Model pembelajaran sentra cocok sebagai salah satu dinamisasi konsep pendidikan generasi milenial, di tengah kompleksitas permasalahan sosial budaya kini. Inilah yang menjadi konsentrasi pelaku dan pakar pendidikan untuk menemukan model pendidikan generasi milenial yang sesuai, di tengah tantangan pendidikan generasi milenial kini. Cepatnya perubahan yang diterima masyarakat juga dialami oleh sikap generasi milenial yang mungkin jauh dari nilai-nilai pendidikan yang diajarkan pendidik sejak dahulu.
Dr. Pamela Phelps, Founder Model Pembelajaran Sentra
Perempuan kelahiran Florida, 17 November 1940 bernama Dr. Pamela Phelps merupakan tokoh besar dalam dunia pendidikan anak usia dini Amerika Serikat. Phelps menempuh pendidikan S1 hingga S3 di Florida State University dengan disiplin Ilmu Pendidikan Anak Usia Dini. Dia mulai terjun dalam pendidikan usia dini pada 1973 saat mendirikan Creative Preschool di Tallahasee, Florida.
Creative Preschool itu kemudian berkembang menjadi The Creative Center for Childhood Research and Training (CCCRT). Di situlah, Pamela Phelps melakukan riset panjang selama puluhan tahun mengenai metode pendidikan usia dini hingga lahirlah metode Beyond Centers and Circle Time (BCCT). Dia mengembangkan kurikulum pendidikan berbasis permainan yang meliputi main sensorimotor, main peran, dan main pembangunan.
Konsep bermain dan belajar yang diusung BCCT menarik banyak pihak. Setiap tahun ada tiga ribu guru maupun orang tua di Amerika Serikat dan berbagai negara lain yang mengikuti training di CCCRT. Kini, BCCT pun tidak hanya diaplikasikan oleh sekolah-sekolah di Amerika Serikat, namun juga Jepang dan Indonesia.
Sepanjang 46 tahun karirnya dalam dunia pendidikan anak, Pamela Phelps sudah 10 kali menerima penghargaan, baik di tingkat wilayah Florida maupun secara nasional. Terbaru pada Februari 2018 lalu, dia menerima President’s Award for Advocacy dari The Southern Early Childhood Association.
Owner Model Pembelajaran Sentra Indonesia
Di Indonesia BCCT Phelps lebih dikenal dengan istilah Metode Sentra. Wismiarti Tamin lah sosok penting yang membawa dan mengembangkan Metode Sentra di Indonesia (Owner). Wismiarti lahir di Bukittinggi, 21 Juli 1948.
Dia sosok yang unik, latar belakangnya adalah dokter gigi. Sepanjang kariernya sebagai PNS di Pemprov DKI. Wismiarti pernah menduduki jabatan strategis sebagai Direktur Laboratorium Pengawasan Doping DKI Jakarta (Jakarta Doping Control Laboratory) pada 1996-1998.
Tak lama, jabatan penting itu dilepasnya saat hijrah dari dunia kesehatan ke dunia pendidikan. Awalnya pada 1996, Wismiarti mulai mendirikan Sekolah Al-Falah di Ciracas, Jakarta Timur. Tamin benar-benar fokus menjadi pendidik pada 1998, saat melepas jabatan Direktur Laboratorium Pengawasan Doping DKI Jakarta. Alasan kenapa beliau meninggalkan jabatan strategis itu memiliki alur cerita yang panjang, sebagaimana di buku Sentra: Inspiring School.
Secara singkat, karena hal itu dipicu kekhawatiran Tamin melaksanakan seleksi anggota tim senior di Laboratorium Doping sebagai persiapan Jakarta menjadi tuan rumah PON XIV pada 1996 dan Sea Games XIX pada 1997. Mereka yang ikut mendaftar lebih 200 orang, di mana mayoritas orang-orang berpendidikan tinggi hingga S-3 bidang Biokimia dan Farmasi. Sebagian dari pendaftar adalah lulusan universitas luar negeri yang terkenal.
Pada kenyataannya, dari sebanyak 200 lebih pendaftar berpendidikan tinggi itu hanya dua orang yang dinyatakan lolos oleh tim penyeleksi yang diketuai Dr. Rymantas (Ray) Kazlauskas, Direktur Australian Sports Drug Testing Laboratory (ASDTL). Kemudian Tamin curiga kenapa mereka gagal untuk lolos. Ternyata, salah satu penyebab gagal lolosnya peserta itu ialah persoalan konsistensi.
Maksudnya, peserta mengucapkan tetapi tidak sesuai dengan tindakan. Kenapa hal itu bisa terjadi? Pertanyaan tersebut seringkali ditanyakan oleh Tamin kepada para pakar pendidikan Indonesia dan luar negeri. Rupanya ia disebabkan oleh kurang tepatnya pendidikan yang mereka tempuh dari lingkungan dan keluarga pada usia dini (termasuk usia dini masa kini).
Keunggulan Model Pembelajaran Sentra untuk Pendidikan Generasi Milineal
Persoalan inkosistensi karena kurang tepatnya pendidikan generasi milenial yang ditempuh maupun dari lingkungan dan keluarga pada usia dini dapat diatasi dengan beberapa keunggulan metode pembelajaran sentra.
Sebagai konsep pendidikan generasi milineal, keunggulan metode ini adalah bermain tetapi tak sekadar bermain. Model pembelajaran sentra mengajarkan cara untuk menjalani hidup. Model pembelajaran sentra menerapkan konsep tanpa 3 M, dan dalam sentra orang tua pun harus belajar lagi.
Bermain tetapi tak sekadar bermain menurut justifikasi Pamela Phelps, “jangan sampai anak sibuk bermain, senang bermain, tetapi tidak mendapatkan ilmu.” Indikator anak tidak mendapatkan ilmu paling mudah dilihat ketika kemampuan anak itu tidak meningkat. Misalnya, kemampuan anak tersebut secara kronologis usianya 5 tahun tapi ia masih seperti anak usia 3 tahun.
Di sini merupakan tahap awal di mana konsep guru harus mendukung pembangunan sensomotorik kasar melalui permainan merobek kertas, menggunting, hingga playdough. Tahap itu diperlukan untuk membangun kekuatan dan kelenturan jari-jari tangan anak.
Namun, jika tahapan itu tidak dipahami dengan baik, maka contoh yang terjadi adalah anak akan mempotek-potek pensil atau krayon ketika diberikan secara langsung saat guru meminta mereka untuk menulis. Tahapan pengajaran ini memang harus dipersiapkan dengan matang.
Cara Menjalani Hidup dengan Metode Pembelajaran Sentra
Kemudian pendidik perlu mengajarkan anak cara untuk menjalani hidup. Dalam konsep pendidikan anak usia dini, sering dikenal dengan istilah caregiver. Setidaknya, dalam tahapan konsep ini dua orang harus benar-benar paham, yakni orang tua di rumah dan guru.
Metode pembelajaran sentra tidak sekadar mengajarkan ilmu berhitung dan membaca seperti sekolah pada umumnya. Metode pembelajaran sentra juga menanam nilai-nilai yang sangat mempengaruhi kemampuan akademik anak. Namun yang lebih penting ialah mengenali kemampuannya sebagai seorang manusia (bermanfaat bagi sesama).
Selanjutnya guru-guru mengajarkan cara hidup dengan menerapkan konsep tanpa 3 M, yaitu tanpa melarang, tanpa memerintah, dan tanpa marah. Konsep ini memiliki pijakan saintifik tanpa asal-asalan seperti riset yang dilakukan Lise Elliot, penulis buku What’s Going on in There?
Lise Elliot meneliti perkembangan otak anaknya. Kejadian di mana lapisan myelin yang ada di dalam otaknya menggelembung seperti balon, lalu pecah akibat refleks suara keras teriakan Lise Eliot seperti orang marah.
Contoh lain, seusai anak membaca buku dan meletakkan bukunya di lantai, guru dan orang tua tidak bisa menyuruh atau memerintah seperti ‘kembalikan bukunya!’. Melainkan ia dapat dengan kalimat yang lebih informatif dan persuasif juga banyak contoh-contoh lainnya.
Dalam konsep model pembelajaran sentra ini, guru dan orang tua harus sinkron. Jangan sampai hanya di sekolah yang melaksanakan tanpa 3 M melainkan sangat bagus orang tua di rumah yang melaksanakannya.
***
Terakhir di model pembelajaran sentra, orang tua pun harus belajar lagi karena hal-hal semacam perlakuan 3 M tentu akan berdampak tidak bagus bagi perkembangan kemampuan berpikir anak. Sebab, selain guru, orang tua pun harus paham tentang metode pembelajaran sentra agar dapat seiring sejalan dengan guru di sekolah dalam mendidik anak. Karena itu, di sekolah Al-Falah Sentra dari Tamin, Jakarta timur, semua orang tua murid wajib mengikuti Program Pelatihan Guru dan Orang Tua (PPOT).
Kewajiban ini sangat mengikat. Jika ada orang tua yang tidak sanggup mengikuti PPOT secara tertib, mereka belum bisa menyekolahkan anaknya di Al-Falah. Jadi, bukan hanya anak yang harus sekolah, orang tua pun harus ‘ikut sekolah’ atau ‘sekolah lagi’ untuk meningkatkan pengetahuannya tentang bagaimana mengoptimalkan perkembangan kecerdasan anak.
Dari sini, kita dapat melihat bagaimana Tamin dan Sekolah Al-Falah memberikan perhatian sangat serius terhadap pengembangan kapasitas dan kapabilitas guru dan orang tua agar Metode Sentra yang telah dirancang dengan sangat bagus oleh Pamela Phelps, dapat memberi dampak optimal bagi perkembangan kecerdasan anak terutama anak generasi milenial masa kini.