Tajdida

Merespons Fenomena Kader “Hijrah” Muhammadiyah

3 Mins read

Tulisan ini merupakan lanjutan dari artikel penulis yang berjudul Meluruskan Anggapan “Bermuhammadiyah Haram”. Namun tulisan ini akan lebih menjelaskan secara khusus tentang keresahan penulis atas fenomena yang terjadi, yaitu fenomena kader hijrah.

Kita ketahui bersama bahwa Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah sebagai organisasi yang menebarkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Hal tersebut bisa dilakukan dengan berbagai cara. Baik itu melalui sosial seperti yang diajarkan Mbah Dahlan atau dengan pendidikan, politik, dan lainnya.

Sebagai organisasi yang besar, Muhammadiyah terbuka bagi seluruh kalangan. Muhammadiyah tidak pernah melarang seseorang untuk menjadi simpatisan, anggota, bahkan kader yang ingin berjuang melalui kendaraan Muhammadiyah beserta organisasi otonomnya. Menjadi anggota atau kader Muhammadiyah cukup mudah. Dengan memenuhi persyaratan serta melaksanakan kewajiban dan mendapatkan hak yang diatur oleh Anggaran Dasar serta Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah.

Maka tidak aneh jika penambahan anggota Muhammadiyah selalu naik setiap tahunnya. Tidak peduli siapa pun yang mendaftar dan mengajukan kartu tanda anggota Muhammadiyah, asalkan menyetujui maksud dan tujuan Muhammadiyah.

Fenomena Kader Hijrah

Karena untuk menjadi anggota Muhammadiyah yang sangat terbuka, menyebabkan tidak adanya penyaringan yang dilakukan Muhammadiyah. Tentu ini menjadikan kendaraan Muhammadiyah memiliki banyak warna sehingga banyak dinamika di dalamnya. Kemudahan masuk ke dalam kendaraan Muhammadiyah diibaratkan seperti kereta api Indonesia sebelum kepemimpinan Jonan. Dengan mudahnya menaiki kereta api dari manapun dan tanpa membeli tiket resmi atau banyak penumpang gelap.

Saat ini cukup banyak “penumpang gelap” di Muhammadiyah, karena mudahnya memasuki Muhammadiyah melalui grup media sosial. Tidak sedikit banyak orang yang mengaku sangat Muhammadiyah tetapi justru sangat jauh dari cerminan kader Muhammadiyah. Penumpang Gelap ini sering muncul jika membahas politik, Islam ekstrem dan sebangsanya. Beberapa kawan penulis yang tergabung dalam grup yang berisi penumpang gelap tersebut sering terkena tuduhan sudah melenceng dari ketentuan Muhammadiyah.

Baca Juga  Khofifah: Tren Halal Food di Indonesia Tidak Masuk 10 Besar Dunia

Ada satu kejadian ketika AMM di suatu daerah menerima bantuan dari anggota legislatif. Lalu dibuat rilis media sebagai transparansi dan dibagikan ke dalam grup media sosial Muhammadiyah. Namun respons dari beberapa orang malah menuduh kader AMM mengampanyekan partai terlarang di Indonesia. Beberapa kali perdebatan dalam grup media sosial terjadi karena pemberian bantuan tersebut. Padahal AMM hanya menerima dan tidak meminta proposal dengan berbagai perjanjian apapun dan juga timbal balik apapun.

Setelah kejadian tersebut, beberapa orang yang protes selalu mengangkat isu AMM adalah “kacung politik”. Bahkan dituduh murtad dari Muhammadiyah karena tergabung dalam suatu partai yang berisi anak muda. Setelah diselidiki, terkait orang-orang yang selalu menuduh AMM kafir dan tidak sesuai dengan Muhammadiyah ternyata mereka adalah penumpang gelap.

Mereka memiliki KTA Muhammadiyah, akan tetapi tidak memahami ideologi Muhammadiyah dan bahkan menganggap ideologi Muhammadiyah tidak ada. Setelah hal itu terbukti penulis hanya tersenyum ketika tuduhan itu kembali dilancarkan. Ada lagi cerita teman penulis yang aktif di IMM. Ketika ia mengajukan gagasan lomba e-sport di IPM dan IMM, ia dikomentari habis-habisan oleh sekelompok kader. Bahkan menyatakan e-sport bukan cerminan dari Muhammadiyah.

Counter Narasi untuk Penumpang Gelap

Fenomena penumpang gelap tentu banyak terjadi di grup sosial media Muhammadiyah atau AMM. Mereka selalu memperdebatkan masalah yang seharusnya tidak perlu didebatkan atau bahkan hanya memancing emosi beberapa kader.

Yang harus dilakukan pertama, bagikan keputusan-keputusan atau naskah-naskah Ideologi Muhammadiyah. Saat ini banyak yang sudah berbentuk PDF. Sangat mudah untuk membagikannya, cukup bagikan saja tiap hari, walau mungkin mereka tidak mengunduhnya. Kedua, lakukan ajakan kebaikan, baik berupa ajakan untuk menyumbang atau mengikuti kegiatan atau menyaksikan kajian di TV-MU. Karena, biasanya penumpang gelap akan bosan jika hanya kebaikan yang disuarakan.

Baca Juga  Cara Umar bin Khattab Mencegah Penyalahgunaan Jabatan

Syukur-syukur bisa mengajak mereka untuk ikut Baitul Arqom Muhammadiyah, namun bagaimana jika sudah yang mengikuti masih seperti itu? Ya ajak lagi saja, mungkin saja ketika sesi materi Baitul Arqom sebelumnya mereka tertidur sehingga terlewat hal-hal penting dalam materi tersebut. Ketiga, diam ketika mereka memulai provokasi suatu isu atau menuduh. Karena jika ditanggapi mereka malah senang dan terus menyerang kader-kader AMM. Jangan terpancing emosi karena bisa menjadi boomerang bagi kita.

Tiga hal tersebut dapat dilakukan ketika penumpang gelap beraksi di grup media sosial Muhammadiyah. Apalagi yang mereka narasikan tidak jauh dari mengkafirkan atau menuduh bagian dari Komunis. Namun jika sudah menjelekkan beberapa tokoh Muhammadiyah dan juga membenturkan satu tokoh dengan tokoh lainnya. Maka kita harus mencoba melakukan perlawanan dengan narasi kebaikan agar tidak terjebak dalam permainan mereka.

***

Fenomena kader “hijrah” atau penumpang gelap banyak terjadi di beberapa daerah. Bahkan parahnya selalu menjelekkan Muhammadiyah tapi mengambil untung di Muhammadiyah dengan memanfaatkan massa yang banyak.

Boleh saja bergabung menjadi anggota Muhammadiyah atau organisasi otonom namun harus ingat di Muhammadiyah tidak digaji. Justru malahan banyak memberi serta harus diingat perkataan Jenderal Sudirman.

“Jadi kader Muhammadiyah itu berat, kalau ragu dan bimbang lebih baik pulang”

Jenderal Sudirman

Editor: Nirwansyah/Nabhan

Avatar
17 posts

About author
Penulis
Articles
Related posts
Tajdida

Islam Berkemajuan: Agar Umat Bangkit dari Kemunduran

7 Mins read
Islam Indonesia: Berkemajuan tapi Pinggiran Pada 2015 terjadi dua Muktamar mahapenting: (1) Muktamar Islam Nusantara milik Nahdlatul Ulama, (2) Muktamar Islam Berkemajuan…
Tajdida

Ketika Muhammadiyah Berbicara Ekologi

4 Mins read
Apabila dicermati secara mendalam, telah terjadi degradasi nilai-nilai manusia, nampakyna fungsi utama manusia sebagai khalifah fil ardh penjaga bumi ini tidak nampak…
Tajdida

Siapa Generasi Z Muhammadiyah Itu?

3 Mins read
Dari semua rangkaian kajian dan dialog mengenai Muhammadiyah di masa depan, agaknya masih minim yang membahas mengenai masa depan generasi Z Muhammadiyah….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *