Fariduddin Attar | Berbicara mengenai istilah sufi mungkin sudah tidak asing lagi bagi para pengkaji tasawuf dan juga para sastrawan. Sufi dikenal sebagai sebutan untuk orang-orang yang membangun dirinya untuk mulai menjauhi hal-hal duniawi dan lebih mengejar hal-hal spiritual sebagai bentuk kerinduan dan kecintaan pada Tuhan-Nya.
Sufisme juga dikenal sebagai orang-orang yang berusaha untuk senantiasa berada di jalan Allah SWT dengan tidak berlebihan pada hal-hal duniawinya. Dalam proses perjalanan spiritualnya, seorang sufi juga menghadirkan karya-karya yang mereka gunakan untuk salah satunya mengekspresikan rasa rindu dan kecintaan mereka terhadap Tuhan-Nya.
Karya-karya tersebut beragam bentuknya mulai dari buku, prosa, syair-syair, dan lain sebagainya. Sehingga, tidak asing lagi apabila seorang sufi juga disebut sebagai seorang penyair handal.
Sastra-sastra sufi merupakan bentuk-bentuk keindahan yang tertuang dalam bait-bait syair penuh makna dari para penyair sufi terdahulu yang menjadi suatu cerminan ekspresi kecintaan dan kesenangan mereka dalam setiap alur yang mereka lalui dalam perjalanan spiritual menuju Tuhan-Nya.
Seorang sufi sekaligus penyair legendaris yang merefleksikan agama dan kecintaan pada Rabb-Nya dalam beberapa bait syair nya yang kita kenal adalah Jalaluddin Rumi. Akan tetapi, sebenarnya terdapat satu tokoh penyair sufi sebelum Rumi yang jarang dikenal oleh orang-orang sehingga disebut dengan seorang sufi yang misterius. Beliau bernama Fariduddin Attar, seorang sufi dan penyair yang juga berasal dari negara yang sama dengan Rumi yakni Persia.
Fariduddin Attar dikenal sebagai seorang sufi yang memiliki nama lengkap Abu Hamid Muhammad bin Ibrahim Farid al-Din al-Attar. Attar lahir di Persia, 506 H / 1119 M. Nama Attar ini beliau dapatkan dari masyarakat sekitar yang berarti “ahli minyak” atau “ahli kimia”, karena dahulu nya Attar adalah seorang dokter yang mendapatkan warisan rumah obat atau apotik dari sang ayah tercinta.
Mengenai sebutan “Sang Penyebar Wangi” yang disandarkan pada diri Attar ini, dikatakan berawal karena Attar dahulu nya merupakan pengusaha minyak wangi dan memiliki sebuah toko wewangian.
***
Terdapat sebuah anekdot yang menjelaskan mengenai hal ini, diceritakan bahwa terdapat seorang laki-laki tua renta yang datang ke sebuah toko minyak wangi dan kemudian pemilik toko tersebut mengusir nya.
Lelaki tua renta tersebut merespon perlakuan pemilik toko dengan perkataan “Jangankan toko wewangian mu ini, bahkan meninggalkan dunia dan kemewahannya saja aku sanggup. Lantas, sanggupkah dirimu melakukan hal tersebut? Meninggalkan toko mu, dunia mu, dan segala kemewahan mu?”
Setelah mengatakan hal tersebut, lelaki tua renta tersebut meninggal di depan toko wewangian yang tidak lain adalah toko milik Attar. Attar kemudian menguburkan jenazah lelaki tua tersebut dan setelah kejadian tersebut dikatakan bahwa Attar memutuskan untuk meninggalkan toko wewangiannya dan memulai untuk berkelana atau melakukan perjalanan spiritual untuk lebih mendekatkan diri pada Rabb-Nya. Attar mulai menemui beberapa guru dan beliau belajar tasawuf dari guru tersebut, yakni Syekh Buknaddin.
Selain memiliki sebutan “Sang Penyebar Wangi”, Attar juga memiliki gelar atau sebutan yakni “Saitu al-Salikin” yang memiliki pengertian cemeti orang-orang sufi.
Gelar ini beliau dapatkan karena beliau dianggap mampu menjadi orang yang membakar rasa cinta para sufi ketika mengekspresikan rasa rindu dan rasa cinta nya dalam bait-bait puisi, syair, dan prosa indahnya.
Fariduddin Attar juga merupakan seorang sufi yang meramalkan Rumi. Hal ini bermula dari sekitar tahun 1215-1220 Masehi yang pada saat itu terjadi suatu kepanikan melanda Asia tengah hingga kemudian orang-orang Afghanistan mengungsi demi keselamatannya dari pasukan Mongol.
Pada saat itu, Attar tua bertemu dengan keluarga Bahauddin Walad Muhammad bin Husein di Nishpaur, Iran yang sedang dalam perjalanan hijrah ke Anatolia. Kala itu, Attar mengagumi seorang anak berumur delapan tahun yang berjalan bersama ayahnya tersebut.
Attar bahkan mengatakan bahwa “tengah datang kesini sebuah lautan (sang ayah) dan yang di belakangnya di ikuti oleh sebuah samudera (sang anak umur delapan tahun)” anak tersebut bernama Jalaluddin Rumi.
***
Tidak hanya itu, Attar juga meramalkan mengenai nasib Rumi. Attar berkata bahwasanya Rumi akan menjadi seorang tokoh besar dan bersejarah dalam bidang tasawuf. Perkataan Attar ini benar-benar terjadi yang mana buktinya Jalaluddin Rumi saat ini menjadi seorang tokoh sufi terkenal.
Attar kemudian memberikan buku berjudul Asrarname sebagai hadiah kepada Rumi. Attar dikenal juga sebagai sufi yang membawa cahaya baru bagi ajaran sufi kala itu dengan penjelasan-penjelasan beliau yang dilakukan melalui seni.
Rumi bahkan pernah berkata sesuatu tentang Attar karena rasa takjub dan kagum nya pada sosok Attar, yakni “Attar melintasi tujuh kota cinta, dan kami hanya mencapai sudut salah satu jalannya”. Terdapat pula buku karya Attar yang sangat menginspirasi Rumi, buku tersebut berjudul Manthiq at-Thair (Musyawarah Burung).
Karya-karya Attar lainnya yakni Memoirs of the Saints (Riwayat Manusia Suci) yang menjadi rujukan para penulis, sastrawan, dan para penyair ketika menulis mengenai hikayat-hikayat muslim.
Ada juga The Book of God (Kitab Ilahi) yang mana karya Attar ini berisi tentang enam kapasitas manusia, yaitu ego, imajinasi, haus pengetahuan, kepandaian, haus akan sikap yang tidak terpengaruh, dan haus akan penyatuan.
Book of Secret juga menjadi karya Attar selanjutnya yang merupakan kumpulan dari cerita-cerita singkat yang disajikan untuk tujuan peningkatan spiritual dan moral para pembaca. Selanjutnya juga ada The Book of Affliction (Kitab Derita) yang menceritakan tentang seorang pengembara yang sedang mencari Tuhan-Nya.
Dari beberapa karya milik Attar tersebut, masih terdapat karya nya lagi yang lebih spektakuler bahkan menjadi inti dari literatur sufi yang di miliki oleh Fariduddin Attar, yaitu The Conference of the Birds.
Buku ini sangat memberikan inspirasi kepada sebagian besar guru-guru sufi yang mana berisikan tentang kumpulan fabel, lelucon, dan juga kisah yang diwujudkan dalam satu cerita tunggal mengenai pencarian dengan sifatnya spiritual yang dipimpin oleh Hudhud sebagai simbol spiritual nya.
***
Attar sebagai seorang sufi yang misterius, memang tidak pernah memberikan penjelasan mengenai biografi nya dalam karya-karya nya. Hal ini yang memungkinkan menjadi alasan mengapa sosok Fariduddin Attar kurang di kenal namanya daripada Jalaluddin Rumi dan para sufi serta penyair lainnya.
Padahal, Attar merupakan sosok yang sangat pintar dengan banyaknya karya yang beliau hasilkan dan ditulisnya dengan bahasa yang sederhana sehingga sangat memungkinkan membantu bagi yang ingin mempelajari tasawuf dari pemula. Attar diperkirakan meninggal pada 607 H/1220 M di Syaikhuhah pada usia yang ke-110 tahun.
Mengenal Attar sebagai sosok seorang sufi dan penyair handal pada masanya merupakan satu dari sekian hal yang kemudian bisa dijadikan sebagai batu loncatan untuk senantiasa mencari tau lebih lagi terkait sufisme, karena Attar adalah sosok sufisme dan penyair yang kagum pada Rumi kecil dan juga di kagumi oleh Rumi tua.
Segala ajaran sufi yang di tuturkan oleh Attar membawa seseorang pada suatu rasa cinta dan rindu terhadap Allah, Tuhan seluruh alam semesta. Bait-bait syair dan prosanya yang indah sangat menyejukkan sehingga siapapun yang mengenal Attar dan mencari tau tentang kehidupannya pasti akan jatuh cinta pada sosok sufisme satu ini, sang penyebar wangi, inspiratif, dan penyair handal, Fariduddin Attar.
Editor: Yahya FR