Perspektif

Living Value Education sebagai Penangkal Bullying

1 Mins read

Oleh: Hadiatul Hikmah

Lagi-lagi kekerasan hanyalah fenemona gunung es yang tak ada henti hentinya. Kasus kali ini menjadi tranding topik, yaitu bullying. Sebenarnya, kasus ini bukanlah kasus baru namun 22 tahun sejak saya SD ternyata sampai saat ini mash menjadi akar masalah.

Bukan hanya saya pastinya. Saya yakin semuanya pernah menjadi pelaku, korban ataupun penonton dari kasus bullying. Contoh saya menjadi penonton teman saya yang sedang di-bully habis-habisan. Kerudungnya dicopot, sepatunya disembunyikan, diberikan nama julukan yang aneh. Namun, saat itu tak sempat terfikirkan untuk melaporkan kepada guru. Begitu pula pelaku saya yakin setingkat anak SD belum terfikirkan dampak bullying bagi korban.

Bagi pelaku, banyak yang melatarbelakangi mereka untuk melakukan bully. Bisa karena orang tua yang suka bertengkar, saudara, lingkungan atau bahkan guru yang suka berbuat kasar. Menurut data KPAI, kasus bullying yang terlaporkan di 2019 37 kasus. Bukan hanya bullying terhadap sesama teman, bahkan pada tahun 2018 di Gresik pernah terjadi bullying terhadap seorang guru yang direkam video kemudian menjadi viral.

Hal utama yang perlu dicermati adalah bagaimana menerapakan nilai dalam diri seorang anak. Kembali ke peran orang tua dan guru. Orang tua dan guru adalah iklan utama di lingkungan intern untuk anak. Lingkungan ekstern adalah kehidupan di luar intern anak, kehidupan di sekitar anak baik lingkungan bermain bersama teman temanya atau media televisi atau media sosial yang dapat memicu anak untuk menirukan perilakunya.

Living value educatian (pendidikan nilai dalam kehidupan) menjadi pokok untuk menjadikan pribadi anak sebagai sosok yang memiliki nilai kemanusiaan. Nilai agama yang ditanamkan, misalnya, rahmatan lil alamin. Bagaimana seorang anak bisa berkasih sayang dengan keluarga, guru, dan temanya. Nilai kedamaian, cinta, tegang rasa, welas asih, dan bertanggung jawab wajib dimiliki oleh si anak. Sebagai penangkal dari kejahatan bullying.

Untuk memusnahkan cyber bullying memang harus dicari akar permasalahan. Bukan membuang masalah begitu saja, sehingga suatu saat dapat muncul kembali ke permukaan. Bagi pelaku wajib dicari penyebabnya dalam melakukan bullying sampai ke akar akarnya. Bagi korban orang tua, sekolah dan teman teman wajib ikut memulihkan traumanya dengan cara merangkul agar timbul kepercayaan dirinya.

Baca Juga  Kenduri Jirat: Tradisi Syawal Masyarakat Aceh
*) Ketua Bidang Kemasyarakatan PWNA Jawa Timur

Editor: Arif

Avatar
1005 posts

About author
IBTimes.ID - Cerdas Berislam. Media Islam Wasathiyah yang mencerahkan
Articles
Related posts
Perspektif

Fenomena Over Branding Institusi Pendidikan, Muhammadiyah Perlu Hati-hati!

4 Mins read
Seiring dengan perkembangan zaman, institusi pendidikan di Indonesia terus bertransformasi. Arus globalisasi tentu memainkan peran penting dalam menentukan kebutuhan pendidikan di era…
Perspektif

Hakim, Undang-Undang, dan Hukum Progresif

3 Mins read
Putusan hakim idealnya mengandung aspek kepastian, keadilan, dan kemanfaatan. Dalam implementasinya tidak mudah untuk mensinergikan ketiga aspek tersebut, terutama antara aspek kepastian…
Perspektif

11 Kategori Pengkritik Jurnal Terindeks Scopus, Kamu yang Mana?

2 Mins read
Dalam amatan penulis, ada beberapa kategori pengkritik jurnal terindeks scopus. Dalam tulisan ini, setidaknya ada 11 kategori yang saya temui. Berikut ulasan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *