Tajdida

Merindukan Pendidikan Inklusif yang Berkemajuan

4 Mins read

Oleh: Ajiwan Arief Hendradi*

Beberapa hari terakhir, kasus perundungan yang terjadi di salah satu sekolah Muhammadiyah Kabupaten Purworejo sempat viral. Tentu perilaku tersebut tidak sesuai dengan berbagai karakter yang diajarkan  lembaga pendidikan di bawah naungan Persyarikatan Muhammadiyah.

Hal yang lebih miris adalah fakta bahwa siswi yang menjadi korban perundungan di sekolah tersebut adalah siswi difabel (anak berkebutuhan khusus). Kasus tersebut menjadi semakin menghebohkan dan debatable menyusul berbagai tanggapan dari guru sekolah setempat dan bahkan gubernur Jawa Tengah.

Niat Baik yang Tidak Tepat

Berbagai solusi yang dianggap baik dilontarkan agar siswa yang bersangkutan dapat terlindungi dan bahkan terbebas dari perundungan. Namun, niat baik tak selamanya dilakukan dengan cara yang tepat. Berdasarkan pemberitaan dari berbagai sumber menyebutkan bahwa gubernur Jawa tengah menyarankan agar siswa yang bersangkutan untuk pindah ke Sekolah Luar Biasa (SLB).

Sebuah solusi yang kurang tepat, sebab dapat melanggengkan stigma bahwa siswa difabel harus disekolahkan di sekolah khusus pula agar dapat lebih tertangani dengan baik. Anehnya lagi, bahkan Gubernur Jawa tengah tersebut menyarankan agar sekolah tersebut ditutup dan tidak diizinkan melakukan aktivitas belajar mengajar lagi.

Apresiasi patut diberikan kepada Pimpinan Daerah Muhammadiyah Purworejo dan Majelis Dikdasmen Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah yang secara cepat dan kooperatif mengeluarkan pernyataan sikap yang dikeluarkan pada tanggal 20 Jumadil Akhir 1441 H, atau bertepatan dengan 14 Februari 2020. Surat tersebut berisi pernyataan sikap terhadap peristiwa yang terjadi di SMP Muhammadiyah Butuh Purworejo.

Dalam pernyataan sikapnya, Persyarikatan Muhammadiyah berjanji akan membenahi sistem pendidikan di sekolah tersebut menuju sekolah inklusi dan ramah anak. Tentu pernyataan sikap ini adalah bentuk itikad baik dari persyarikatan Muhammadiyah untuk berkomitmen mewujudkan akses pendidikan inklusif dan terbuka bagi semua siswa dari berbagai macam latar belakang. Pernyataan yang responsif dan komitment tersebut harus dikawal agar pendidikan inklusif di lingkungan sekolah Muhammadiyah dapat berjalan maksimal.

Baca Juga  Islam itu Agama Hanif!

Inklusivitas di Sekolah Muhammadiyah

Saya adalah seorang difabel visual yang punya hambatan penglihatan. Sejak kecil saya dididik di sekolah Muhammadiyah. Total sudah  delapan tahun saya dididik di sekolah Muhammadiyah. Saya menghabiskan waktu 2 tahun di TK Aisyiyah, 3 tahun di SMP Muhammadiyah, dan 3 tahun pula di SMA Muhammadiyah di Yogyakarta.

Dalam perjalanan pendidikan saya, tak ada kendala yang pasti. Dari mulai guru TK yang sangat terbuka dan dengan sabar mengajarkan saya berbagai hal, hingga saya dapat mengikuti pelajaran dengan optimal, meski terhambat oleh organ visual yang kurang optimal. Setelah lulus dari salah satu SLB di tingkat sekolah dasar, saya dapat diterima di salah satu SMP Muhammadiyah di Yogyakarta.

Jangan bayangkan kalau sekolah tersebut sudah terlabeli dengan sekolah inklusi. Waktu itu, saya adalah siswa difabel pertama yang bersekolah di sana. Kepala sekolah kami  sangat terbuka dengan hal baru dan cepat merespon perubahan. Saya diberi kesempatan untuk belajar di sekolah yang ia pimpin. Keraguan dan kontroversi memang sempat berkembang di kalangan guru waktu itu, namun kepala sekolah kami berhasil meyakinkannya.

Alhamdulillah saya bisa menyelesaikan SMP dengan nilai akademik yang cukup baik.  Pendidkan  saya berlanjut di SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta, berbeda dengan sekolah sebelumnya, SMA ini waktu itu sudah terbiasa menerima siswa difabel, sehingga tak banyak kendala berarti saat saya menempuh pendidikan di sana.

Pengalaman Sekolah Muhammadiyah

Selain pengalaman pribadi saya, sejumlah sekolah lain pernah juga menerima siswa difabel dan bahkan dapat memberikan pelayanan yang optimal dari pihak sekolah Muhammadiyah. Sebut saja SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta. Sekolah ini sudah bertahun-tahun menerima siswa difabel.

Bahkan sekira lima tahun silam, sekolah ini sempat menerima berbagai jenis difabel dalam satu tahun ajaran. Meski waktu itu belum memiliki sarana yang ramah dan sumber daya manusia yang mumpuni untuk menangani siswa difabel, sekolah ini tetap berkomitmen untuk mendidik siswa-siswa difabelnya dengan baik.

Baca Juga  Post-Moderatisme: Melampaui Muhammadiyah-NU

Bahkan dengan sarana dan SDM yang terbatas, muncul sejumlah inovasi dari guru pembimbing khusus untuk melayani peserta didik difabel dalam kegiatan belajar mengajar. Saat itu, guru pembimbing khusus mengaku belum bisa berbahasa isyarat, namun ia tak lantas malas berinovasi dan melakukan upgrade diri. Ia lantas belajar bahasa isyarat. Selain itu, dalam tahap awal, untuk mengatasi hambatan komunikasi, ia menggunakan media tulis untuk berdialog dengan siswa difabel Tuli (rungu wicara).

Sejumlah sekolah dan bahkan perguruan tinggi Muhammadiyah sudah berpengalaman menangani siswa difabel. Sebut saja SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Meski belum banyak secara jumlah dan belum tentu setiap tahun ada, berbagai institusi pendidikan ini sudah menunjukkan praktik baik untuk memberikan pelayanan pendidikan bagi difabel agar dapat merasakan fasilitas pendidikan yang setara dengan siswa nondifabel di institusi pendidikan Muhammadiyah.

Berbagai praktik baik ini tentu harus terus dipertahankan. Bahkan tidak menutup kemungkinan, sekolah-sekolah lain di bawah institusi Muhammadiyah dapat menerapkan dan melaksanakan praktik baik yang sudah ada dan berlangsung bertahun-tahun tersebut.

Potensi Pendidikan Inklusif

Organisasi persyarikatan Muhammadiyah adalah sebuah organisasi masyarakat Islam modern yang terkenal dengan gerakan pembaharuan dan mewujudkan masyarakat islam yang berkemanjuan. Berbicara soal pembaharuan dan islam yang berkemajuan, institusi pendidikan di lingkup Muhammadiyah cukup potensial untuk mengembangkan sistem pendidikan inklusif.

Secara umum, dalam ajaran Islam kita telah banyak diajarkan tentang bagaimana menghormati berbagai perbedaan. Bahkan juga memberikan kesempatan yang sama bagi orang-orang yang dianggap lemah dan rentan secara struktur sosial. Sudah banyak ayat dan hadits yang menjelaskan hal demikian. Tentu hal-hal seperti itu juga sudah lazim dan khatam diimplementasikan dan diamalkan oleh persyarikatan Muhammadiyah dengan berbagai amal usahanya.

Baca Juga  Anak Muda: Sasaran Empuk Paham Radikalisme

Dalam konteks pendidikan misalnya, lembaga-lembaga pendidikan di lingkungan Muhammadiyah sudah biasa memfasilitasi warga Muhammadiyah yang masih rentan secara ekonomi. Bahkan ada salah satu tulisan di ibtimes.id juga yang mengatakan bahwa sekolah-sekolah di lingkungan Muhammadiyah memang diamanahkan untuk mendidik akhlak generasi penerus bangsa dari berbagai latar belakang. Termasuk generasi muda yang sudah terlanjur terlabeli sebagai “anak nakal”.

Komitmen positif tersebut tentu sangat mungkin diimplementasikan dalam konteks pelaksanaan sistem pendidikan inklusif di institusi pendidikan Muhammadiyah. Berbagai praktik baik yang dilakukan oleh beberapa lembaga pendidikan Muhammadiyah yang telah memberi kesempatan pada siswa difabel untuk bersama-sama belajar, dan sekaligus memberikan berbagai sarana yang ramah bagi mereka juga merupakan modal bagi terwujudnya pendidikan inklusi di lingkungan sekolah Muhammadiyah.

***

Dengan menggunakan prinsip memberikan pelayanan pendidikan pada semua kalangan tanpa terkecuali, melalui langkah-langkah konkret seperti memberikan kesempatan yang sama, tidak memberikan stigma negatif dan sekaligus mengusahakan sarana dan prasarana yang mudah dan ramah bagi siswa difabel di sekolah Muhammadiyah mestinya mudah diterapkan dan sangat mungkin diwujudkan dalam sebuah sistem yang baku.

Lebih-lebih di lingkungan keluarga muhammadiyah  banyak intelektual muslim yang dapat diajak untuk bekerja sama memikirkan perwujudan pendidikan inklusif di sekolah Muhammadiyah.

*) Staf Media Institute for Inclusion and Diffability Advocacy Movement.

Editor: Nabhan

1005 posts

About author
IBTimes.ID - Cerdas Berislam. Media Islam Wasathiyah yang mencerahkan
Articles
Related posts
Tajdida

Islam Berkemajuan: Agar Umat Bangkit dari Kemunduran

7 Mins read
Islam Indonesia: Berkemajuan tapi Pinggiran Pada 2015 terjadi dua Muktamar mahapenting: (1) Muktamar Islam Nusantara milik Nahdlatul Ulama, (2) Muktamar Islam Berkemajuan…
Tajdida

Ketika Muhammadiyah Berbicara Ekologi

4 Mins read
Apabila dicermati secara mendalam, telah terjadi degradasi nilai-nilai manusia, nampakyna fungsi utama manusia sebagai khalifah fil ardh penjaga bumi ini tidak nampak…
Tajdida

Siapa Generasi Z Muhammadiyah Itu?

3 Mins read
Dari semua rangkaian kajian dan dialog mengenai Muhammadiyah di masa depan, agaknya masih minim yang membahas mengenai masa depan generasi Z Muhammadiyah….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds