Inspiring

Merdeka Belajar dengan Asyik dan Gembira

3 Mins read

Saya merasa menjadi manusia beruntung seberuntung-beruntungnya karena menjadi murid Mas Guru Iqbal Aji Daryono. Tahu kenapa? Pasalnya, Kelas Menulis Online Iqbal Aji Daryono yang legendaris itu adalah jelmaan paripurna dari konsep Merdeka Belajar.

Iqbal Aji Daryono dan Konsep Merdeka Belajar

Merdeka Belajar adalah konsep pembelajaran yang jadi jargon revolusi belajar yang digagas Mas Menteri Nadiem Makarim. Meski sebenarnya konsep itu tidak baru-baru amat. Toh Mas Menteri juga dapat Merdeka Belajar dari Kampus Guru Cikal. Kampus Guru Cikal menghibahkan merek Merdeka Belajar dengan niat tulus. Hibah itu diiringi harapan Merdeka Belajar dapat melipatgandakan kebermanfaatannya buat memajukan pendidikan bangsa ini. 

Sayangnya, niat tulus itu membikin Kemendikbud malas. Kalau kita ikut pelatihan Merdeka Belajar yang diselenggarakan Kemendikbud, watermark videonya masih Kampus Guru Cikal. Plek ketiplek Merdeka Belajar cuma pindah rumah dari Kampus Guru Cikal ke Kemendikbud. Pada akhirnya, Kemendikbud-lah yang duluan merasakan Merdeka Belajar: merdeka dari belajar membikin materi pelatihan yang ciamik. 

Sesering apapun jargon Merdeka Belajar digaungkan Mas Menteri, ia akan tetap menjadi jargon ketika secara de facto sistem pendidikan kita belum memerdekakan murid dan guru. Lihat saja faktanya. Faktanya, jurusan IPA masih dianggap lebih mentereng dibanding IPS. Faktanya, anak orang miskin tidak merdeka buat bercita-cita masuk sekolah kedokteran. Faktanya, guru honorer masih dibayar jauh di bawah angka UMR. 

Bagaimana mungkin guru honorer mau mengamalkan merdeka belajar kalau urusan perut saja belum merdeka?

Kelas Menulis Online Iqbal Aji Daryono atau beken dengan singkatan KMO IAD sebetulnya hanya kelas menulis online biasa. Yang istimewa adalah gurunya. Siapa tak kenal Iqbal Aji Daryono, buzzer ratusan juta per posting? Literasi kita masih merem melek kalau belum kenal sosok penulis yang paling banyak diburu media massa baik cetak maupun online ini.

Baca Juga  Ketika Pak AR Memimpin Yasinan

Lima Pilar Konsep Belajar di Kelas Mas Guru

Menurut saya, konsep pembelajaran di kelas Mas Guru adalah semurni-murninya laku Merdeka Belajar yang digadang-gadang Mas Menteri Nadiem.

Masih tidak percaya? Sini saya bocorkan satu demi satu pilar pembelajaran di KMO IAD. Pilar-pilar itu secara telanjang menunjukkan ciri laku Merdeka Belajar.

Pilar pertama, di kelas Mas Guru, murid bebas menentukan sendiri target belajarnya. Mau itu targetnya menulis di media online seperti IBTimes.ID atau sekadar menulis di dinding Facebook. Bahkan, mau tidak punya target pun boleh. Mas Guru tidak demanding. Camkan itu. Kurang merdeka apa lagi coba?

Mas Guru sadar betul kalau murudnya datang dari latar belakang yang berbeda-beda. Garis start mereka tidak sama. Ada murid yang memang sudah akrab dengan tulis-menulis. Ada juga murid yang menentukan kapan harus titik atau koma saja masih bingung. Ada yang pendidikannya tidak jelas seperti saya. Ada juga yang seberntar ladi nama belakangnya ditambahi gelar Phd. Karena itu, Mas Guru tidak menyeragamkan target yang harus dicapai murid-muridnya.

Pilar kedua, murid bebas mengerjakan praktik sesuka udelnya. Di kelas Mas Guru ada enam kali praktik. Kita tidak ngerjain praktik juga tidak masalah. Saya pun pernah kelewat mengerjakan tugas. Itu tidak bikin saya kena drop out. Saya tetap bisa lulus tanpa mengerjakan tugas sekali pun. 

Pemberian nama ‘praktik’ bukan ‘tugas’ juga tidak sembarangan. Ada filosofinya. Nama itu dipilih supaya murid tidak merasa terbebani. Namanya juga Merdeka Belajar, masa dipaksa-paksa mengerjakan tugas? Tidak cuma itu. Ketika mengumpulkan tugas pun kita bebas menentukan jenis huruf, spasi, dan marjin. Malah, mengumpulkan tugas dengan jenis huruf Comic Sans pun saya yakin tidak bakal ditolak.

Baca Juga  Dilarang Mengutuk Hujan: Buku Penuh Esai Reflektif

Praktik Nyata Kebebasan dalam Belajar

Pilar ketiga, kita bisa kapan saja dan di mana saja menyimak kelas yang diampu Mas Guru. Bebas. Tidak ada jadwal pelajaran yang memaksa kita hadir di waktu-waktu tertentu. 

Saya masuk di kelas Jumat. Artinya tugas kami akan diulas dan dikasih feedback pada Jumat malam. Namun, kita bebas mau menyimaknya kapan pun, tidak harus malam itu. Tempatnya juga bebas. Mau menyimak dari rumah, warung kopi, atau kuburan tidak ada larangan. Kalau mau tidak menyimak juga boleh. Ingat, dari awal, kita sendiri yang menentukan target.

Pilar keempat, murid bebas untuk keluar dan masuk kelas. Kita tidak perlu menahan pipis kalau kebelet pipis. Keluar kelas dulu saja. Semua murid mendaftar di kelas Mas Guru dengan kesadaran penuh dan tanpa ada paksaan dari pihak mana pun. Kami juga mendaftar bukan biar dapat insentif. Tidak ada. Niat kami murni untuk menuntut ilmu sampai ke Negeri Cina. 

Paling ada beberapa murid yang mendaftar karena dijebak iklan yang berseliweran di beranda Facebook  atau Instagram. Tetap saja itu masih lebih merdeka dibanding ikut pelatihan sekadar prasyarat untuk mencairkan insentif prakerja. 

Pilar kelima, Merdeka Belajar adalah belajar dari yang sudah berhasil. Tentu saja dari Mas Guru sendiri. Selain itu, banyak murid yang pada akhirnya berhasil menembus media online. Saya belajar dari mereka. Di kelas ini pula kita belajar kesalahan orang lain saat menyimak evaluasi atau revisi tugas praktik.

Selain memerdekakan murid, kelas ini juga memerdekakan guru. Coba hitung saja berapa orang yang mendaftar kelas ini tiap bulannya. Jangan lupa kalikan jumlahnya dengan ongkos yang harus mereka bayar. Dari situ kita bisa tahu ancer-ancer honor mengajar Mas Guru. Tolong jangan dibandingkan dengan gaji guru honorer yang masih jauh di bawah angka UMR.

Baca Juga  Hermeneutik Amina Wadud: Al-Qur'an bukan Kitab Patriarki

Kelas yang Kafah Mengamalkan Jargon Merdeka Belajar

Melihat kemurnian-kemurnian itu saya jadi ingin merekomendasikan kelas ini buat Mas Menteri. Saya pikir Mas Menteri perlu ikut KMO IAD. Anggap saja itu ajang studi banding. Karena, meski tidak pernah melafalkan jargon Merdeka Belajar, sejatinya Mas Guru telah mengamalkannya dengan sangat kafah. Dengan begitu Mas Menteri akan semakin merdeka memekikkan jagor Merdeka Belajar. Percayalah!

Editor: Zahra

Muhamad Rahmat
1 posts

About author
Narablog Fiscus Wannabe.
Articles
Related posts
Inspiring

Imam Al-Laits bin Saad, Ulama Besar Mesir Pencetus Mazhab Laitsy

3 Mins read
Di zaman sekarang, umat Islam Sunni mengenal bahwa ada 4 mazhab besar fiqh, yang dinisbahkan kepada 4 imam besar. Tetapi dalam sejarahnya,…
Inspiring

Ibnu Tumart, Sang Pendiri Al-Muwahhidun

4 Mins read
Wilayah Maghreb merupakan salah satu bagian Dar al-Islam (Dunia Islam) sejak era Kekhalifahan Umayyah. Kebanyakan orang mengenal nama-nama seperti Ibnu Rusyd, Ibnu…
Inspiring

Kenal Dekat dengan Abdul Mu'ti: Begawan Pendidikan Indonesia yang Jadi Menteri Dikdasmen Prabowo

3 Mins read
Abdul Mu’ti merupakan tokoh penting dalam dunia pendidikan dan organisasi Islam di Indonesia. Ia dikenal sebagai Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds