Inspiring

Menikmati Masa Jomblo ala Gus Dur

3 Mins read

Gus Dur memang menjadi panutan bagi berbagai kalangan, salah satunya kaum jomblo, karena Gus Dur bisa dibilang mampu menikmati masa jomblo. Ya, banyak orang yang dirundung resah dalam menjalani masa-masa lajangnya. Sering minder dan berkecil hati karena belum juga bertemu dengan belahan jiwa. Setiap mengetahui kabar tentang pernikahan teman dan kolega, tiba-tiba muncul semacam rasa panik yang berlebih.

Akan tetapi, tidak sedikit pula orang-orang yang bisa menikmati masa lajangnya. Banyak orang di luar sana yang menyibukkan diri dengan berbagai hal positif dan menyenangkan. Seperti bekerja, berorganisasi, berkarya, mendalami hobi, dan lain sebagainya.

Gus Dur bisa dijadikan contoh soal ini. Tokoh yang dianggap sebagai manusia kompleks ini, menghabiskan masa lajangnya dengan berbagai kegiatan positif. Mulai dari yang substansial hingga sekadar hiburan belaka. Berikut ini adalah hal-hal yang menyibukkan Gus Dur selama masa lajang.

Menikmati Masa Jomblo

Sedari kecil Gus Dur sudah senang membaca. Ibunda Gus Dur, Nyai Sholichah Bisri adalah orang yang menanamkan kebiasaan membaca kepada Gus Dur. Lewat majalah dan buku, baik berbahasa Indonesia maupun bahasa asing.

Berkat pembiasaan ini, lama-lama terbentuklah seorang Gus Dur yang kutu buku. Bahkan saat nyantri di Magelang, ia telah banyak membaca buku-buku Barat. Di manapun ia membawa buku dan disela-sela waktu ia membacanya. Tak heran, kelak beliau menjadi tokoh panutan yang berwawasan luas dan mencerahkan.

Konon, Gus Dur cepat sekali dalam membaca buku meskipun isi bukunya serius. Hanya dalam waktu hitungan jam, ia bisa mengkhatamkan buku. Baik berada di pesawat, mobil, maupun kereta saat  perjalanan. Pernah juga suatu ketika beliau ingin membeli buku, tapi setelah sebentar membuka buku tersebut ia tidak jadi membelinya karena sudah tahu semua isinya.

Baca Juga  Konsep Menjalani Kehidupan ala Hasan al-Bashri

Kesenangannya kepada buku memang di atas rata-rata. Saat kuliah di Mesir, Gus Dur sering bolos kuliah dan lebih memilih seharian di perpustakaan untuk membaca buku. Ketimbang mendengarkan materi perkuliahan yang menurutnya telah didapatkan di pesantren.

Tidak hanya membaca buku-buku non fiksi, beliau juga membaca novel. Uniknya, kata Alissa dalam nama putrinya, Alissa Qotrunnada Wahid terinspirasi dari sebuah novel. Alissa merupakan salah satu karakter dalam novel berbahasa Perancis karya Andre Gide berjudul La Porte Etroite.

Sungguh mengasyikkan petualangannya bersama buku-buku. Jika kamu seorang jomblo, sering galau dan tak tahu hendak melakukan apa, maka tirulah Gus Dur yang gemar membaca.

Seperti kata Najwa Shihab, temukanlah satu judul buku saja untuk selanjutnya jatuh cinta kepada buku itu. Bayangkan, selama masa jomblo yang rasanya tidak sebentar ini, kamu telah mengkhatamkan banyak buku dan mendapat banyak pelajaran.

Menulis

Saat di Mesir, Gus Dur banyak terlibat dengan kegiatan menulis. Ia sempat menjadi jurnalis sebuah majalah dan menulis untuk majalah tersebut. Ia menikmatinya, banyak tulisan-tulisannya yang dimuat di majalah milik Asosiasi Pelajar Indonesia itu.

Sampai Gus Dur menikah, ia masih menulis dan menjadi penulis yang terkenal. Tulisan-tulisannya dianggap kritis dan mengena. Ia banyak menulis untuk koran-koran dan honorariumnya menjadi salah satu tonggak ekonomi rumah tangganya pada masa itu.

Tema-tema yang ditulis beliau sangat beragam. Menandakan kekayaan bacaannya dan kepekaan pengamatannya terhadap suatu fenomena. Mulai dari isu politik, ekonomi, dan HAM. Baik dalam negeri maupun luar negeri. Isu keagamaan, kebudayaan, hingga tentang sepak bola juga tak luput dari jangkauan mesin tiknya.

Seorang jomblo sangat cocok dengan kegiatan menulis seperti yang dilakukan Gus Dur. Banyak manfaatnya, terutama sarana untuk mengeluarkan banyak unek-unek yang selama ini menghantui.

Baca Juga  Jalan Menempuh “Islam Kita” ala Gus Dur

Gus Dur Juga Nonton Film

Jangan dikira Gus Dur sang intelektual itu tidak suka dengan yang namanya hiburan. Gus Dur selama masa mudanya  sering menonton film. Bahkan bisa dikatakan hobi menonton film sejak remaja.

Selama tinggal di Yogyakarta, Gus Dur mulai suka dengan pertunjukan wayang. Ia banyak mencuri waktu untuk keluar dan pergi menonton wayang meski harus menempuh jarak yang cukup jauh.

Hobi Gus Dur ini terbawa sampai ia kuliah di Al-Azhar, Mesir. Selain bolos kuliah ke perpustakaan, ia juga sering tidak masuk kelas dan lebih menikmati jalan-jalan dan menonton film. Ia menonton film-film Perancis dan Amerika di bioskop.

Menonton film memang pada dasarnya adalah hiburan. Tak terkecuali bagi Gus Dur. Dan para jomblo, pada dasarnya butuh hiburan. Menonton film bisa menjadi pilihan asal tidak berlebihan dan diimbangi dengan kegiatan lainnya.

Ziarah

Sosok Gus Dur amat dekat dengan tradisi ini. Berziarah ke makam para alim untuk mendoakan mereka, mengharap berkah, dan menyambung tali kasih batin dengan para sesepuh yang sudah dahulu pergi meninggalkan dunia.

Tradisi ziarah ini biasa dilakukan oleh kalangan santri dan masyarakat pada umumnya. Gus Dur termasuk orang yang rajin ziarah ke makam-makam para wali sejak remaja. Biasanya ia berlama-lama di makam, khusyuk menyambung rasa, dan konon berkomunikasi dengan mereka.

Tak mengherankan, sudah banyak hal yang mengejutkan dari diri seorang Gus Dur. Ziarah di sini juga bermakna berkunjung kepada yang masih hidup. Beliau juga sangat gemar mengunjungi karib, tokoh, dan guru-gurunya dari berbagai latar belakang.

Dalam makna yang terakhir ini tentu untuk menyambung silaturahim, berdiskusi, atau sekadar berbincang untuk melepas kepenatan. Bertemu orang-orang memang bisa merubah suasana hati. Membicarakan hal-hal sepele, menumpahkan keluh kesah, bercanda, dan tertawa bersama.

Baca Juga  Pribumisasi Islam Gus Dur di Mata Muslim Milenial

Apa yang telah dilakukan Gus Dur dalam menikmati masa jomblo bisa menjadi opsi, atau sebuah pandangan untuk melakukan hal-hal positif yang sekaligus kita senangi. Selama masa jomblo ini, patut menyibukkan diri dengan hal-hal yang bisa kita nikmati. Agar kita tak menghabiskan waktu untuk memusingkan hal-hal yang malah membebani diri.

Editor: Sri/Nabhan

Avatar
3 posts

About author
Seorang laki-laki beradik tiga. Lahir di Demak, 17 Februari 1996. Pernah nyantri di Pesantren Futuhiyyah, Mranggen. Suka membaca dan menulis.
Articles
Related posts
Inspiring

Bintu Syathi’, Pionir Mufassir Perempuan Modern

6 Mins read
Bintu Syathi’ merupakan tokoh mufassir perempuan pertama yang mampu menghilangkan dominasi mufassir laki-laki. Mufassir era klasik hingga abad 19 identik produksi kitab…
Inspiring

Buya Hamka, Penyelamat Tasawuf dari Pemaknaan yang Menyimpang

7 Mins read
Pendahuluan: Tasawuf Kenabian Istilah tasawuf saat ini telah menjadi satu konsep keilmuan tersendiri dalam Islam. Berdasarkan epistemologi filsafat Islam, tasawuf dimasukkan dalam…
Inspiring

Enam Hal yang Dapat Menghancurkan Manusia Menurut Anthony de Mello

4 Mins read
Dalam romantika perjalanan kehidupan, banyak hal yang mungkin tampak menggiurkan tapi sebenarnya berpotensi merusak, bagi kita sebagai umat manusia. Sepintas mungkin tiada…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *