Review

Messiah: Penyelamat yang Dikira Dajjal di Era Kekacauan Informasi

4 Mins read

Anak muda, gondrong, brewok, menyerukan mengenai proses kenabian dan nubuat akhir zaman mengenai kepastian hidup yang telah ditentukan oleh Tuhan. Awalnya, tidak ada yang peduli apa yang diomongkan di ruang publik dengan konteks dan situasi perang di Syria. Namun, apa yang diucapkannya menemukan titik kebenaran satu-persatu yang kemudian orang perlahan-lahan mulai percaya.

Kemampuannya dalam menjelaskan ayat-ayat dari Kitab Suci sekaligus ucapan Nabi terdahulu membuat orang berdecak kagum. Kemudian mau mendengarkannya di tengah hilangnya harapan orang terhadap hidup setelah mengalami proses peperangan yang panjang. Popularitasnya ini semakin menguat saat ada cuplikan video saat ia berceramah di depan lokasi bangunan yang diyakini sebagai tempat Nabi Muhammad berdiri dan bertemu dengan Allah dalam peristiwa Isra’ Mi’raj, kemudian ia bisa menghidupkan kembali anak kecil yang saat itu terkena senjata api yang menyasar dari militer yang mencoba untuk mencegat dan membubarkan pidatonya.

Narasi di atas adalah cuplikan-cuplikan yang muncul dalam episode pertama dalam film seri Messiah, disutradarai oleh Michael Petroni Mark Burnett, dan Roma Downey. Dengan menggunakan latar belakang geopolitik Timur Tengah sekaligus respon Barat (Amerika Serikat) terhadap terorisme, film ini mempertemukan ajaran dari tiga agama besar, yaitu Islam, Kristen, dan Yudaisme.

Kedatangan anak muda misterius ini digambarkan sebagai sosok yang mirip Yesus untuk datang kedua kalinya ke bumi. Berbeda dengan kedatangan Yesus sebelumnya yang sebagai pembawa pesan perdamaian, kehadiran sosok anak muda ini dianggap justru pembawa kekacauan. Kehadirannya di perbatasan Yerusalem dengan membawa 2.000 pengikutnya yang berjalan dari Damaskus memicu provokasi perlawanan rakyat Palestina kepada Israel. Aksi ini juga membuat PBB harus turun tangan dengan asumsi mereka adalah imigran yang ingin mengungsi ke tanah Yerusalem. Mau-tidak mau kehadirannya menjadi ancaman. Tidak hanya untuk Israel melainkan juga intelejen CIA yang menjaga garda perdamaian sekaligus membantu negara itu berdiri.

Baca Juga  Bahasa Akhlak dari Buku Dawuh Tongkat Mbah Kakung

Respons untuk Mesias

Sepanjang 10 episode film ini, sosok yang dipanggil oleh Al-Masih atau Mesias ini memunculkan dua respon yang saling bertolak belakang; keraguan dengan menganggapnya sebagai penipu dengan trik sulapnya dan percaya karena mengalami proses kejadian-kejadian di mana ia berada yang dianggap sebagai mukjizat. Bagi agen CIA Eva Geller (Michelle Monaghan) sosoknya tidak bisa hadir tiba-tiba melainkan adanya jejaring dan konteks global yang mendukung dibaliknya sehingga ia bisa memiliki kekuatan. Untuk membangun membangun argumen rasionalitas ini, Eva kemudian melakukan riset sekaligus kerja-kerja intelegen dengan rekaman kamera untuk mengetahui latarbelakang Mesias ini.

Diketahui bahwasanya Mesias ini berasal dari keluarga miskin di Iran. Bersama dengan saudaranya, ia dirawat oleh sang paman yang memiliki kemampuan sulap. Namun, semakin mengetahui lebih detail dan mematai-matainya, orang-orang yang berada didekat Eva justru semakin menemukan kebenaran dari figur Messiah ini. Satu persatu orang-orang yang memata-matai meyakini bahwasanya ia adalah Mesias. Bahkan, Aviram Dahan (Tomer Sisley), agen intelejen Israel yang kejam dan tidak percaya Tuhan, pikirannya mulai terbuka dan meyakini dirinya yang memiliki sifat kenabian. Begitu juga dengan agen rahasia yang bertugas di Amerika Serikat. Presiden Amerika Serikat sendiri mengundangnya secara khusus melalui pertemuan rahasia dengannya.

Sementara, bagi orang-orang yang percaya bahwasanya kehadirannya adalah Al-Masih ini terlihat dari sejumlah pengalaman yang dialami. Salah satunya yang dilihat oleh Felix Ortiz (Felix Iguer), seorang pendeta yang kehilangan umatnya.

Saat badai Tornado terjadi di Texas, warga di sekitar area tersebut harus mengungsi ke tempat terlindung. Ketika mengungsi itulah ia melihat sosok Mesias tersebut hadir menghentikan badai yang memporak-porandakan area Texas. Momen itu ditangkap oleh salah satu warga dengan telepon genggamnya dan kemudian menyebarkannya melalui media sosial.

Baca Juga  Cara Media Mempengaruhi Kehidupan Manusia

Informasi mengenai dirinya ini kemudian menyebar ke seluruh penjuru Amerika dan membuat orang berduyun-duyun datang untuk mendapatkan mukjizat darinya. Keyakinan Felix sebagai seorang pendeta perlahan-lahan tumbuh kepadanya dan meyakini ini adalah jalan kebenaran Tuhan melalui sosok Mesias ini.

Dipercayai oleh Mesias, ia kemudian memimpin rombongan dibelakangnya dengan iringan mobil menuju Washington. Peranan media sosial yang sangat signifikan membentuk pandangan sendiri bagi warga Amerika Serikat mengenai sosoknya. Melalui akun instagram Rebecca Iguer (Stefania Lavie Owen), anak perempuan dari pendeta Felix, seluruh mata dunia tertuju kepada sosok Mesias ini dan kemana mereka akan berjalan.

Kekacauan di Era Digital

Dengan konteks platform digital saat ini, figur Mesias ini digambarkan dalam sosok abu-abu. Satu sisi ia benar-benar dianggap membawa misi kenabian dan di sisi lain, ia sendiri dianggap sebagai manusia biasa yang melakukan trik sulap dengan agenda tertentu yang dipercaya akan membawa proyek kekacauan. Di tengah itu, masing-masing para pemainnya mengalami persoalan dan konflik mendalam menyulut emosi dalam tautan cerita besar seri film Netflik ini.

Konflik kepentingan Amerika Serikat juga dimunculkan dengan representasi Presiden yang ingin menarik semua armada militernya di pelbagai negara setelah mendengarkan nasehat dari Mesias untuk membangun misi perdamaian. Namun internal intelijen yang menganggap itu justru bagian dari ancaman sesungguhnya.

Ancaman ini terlihat saat intelejen tersebut operasi secara rahasia untuk membunuh Mesias tersebut dalam perjalanan menuju Israel melalui pesawat diplomatik. Saat pesawat itu kemudian ditembak inilah intelejen tersebut kemudian membangun argumen dari operasi yang sebelumnya belum tuntas terselesaikan; bahwasanya figur Mesias itu adalah seorang penipu ulung. Informasi yang disuguhkan melalui siaran CNN ini tidak hanya meruntuhkan para pengikut Mesias yang percaya ia bisa memberikan keajaiban, tetapi juga memalukan pendeta gereja yang sebelumnya percaya dan mengundangnya ke acara besar.

Baca Juga  Menelisik Efek Samping Cinta dari Novel Di Bawah Lindungan Ka'bah

Messiah atau Dajjal?

Saat awal rilis trailernya di Youtube pada 3 Desember 2019, seri film Messiah mendapatkan kecaman oleh warganet dunia. Ini karena, kehadiran film tersebut dianggap provokatif karena memunculkan sosok nabi palsu yang didalam Islam disebut dengan Dajjal dan dalam dunia Kristen sebagai Anti-Kristus. Kehadirannya ini akan menggoyahkan iman dari agama samawi tersebut yang sebelumnya mapan terbentuk.

Dalam konteks Indonesia, saya tidak bisa membayangkan bagaimana gugatan dari masyarakat, khususnya kelompok agamis, seandainya film Messiah dibuat oleh para sineas Indonesia di tengah kemunculan pengakuan nabi-nabi nusantara sebagai penyelamat Indonesia dan dunia. Meskipun demikian, seri film ini patut ditonton dan serial selanjutnya patut ditunggu. Tidak hanya menerobos batas-batas rasionalitas dan keimanan, melalui seri film ini kita akan disuguhkan representasi realitas atas dunia yang tidak bisa dilihat lagi secara hitam dan putih di tengah arus hoax dan disinformasi.

Di tengah situasi kabur itulah kita kemudian memiliki perspektif dan nilai apa yang bisa ditangkap dan dijadikan pijakan dengan membandingkan praktek keberagamaan yang selama ini telah kita lakukan.

Editor: Nabhan

84 posts

About author
Peneliti di Research Center of Society and Culture LIPI
Articles
Related posts
Review

Ketika Agama Tak Berdaya di Hadapan Kapitalisme

4 Mins read
Globalisasi merupakan revolusi terbesar dalam sejarah kehidupan manusia. Dalam buku berjudul Beragama dalam Belenggu Kapitalisme karya Fachrizal A. Halim dijelaskan bahwa globalisasi…
Review

Kitab An-Naja, Warisan Filsafat Ibnu Sina

4 Mins read
Kitab An-Naja adalah salah satu karya penting dalam filsafat Islam yang berisi tentang gagasan besar seorang filsuf bernama Ibnu Sina, yang juga…
Review

Kitab Al-Fasl Ibnu Hazm: Mahakarya Filologi Intelektual Islam Klasik

3 Mins read
Ibnu Hazm (994–1064 M), seorang cendekiawan Andalusia, dikenal sebagai salah satu pemikir paling produktif dan brilian dalam sejarah intelektual Islam. Karya-karyanya mencakup…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds