Islam adalah agama dakwah. Agama yang memikulkan kewajiban di atas pundak para pemeluknya untuk menyiarkan atau menyebarluaskan Islam di masyarakat menurut kadar kemampuan masing-masing. Sebagai gerakan Islam, dakwah dan tajdid, Muhammadiyah harus aktif dalam perkembangan masyarakat sesuai syariat Islam seperti pendiri Muhammadiyah Kiai Ahmad Dahlan yang amat prihatin melihat kenyataan masyarakat negeri ini yang hidup dalam kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan.
Ada beragam jenis dakwah yang oleh HM Muchlas Abror disebutkan dalam buku Muhammadiyah Mencerahkan Umat ini. Dakwah bil-hal atau dakwah dengan contoh perbuatan nyata, dakwah pencerahan untuk Mustadh’afin, dakwah menjawab tantangan zaman, dakwah di kalangan remaja, dan dakwah anti kekerasan. Masing-masing dakwah tersebut dijelaskan sesuai dengan target dakwahnya dan dimaksudkan untuk mencapai pembangunan masyarakat sesuai dengan ajaran Islam.
Salah satu dakwah yang menurut penulis buku ini sangat linear dengan zaman globalisasi adalah dakwah dalam menjawab tantangan zaman. Masih banyaknya pengangguran misalnya, mereka tidak bekerja disebabkan banyak faktor. Di antaranya karena sedikitnya lapangan pekerjaan, tidak memenuhi persyaratan yang diminta, cacat tubuh, dan diskriminasi. Belum lagi kondisi para buruh, petani, nelayan yang hidup dengan serba menyedihkan. Tak kalah miris adalah banyaknya penyandang masalah sosial, seperti korban narkoba, korban kekerasan, dan pemerkosaan. Semua itu adalah kaum dlu’afa’ (lemah) dan mustadl’afin (dilemahkan).
Muhammadiyah melalui Pimpinan Persyarikatan ini wajib menyadarkan segenap anggotanya untuk menjawab semua tantangan tersebut secara berencana, baik dan berkelanjutan. Tentunya dilakukan dengan cara yang lembut serta menghadirkan suasana kasih sayang dari hati dan pikiran yang jernih. Dakwah kepada dlu’afa’ dan mustadl’afin yang dapat dilakukan di antaranya: advokasi kebijakan publik yang tidak sensitif dan tidak akomodatif terhadap kepentingan rakyat banyak, upaya serius menuju kedaulatan pangan, pemberdayaan pelaku usaha sektor informal sebagai alternatif kegiatan ekonomi bagi si miskin, pemberdayaan difabel, dan pemberdayaan kaum buruh baik yang migran ataupun yang bekerja di dalam negeri.
Selain menjelaskan beragam jenis dakwah Muhammadiyah dalam visi pencerahan, penulis buku ini juga menghadirkan gagasan baru tentang strategi yang dapat dilakukan untuk meneguhkan anggota Muhammadiyah, sikap dan etika politik ber-Muhammadiyah, sikap-sikap dalam musyawarah pelaksanaan Muktamar Muhammadiyah, kontribusi Muhammadiyah di tengah masyarakat, dan  pencerahan Muhammadiyah dengan cara kasih dan damai.
Bahkan, penulis buku ini juga menghubungkan Ramadhan dengan kemerdekaan, setelah melihat sejarah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 yang ketika itu sedang dalam bulan puasa, seperti tertulis oleh Bung Hatta dalam bukunya, Sekitar Proklamasi.
Buku dengan ketebalan 271 halaman ini berisi referensi aktif yang selalu relevan bagi siapa saja dan kapan saja yang ingin mengenal Islam, mengenal Muhammadiyah, dan mengetahui strategi apa saja yang dapat dilakukan dalam menghadapi tantangan zaman globalisasi saat ini. Tentunya, sesuai dengan ideologi dari pendiri Muhammadiyah, Kiai Ahmad Dahlan, yang sudah pasti sejalan dengan ajaran Islam. (Redaksi)
Editor: Arif