Quarter life crisis adalah fase krisis seperempat abad yang bisa kita pahami dan kita artikan sebagai situasi kondisi psikologis. Ia adalah fase yang sedang dialami oleh kebanyakan orang di usia awal dua puluhan hingga pertengahan tiga puluhan. Kebanyakan orang mengalami masa-masa krisis pada fase ini dalam upaya menentukan masa depannya. Dalam hal ini tentunya dibutuhkan suatu pedoman hidup untuk menghadapi quarter life crisis ini. Bagaimana solusi Islam dalam menghadapi fase ini dari al-Quran?
Menghadapi Quarter Life Crisis
Quarter life crisis adalah rentang usia yang oleh Alex Fowke (psikolog klinis) disebut sebagai ‘periode ketidak percayaan diri, keraguan, dan kekecewaan tentang hal-hal seputar karir, hubungan asmara, dan kondisi finansial.’
Menurut peneliti dan pengajar psikologi dari University of Greenwich, London, Dr. Oliver Robinson, quarter life crisis adalah fenomena fase yang memiliki empat tahapan. Pertama, perasaan terjebak dalam suatu situasi, entah itu pekerjaan, relasi, atau hal lainnya. Kedua, pikiran bahwa perubahan mungkin saja terjadi. Ketiga, periode membangun kembali hidup yang baru. Terakhir, adalah fase mengukuhkan komitmen terkait ketertarikan, aspirasi, dan nilai-nilai yang dipegang seseorang.
Dengan tahapan-tahapan tersebut, maka sangat penting untuk mengetahui referensi mendasar yang mampu memandu kita dalam kehidupan. Bagi muslim, tentu saja kita perlu untuk merujuk solusi Islam dalam segala aspek kehidupan kita. Maka tentu saja, peranan al-Quran sebagai pedoman hidup muslim perlu untuk dipertimbangkan.
Al-Quran, Pedoman Hidup yang Komprehensif
Al-Quran adalah suatu kitab suci yang paling komprehensif dan di dalamnya terdapat aturan-aturan serta petunjuk tentang segala aspek kehidupan manusia. Sebagai seorang muslim, hendaklah kita menjadikan al-Quran dan hadis sebagai pedoman hidup agar selamat di dunia dan akhirat.
Allah Maha Pencipta juga Maha Pengatur, segala sesuatu yang Allah ciptakan pasti juga telah diatur dan direncanakan sebelumnya. Seperti seorang pembuat meja belajar, menciptakan meja belajar untuk dijadikan tempat untuk belajar, maka Allah juga memiliki rencana atas segala ciptaan-Nya.
Maka, manusia pun dijadikan oleh Allah dengan tujuan agar beribadah kepadanya. Sebagai mana dalam firman-Nya, “Dan tidaklah kuciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaku”. (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Apabila manusia diciptakan dengan tujuan, maka harus ada sebuah pedoman hidup yang tidak hanya mengarahkan laju kehidupan menuju tujuan tersebut, tapi juga memberikan nilai lebih dalam kehidupan seorang manusia.
Kebutuhan Terhadap Sikap Optimisme
Quarter life crisis terjadi karena runtutan masa transisi seorang anak muda menuju dewasa. Arah perkembangan bisa menuju pada arah yang salah jika tidak mempunyai konsep, bekal, dan amunisi dalam menghadapinya.
Menurut Papalia dan Feldman, pada masa ini seseorang sudah mulai mengeksplorasi diri. Eksplorasi diri biasa dimulai dengan hidup terpisah dari orang tua dan berusaha hidup mandiri. Eksplorasi diri juga dimulai dengan mengembangkan sistem atau nilai-nilai yang sudah terinternalisasi sebelumnya.
Keyakinan, tujuan, dan nilai kehidupan yang hakiki perlu ditanamkan sedini mungkin dalam diri agar tidak salah pada masa transisi menuju dewasa. Seluruhnya terangkum dalam pedoman hidup manusia dari al-Quran.
Sesuai pendapat dari Dr. Oliven Robinson, setidaknya ada 4 (empat) fase yang disebutkan tadi dalam quarter life crisis. Maka sesungguhnya al-Quran sebagai pedoman hidup memberikan jawaban atas kesulitan tersebut. Yang perlu kita lakukan adalah dengan menjalani langkah-langkah berikut sesuai resep dari al-Quran sebagai pedoman hidup.
Melawan Quarter Life Crisis
Pertama, al-Quran mengajarkan sikap optimisme, dilanjutkan dengan doa. Kita biasa melihat teman-teman kita yang lain sudah mencapai suatu jenjang dalam kehidupannya. Ada yang sudah menikah, wisuda, sukses dengan harta kekayaan, mobil mewah, hingga karir yang sudah berada di puncak.
Jangan Membandingkan Hidup dengan Orang Lain
Namun, kita belum berada dalam posisi yang seperti itu. Padahal, kita sudah kerja keras. Namun di akhir, kita masih merasa tidak puas dengan hasil yang didapat dan selalu merasa kecewa dengan diri sendiri.
Hal inilah yang sering terjadi sehingga membuat diri kita menjadi seorang yang pesimis hingga memperkuat quarter life crisis. Dalam hal ini, janganlah kita membandingkan diri kita dengan orang lain. Karena jalan kesuksesan hidup orang itu berbeda-beda. Fokuslah kepada hal-hal yang menjadi prioritas kehidupan kita dan mintalah bantuan dengan Allah SWT.
Allah SWT menjelaskan dalam firman-Nya, “Mintalah bantuan (kepada Allah) melalui ketabahan dan doa.” (QS. Al-Baqarah: 45). Bantuan Allah SWT antara lain, menurut suatu hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, adalah melalui upaya memberi bantuan kepada sesama atau infaq dan sadaqah.
Berikhtiar
“Allah akan memberi bantuan kepada seseorang selama dia memberi bantuan kepada sesamanya”. Dilanjutkan dengan usaha lain yaitu berdoa. Doa, menurut M. Qurasih Shihab ,merupakan manifestasi dari harapan kita kepada-Nya dan bukti optimisme kita terhadap Allah SWT.
Kedua, al-Quran mengajarkan pada manusia untuk senantiasa berikhtiar. Ada ikhtiar sebelum tawakal. Hal ini dikarenakan manusia harus berusaha terlebih dahulu dengan segala kemampuannya, baik dari segi fisik maupun non-fisik.
Banyak di antara kita maupun teman-teman kita yang lain memiliki ketidakpuasan atas apa yang sudah dimiliki dan selalu ingin mendapatkan lebih. Jika kita sering berpikir ‘seharusnya saya begini ya’ atau ‘saya harus melakukan ini’, berarti kita sedang berusaha memenuhi standar yang dibuat oleh orang kebanyakan. Hal ini yang membawa pada quarter life crisis.
Misalnya, ukuran seseorang bisa dikatakan sukses itu apabila ia sudah jadi PNS, atau sudah punya mobil dan rumah sendiri. Pemikiran seperti ini tidak akan pernah membuat kita bahagia dan merasa puas akan hidup yang dijalani. Dengan standar kaku yang ditetapkan oleh masyarakat, kita tidak melihat adanya kebaikan dan potensi pada bentuk-bentuk pencapaian lainnya.
Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (QS. Ar-Ra’d: 11).
Bertawakal
Merujuk pada ayat tersebut, dalam menjalani kehidupan kita harus berikhtiar atau berusaha untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik lagi. Berikhtiar adalah wajib bagi setiap manusia dalam upaya untuk mencapai segala yang diinginkannya.
Ketiga, dari al-Quran mengajarkan pada manusia untuk senantiasa bertawakkal. Selain memiliki sikap optimisme dan melakukan ikhtiar, langkah selanjutnya adalah bertawakkal kepada Allah SWT.
Dari al-Quran, Allah berfirman, “Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal pada-Nya” (QS. Ali Imran: 159).
Keempat, al-Quran sebagai pedoman hidup mengajarkan pada manusia untuk bersabar, bersyukur dan ikhlas. Kesabaran adalah salah satu poin yang paling utama dalam menjalani kehidupan. Sabar perlu dilakukan dalam menghadapi cobaan dan sabar ketika berada dalam kenikmatan yang terkadang membuat kita bisa jatuh karena lalai.
Bersabar, Bersyukur, dan Ikhlas
Nabi Muhammad Saw bersabda yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim, “Hakikat kesabaran (kesempurnaan) dinilai pada saat-saat pertama dari kedatangan malapetaka (bukan setelah berlalu sekian waktu).”
Jika masih juga belum berhasil mencapai target atau tujuan yang diinginkan maka, tetaplah bersabar karena semua ada waktunya. Bersyukurlah agar Allah menambahkan nikmat-Nya kepada kita. Nikmat tersebut bisa berupa kesehatan, panjang umur dan keluangan waktu.
Ikhlaslah dalam menjalani semua itu, karena dengan hati yang ikhlas bisa membuatmu menjadi lebih tenang. Dengannya juga, menghadapi fase quarter life crisis ini juga akan terasa lebih ringan berkat ketentraman jiwa, tekad yang bulat dan Allah SWT yang selalu memberikan rahmat.
***
Yakinlah bahwa kita pasti bisa dalam mewujudkan atas apa yang kita impikan, berusahalah dengan semaksimal mungkin. Maka, kita akan berhasil menghadapi quarter life crisis sampai pada suatu tempat yang bernama kesuksesan.
Editor: Shidqi Mukhtasor/Nabhan