“Aku percaya, kalau kita tiap hari belajar dalam satu bidang tertentu, lama-lama kita bakal jadi ahli,” ujar Mas Zul.
Siang itu, saya datang ke Bhumi Durian di Jl. Monjali, Jogja. Saya datang sekitar pukul 10.00 WIB. Bhumi durian adalah salah satu outlet penjual durian terbesar di Jogja. Di tempat tersebut, saya bertemu dengan Mas Zul. Ia merupakan direktur PT. Litera Cahaya Bangsa, sebuah perusahaan yang saya ikut mencari hidup di dalamnya.
Itu adalah pertemuan pertama saya dengannya. Ia bercerita panjang lebar tentang perjalanan hidupnya sambil menikmati durian montong yang mantap rasanya itu. Nama lengkapnya Muhammad Abduh Zulfikar. Sosoknya sederhana. Tampilannya tidak mencolok. Humoris. Dan tentu egaliter. Ia tak canggung bergaul dengan berbagai pihak, meskipun telah menyandang gelar sebagai pengusaha muda yang sukses.
Bapak tiga anak itu kini tinggal di Sewon, Bantul bersama keluarganya. Pergaulannya melintas batas. Konon, ketika menjadi Ketua Umum Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PD IPM) Kota Yogyakarta, ia telah berjejaring dengan banyak dinas di Kota Jogja. Sehingga, pejabat-pejabat pemkot menjadi tamu penting di hari pernikahannya.
Ia memang kader IPM tulen. Mas Zul menjabat sebagai Ketua Bidang Perkaderan PP IPM di periode 2014-2016. Perkaderannya formalnya dimulai sejak menempuh pendidikan di Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta. Sementara itu, perkaderan non formalnya dimulai sejak lahir. Ketika ia dilahirkan dari rahim orang tua yang aktif di Persyarikatan Muhammadiyah.
Biografi Muhammad Abduh Zulfikar
Muhammad Abduh Zulfikar lahir pada 21 September 1991. Ayahnya merupakan guru di Muallimin Yogyakarta yang mengisi waktu luang dengan menjadi petani dan peternak. Sementara ibunya adalah guru TK. Waktu kecil, Mas Zul sering membantu ayahnya mengurus sawah dan sapi. Setiap subuh, ia bertugas untuk memberi makan sepuluh ekor sapi. Setiap pulang sekolah, ia juga membantu menjemur padi di halaman rumah.
Berkat nilai-nilai kedisiplinan yang ditanamkan oleh orang tua, ia tumbuh menjadi pribadi yang berprestasi. Waktu SD, ia belajar di SD Muhammadiyah Miliran Yogyakarta. Salah satu pendiri SD tersebut konon adalah neneknya sendiri yang juga aktif di Aisyiyah.
Namun, tak lama kemudian, ia pindah ke SD Muhammadiyah Gendeng, Gondokusuman, Jogja. Di sekolah tersebut, ia tumbuh menjadi atlit ‘cilik’ Tapak Suci Putera Muhammadiyah. Setelah lulus, ia melanjutkan pendidikan ke Muallimin, tempat ayahnya mengajar. Di Muallimin, ia tak lagi melanjutkan bakat pencak silat.
Mas Zul beralih mendalami tenis meja. Tak tanggung-tanggung, ia berhasil menjuarai kompetisi Pekan Olahraga Santri tingkat Kota Yogyakarta. Ia memiliki satu keyakinan bahwa untuk menjadi orang yang ahli, maka ia harus berlatih setiap hari. Sebelum masuk Muallimin, ia tak pernah memegang bet tenis meja sama sekali. Ia pun tau, ia tak memiliki darah atlit tenis meja. Namun, di situlah menariknya.
Ia ingin membuktikan kepada dirinya sendiri bahwa dengan berlatih setiap hari, ia akan menjadi ahli. Maka, ia terus melatih kemampuannya dalam bermain tenis meja. Meskipun awalnya ia tertinggal jauh dari teman-temannya yang sudah ahli sejak kecil. Puncaknya, ia berhasil menjuarai kompetisi tenis meja tingkat Kota Jogja.
Berangkat dari hal itu, ia menjadi pribadi yang lebih percaya diri. Ia semakin mantap meyakini doktrin man jadda wa jada. Siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil. Kita akan menjadi ahli jika setiap hari berlatih dalam hal itu.
Hal tersebut kemudian ia terapkan ketika menjadi Ketua Umum PD IPM Yogyakarta. Di IPM, ia ingin membangun jejaring yang kuat dengan tokoh-tokoh pejabat di Jogja. Maka, saban hari ia ‘nongkrong’ di berbagai dinas. Hasilnya, berbagai program PD IPM Kota Jogja sering mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah. Salah satu legacy penting yang ia tinggalkan ketika di IPM adalah buku bunga rampai Pelajar Bergerak Menuju Indonesia Berkemajuan.
Filosofi hidup di atas juga digunakan Mas Zul ketika memulai bisnis. Ia menyadari bahwa ia bukan sosok mahasiswa yang moncer ketika berada di dalam kelas. IPnya biasa saja. Namun, ia memiliki keyakinan bahwa jika ia terus mencoba, ia akan mampu membesarkan bisnis yang akan ia bangun. Ia yakin dapat menjadi praktisi bisnis yang baik. Saat itu, ia tengah menempuh pendidikan di Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada.
Riwayat Bisnis
Pada tahun 2014, ia memulai bisnis ternak domba. Awalnya, ia merasa optimis. Sebagai seorang mahasiswa peternakan di kampus terbaik, tak sulit baginya memulai bisnis ternak, minimal secara teori. Namun, realita memang tak selalu sesuai harapan. Setelah beberapa hari memelihara domba, dombanya banyak yang mati. Setelah diselidiki, ia tahu bahwa domba-dombanya mati karena amonia. Keuntungan yang diharapkan masih jauh panggang dari api. Ia kemudian melakukan renovasi kandang.
Pada tahun 2017, ia menyewa kandang yang lebih besar. Saat itu, ia berhasil mendapatkan keuntungan sebesar 80 juta. Ia berhasil menjual sebanyak 350 ekor domba. Setelah itu, ia membangun kandang di Banguntapan, Bantul.
Namun, sekali lagi, perjalanan bisnis adalah perjalanan yang penuh dengan onak dan duri. Setelah mendapatkan keuntungan yang besar, ia justru mendapatkan cobaan yang tak kalah besar. Ia ditipu oleh seorang pembeli dengan nominal 160 juta.
Namun, profilnya tak akan ditulis di sini jika ia patah arang. Ia tak gentar. Filosofi hidup di atas masih ia pegang teguh. Ia berusaha terus menjaga kepercayaan seluruh mitra dan investor. Menariknya, di tahun 2017 pula, Mas Zul justru berhasil mendirikan dan membangun banyak hal. Antara lain PT Madhar Madhava Manggala, Yayasan Kajianmu, dan Jaringan Peternakan Muhammadiyah. Ia menjadi CEO PT Madhar, Ketua Yayasan Kajianmu, dan Ketua Jaringan Peternakan Muhammadiyah.
PT Madhar Mandhava Manggala adalah perusahaan yang bergerak di bidang agro industri kompleks, jasa, dan retail. Menjual berbagai sarana prasarana peternakan, teknologi pertanian, dan pengadaan hewan ternak.
Pada tahun 2020, ia kembali mendirikan perusahaan bernama PT. Setiap Hari Beruntung. PT. Setiap Hari Beruntung berhasil menjual ratusan ekor sapi dan domba di tahun pertama beroperasi.
Satu tahun sebelumnya, bersama dengan beberapa kader muda Muhammadiyah, ia turut mendirikan PT. Litera Cahaya Bangsa. Perusahaan tersebut merupakan induk dari media IBTimes dan beberapa media lain.
Yayasan Kajianmu adalah yayasan yang melakukan gerakan sosial. Yayasan tersebut memberdayakan dan meningkatkan lebih dari seratus ribu micropreneur di DIY. Selain itu, Kajianmu juga fokus dalam pemberdayaan ribuan masjid dan takmirnya di berbagai daerah di DIY. Beberapa program rutinnya antara lain Reresik Masjid, Semarak Subuh, Ambulance Siaga, Jamaah Wirausaha Digital, dan Komunitas Ngangsu Kawruh.
Sementara itu, Jaringan Peternakan Muhammadiyah adalah jaringan yang bertujuan memberikan pola pengelolaan industri. memiliki peningkatan keuntungan, dan peningkatan kemampuan SDM. Jaringan tersebut memberikan jaminan akses pasar melalui kontrak yang saling menguntungkan.
Di internal Muhammadiyah, nama Muhammad Abduh Zulfikar tercatat sebagai anggota Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah. MPM PP Muhammadiyah bertanggung jawab dalam pemberdayaan pertanian terpadu di Indonesia. MPM telah melakukan pembinaan petani dan peternak di Jawa Tengah, DIY, dan beberapa daerah di Sulawesi.
Selain itu, Mas Zul juga menjadi anggota Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah (PP PM). Kini, ia juga terpilih sebagai Ketua Pemuda Tani Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) DIY. Berbagai kesibukannya ini ia jalani agar bisa bermanfaat bagi banyak orang.
Ia berharap bisa terus membuka banyak lapangan pekerjaan. Menurutnya, membantu orang lain melalui lapangan pekerjaan adalah bagian dari ajaran agama.
“Ini kan bagian dari ajaran agama. Kita disuruh untuk menjadi hamba yang bermanfaat bagi orang lain. Kita bisa bantu orang kalau kita punya sumber daya yang besar,” ujar Mas Zul siang itu.
Setelah mendapatkan cerita panjang lebar itu, saya kembali mengambil satu buah durian yang besar. Durian itu kemudian disajikan di nampan oleh petugasnya. Saya dan Mas Zul kembali menikmati durian montong sampai mblenger.