Perspektif

Menuju Milenial Melek Politik Lewat Media Digital

3 Mins read

Oleh: Finka Setiana Adiwisastra*

Media massa digital merupakan lahan yang strategis untuk mensosialisasikan nilai-nilai politik demi tercapainya civil society di Indonesia. Media ini akan memudahkan pemuda atau yang sering akrab dengan sapaan generasi milenial. Khususnya di era revolusi industri 4.0 untuk mendapatkan nilai, keyakinan, serta orientasi politik.

Media ini melalui sosialisasi politik akan membentuk budaya politik yang kondusif  dengan mewariskan nilai dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sistem nilai, norma, dan keyakinan dapat diwariskan oleh satu generasi ke generasi berikutnya dengan perantara agen sosialisasi.

Semakin bertambahnya usia dan pengalaman akan membuat seseorang dapat mendapatkan akses sosialisasi poltik yang lebih luas. Selain di keluarga, teman sepermainan, dan sekolah, mereka bisa mendapatkan sosialisasi politik juga melalui media massa via digital melalui internet.

Seorang anak dapat terlibat secara aktif dalam organisasi kepemudaaan, organisasi sosial, organisasi non-pemerintah, bahkan bisa saja dalam partai politik. Keyakinan atau nilai-nilai politik yang sudah didapatkannya selama di keluarga bisa jadi bertentangan dengan yang didapatkannya selama di sekolah atau kelompok bermain.

Dari sinilah seorang anak akan dapat menemukan jadi dirinya. Yang lebih pasti seorang anak akan lebih memahami nilai atau keyakinan politik saat dia terjun langsung dalam dunia nyata di masyarakat.

Prinsip Penguasa

Lingkungan keluarga, kelompok bermain, sekolah hingga media massa via digital membuat seorang anak paham dengan nilai-nilai politik. Dalam sistem negara yang punya dominasi kuat dan monopolistik dalam pembentukan nilai serta norma politik maka nilai yang ditanamkan sesuai dengan keyakinan penguasa. 

Segala sesuatu yang berbeda dengan prinsip negara tentu harus disingkirkan. Sedangkan negara yang memberi kesempatan rakyatnya untuk dapat hidup mandiri akan terbentuk potensi rakyat yang semakin tinggi pula sebagai pendukung terbentuknya budaya politik yang stabil dan demokratis.

Baca Juga  Belajar dari Thailand, Diplomasi Masih Bisa Jadi Jalan Keluar Krisis di Palestina

Namun, saat ini bagi saya sosialisasi politik di Indonesia belum bisa memberikan akses yang cukup untuk memunculkan civil society. Masyarakat mandiri yang sanggup mengisi kekosongan dalam ruang publik sekaligus sanggup membatasi berlebihannya kekuasaan negara. Ada dua alasan mengapa sosialisasi politik belum bisa memberikan akses yang cukup untuk memunculkan civil society.

Milenial dan Politik

Tingkat melek politik di masyarakat Indonesia masih sangat rendah sehingga dapat dikatakan partisipasi politiknya masih pasif. Kalangan keluarga miskin, buruh, petani, dan lain sebagainya lebih mempedulikan kebutuhan ekonomi mereka daripada membasah segala sesuatu yang bermakna politik.

Menurut mereka, turut andil dalam wacana publik tentang hak asasi manusia atau hak dan kewajiban warga negara bukan menjadi prioritas dalam kehidupan mereka. Karena itu, tingkat sosialiasi politik Indonesia masih cenderung orientasi kognitif yang masih sekedar pengetahuan atau keyakinan tentang politik, belum berlandaskan orientasi evaluatif yang sudah bisa menilai baik buruk dari kehidupan politik.

Pemuda saat ini atau yang akrab dengan sapaan generasi milenial memiliki perbedaan karakteristik daripada generasi sebelumnya yang dulu jauh dari pesatnya teknologi informasi. Di antaranya generasi milenial cenderung akrab dengan teknologi digital, media, dan komunikasi. Berhubung generasi milenial tumbuh pada saat teknologi digital mengalami kemajuan, maka mereka termasuk orang yang produktif, kreatif, dan informatif. Generasi milenial sebagai generasi yang dekat dengan teknologi daripada generasi sebelumnya.

Generasi milenial memanfaatkan teknologi pada seluruh sektor kehidupan, salah satu faktanya mereka menggunakan smartphone untuk kepentingan hidupnya. Dengan adanya smartphone di genggaman mereka, maka mereka kian menjadi pribadi yang produktif dan efisien. Mereka semakin mudah mengakses informasi seakan-akan dunia terasa ada dalam genggamannya.

Baca Juga  Terrorism Has No Religion

Tak hanya mengakses informasi saja, tentunya mereka pun bisa mengirim pesan secara cepat, bertransaksi online, atau memesan transportasi online. Sikapnya yang hyper active terhadap penggunaan media sosial, keterbukaan komunikasi, dan kehidupannya yang dipengaruhi oleh perkembangan teknologi membuat mereka reaktif terhadap dinamika yang terjadi di lingkungannya.

Peran Media Massa

Karakter generasi milenial yang cenderung akrab dengan teknologi digital, media, dan informasi karena perkembangan teknologi di era revolusi industri 4.0 maka media massa merupakan lahan yang strategis untuk mensosialisasikan nilai-nilai politik demi tercapainya civil society pada Indonesia.

Media massa khususnya media digital via internet akan memudahkan generasi milenial untuk mendapatkan nilai, keyakinan, serta orientasi politik. Pasalnya, generasi milenial cenderung memanfaatkan teknologi dan media komunikasi pada seluruh sektor kehidupan. Mereka semakin mudah mengakses informasi seakan-akan dunia terasa ada dalam genggamannya. Apalagi kebebasan pers dalam penerapan prinsip demokrasi di Indonesia ini yang menjamin hak-hak masyarakatnya untuk mengemukakan pendapatnya secara bebas namun tetap etis.

Mengingat kebebasan pers merupakan hak asasi masyarakat berupa informasi yang diperolehnya untuk mengembangkan pengetahuan dan menyatakan pikiran secara bebas dengan diperkuat Undang-Undang No. 40/1999 tentang Pers menjadi dasar yang memberikan jaminan pada kebebasan pers di Indonesia.

*) Mahasiswa S1 Hubungan Internasional Unila

Editor: Nabhan Mudrik Alyaum

1005 posts

About author
IBTimes.ID - Cerdas Berislam. Media Islam Wasathiyah yang mencerahkan
Articles
Related posts
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…
Perspektif

Mengapa Masih Ada Praktik Beragama yang Intoleran?

3 Mins read
Dalam masyarakat yang religius, kesalihan ritual sering dianggap sebagai indikator utama dari keimanan seseorang. Aktivitas ibadah seperti salat, puasa, dan zikir menjadi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds