir sama dengan Deep Learning. Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua di Indonesia yang sejak dulu memakai konsep Deep Learning dalam kegiatan pembelajarannya. Untuk itu penulis akan memaparkan beberapa kaitan Deep Learning yang ada di Pondok Pesantren.

Deep Learning dalam Pendidikan

Dalam pendidikan, Deep Learning dapat diintegrasikan melalui tiga metode komponen yang terkait. Yaitu dengan meaningful learning (pembelajaran bermakna), mindful learning (pembelajaran sadar), dan joyful learning (pembelajaran menyenangkan). Berikut adalah penjelasan singkat dari ketiga komponen tersebut:

1. Meaning Full Learning (Pembelajaran Bermakna)

Meaningful Learning merupakan pendekatan pembelajaran yang melibatkan pemikiran kritis dan pengembangan melalui aktivitas interaktif, dengan tujuan membangun makna melalui pengenalan pola dan konsep. Proses ini mencakup keterampilan berpikir kritis, kreatif, pemecahan masalah, dan memori.

2. Mindfull Learning (Pembelajaran Sadar)

Mindful Learning memandang pembelajaran sebagai proses yang melibatkan kesadaran penuh dalam setiap kegiatan belajar. Siswa diharapkan hadir sepenuhnya, mengamati dan merenungkan materi tanpa gangguan eksternal, menekankan pentingnya kesadaran diri dan kontrol dalam mengolah informasi.

3. Joyfull Learning (Pembelajaran Menyenangkan)

Joyful Learning adalah pendekatan yang memanfaatkan aspek kegembiraan dan ketertarikan siswa dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang menyenangkan tidak hanya meningkatkan keterlibatan siswa, tetapi juga membuat pengalaman belajar lebih bermakna dan berkesan.

Secara keseluruhan, penerapan model  Deep  Learning di Indonesia memiliki potensi untuk mengubah paradigma pendidikan menjadi lebih holistik. Serta tentunya relevan dengan kebutuhan zaman. Meskipun ada berbagai tantangan yang harus dihadapi, model ini dapat meningkatkan kualitas  pendidikan  jika  diimbangi  dengan  perbaikan  infrastruktur,  pengembangan profesionalisme guru, serta dukungan teknologi yang memadai. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah,  sekolah,  dan  semua  pihak  terkait  untuk  bekerja  sama  dalam  menciptakan ekosistem pendidikan yang mendukung penerapan Deep Learning secara efektif.

Baca Juga  Tantangan Guru Madrasah, dari Dituduh Radikal hingga Tuntutan Skill yang Tinggi

Deep Learning dalam Pendidikan Pesantren

Pesantren merupakan lembaga keagamaan yang sarat nilai dan tradisi luhur yang telah menjadi karakteristik pesantren pada hampir seluruh perjalanan sejarahnya. Pesantren juga merupakan tempat untuk membina manusia menjadi orang baik, dengan sistem asrama.

Artinya, para santri dan kyai hidup dalam lingkungan pendidikan yang ketat dengan disiplin. Asrama untuk para santri berada dalam kompleks pesantren yang di situ juga kyai bertempat tinggal. Dalam pesantren, terdapat fasilitas ibadah sehingga dalam aspek kepemimpinan pesantren, kyai memegang kekuasaan yang hampir mutlak.

Dalam beberapa metode dan proses pembelajaran di Pesantren ada beberapa penerapan kaidah Deep Learning yang sudah di terapkan pesantren sejak dulu kala. Berikut adalah paparan Deep Learning dalam pendidikan Pesantren:

1. Guru di Pesantren Tidak Sekadar Mengajar (Meaning Full)

Berbeda dengan sekolah formal pada umumnya. Jika dalam sekolah formal hubungan guru dan murid akan selesai ketika jam pulang sekolah telah berbunyi. Di Pesantren hal tersebut tidaklah berlaku, sering kali apabila ada santri (murid) yang memiliki masalah dalam belajarnya, maka guru akan lanjut terus memonitor.

Selain mendikte dalam masalah pelajaran, dengan sistem kehidupan pesantren yang heterogen acapkali guru di pesantren bekerja di luar tupoksi. Seperti halnya mengurus murid atau santri yang sakit, kehabisan uang, diterpa masalah dan lain sebagainya.

Dalam lingkungan pesantren guru dikenal dengan sebutan “Murobbi” yang mendidik dan memberi makna dalam menghadapi pemecahan masalah kehidupan. Itulah sebabnya KH. Hasyim ‘Asyari menyebutkan  dalam Kitab Adab Alim Wa Al-Muta’alim bahwa kosen interaksi guru dan murid di pesantren sebagai (‘alaqah batiniyah)  atau hubungan batin yang kuat sehingga konsep ini jika dikaitkan dengan Meaning Full akan sama yakni sama-sama membentuk pola pikir kritis dalam memaknai dan pemecahan masalah.

2. Musyawarah/Syawir sebagai (Mindfull Learning)

Musyawarah adalah tradisi yang wajib digunakan di semua pondok pesantren. Dalam pelaksanaan musyawarah atau diskusi ini dilakukan di luar jam pelajaran, untuk membahas masalah-masalah yang tidak terjawab dalam kelas atau fenomena sosial keagamaan dalam masyarakat, dan durasinya bisa berjam-jam.

Baca Juga  Membuka Sekolah Saat Pandemi: Kepastian dalam Ketidakpastian

Tradisi musyawarah ini lebih dikenal dengan nama Bahtsul Masail, Melalui Bahtsul Masail ini, para santri di pesantren unjuk kebolehan dalam berdiskusi memecahkan permasalahan. Mereka membawa kitab-kitab literasi yang dibutuhkan. Dengan daya pikir dan kemampuan nalar mereka menganalisis kasus yang sedang dikaji.

Bukan tanpa kontrol, diskusi para santri ini diawasi langsung oleh para ustadz dan kyai pengasuh pesantren. Tujuannya tidak bukan hanya untuk melihat dan menjaga agar diskusi/kajian tidak keluar jalur. Tetapi kebebasan pendapat dan keleluasaan berpikir tetap dikedepankan.

Dengan adanya Bahstul Masa’il ini santri secara tidak langsung diajarkan konsep Mindfull Learning karena dituntut berpikir secara mendalam dan lebih luas, sehingga mereka mampu menangkap dan menyaring informasi.

3. Joyfull Learning (Lalaran)

Dalam tradisi pembelajaran pesantren ada yang namanya “lalaran”, Lalaran ialah aktivitas mengulang ulang hafalan nadzom dengan dilagukan secara individu maupun komunal.

Dengan adanya sistem lalaran ini, santri tidak akan terbebani dalam menghafal pelajaran mereka dan justru dengan gembira melantunkan nadzom-nadzom dengan lagu-lagu yang mereka pilih secara komunal (bersama teman kelasnya).

Di samping itu, di pesantren juga lebih enjoy karena pembelajarannya tidak diusik dengan gadget, apalagi distraksi lawan jenis (kelas Homogen), maka dari itu, pembelajarannya lebih kompak, dan mampu memiliki rasa empati terhadap teman-temannya.

Deep Learning sebagai Metode Pembelajaran Berkelanjutan

Metode Deep Learning menawarkan pendekatan pembelajaran yang mendalam dan berkelanjutan, mirip dengan tradisi pesantren yang menekankan penguasaan ilmu secara bertahap, penuh kesungguhan, dan berbasis interaksi intensif. Keduanya berorientasi pada pembentukan pemahaman mendalam yang tidak hanya mencakup pengetahuan teoretis, tetapi juga keterampilan aplikatif dan nilai-nilai luhur.

Dengan memadukan prinsip-prinsip pembelajaran tradisional ala pesantren dan teknologi modern, Deep Learning dapat menjadi solusi inovatif untuk meningkatkan kualitas pendidikan di era digital, sekaligus menjaga akar budaya dan nilai-nilai lokal yang relevan.

Editor: Assalimi

Muhammad Alwi Hasan
2 posts

About author
Mahasiswa Pasca Sarjana IAIN Kediri/ Tim Penulis Muqoddimah Sejarah NU Nganjuk
Articles
Related posts
Perspektif

Kasus Kekerasan di Lingkungan Pendidikan: Tak Hanya Tanggung Jawab Guru

4 Mins read
Kasus Kekerasan di lingkungan Pendidikan khususnya Sekolah Dasar dan Menegah di Indonesia telah menjadi isu yang semakin mengkhawatirkan dalam beberapa tahun terakhir….
Perspektif

Seutuhnya Merah Putih: Upaya IMM Menata Masa Depan Indonesia

2 Mins read
Bila tidak ada aral melintang, Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (DPP IMM) akan melangsungkan agenda Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) di Provinsi…
Perspektif

Benarkah Gen Z Haus Validasi?

4 Mins read
Fenomena haus validasi di antara generasi Z (Gen Z) atau generasi yang lahir pada rentang tahun 1997-2012 menjadi banyak perbincangan. Fenomena tersebut…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds