Indonesia memiliki beberapa elemen yang menjaga persatuan bangsa lewat berbagai amal usahanya. Salah satunya ialah Persyarikatan Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) yang turut membangun bangsa sejak sebelum kemerdekaan. Kedua organisasi ini bukan hanya bergerak dalam hal keagamaan saja, namun menjadi garda terdepan dalam hal pendidikan, kemanusiaan, serta kebangsaan guna mewujudkan umat terbaik. Maka tidak heran tokoh-tokoh dari Muhammadiyah dan NU sering mengisi berbagai sektor dan berpengaruh dalam setiap bidang, khususnya yang berdampak pada masyarakat secara langsung.
Pesan Buya Syafi’i, Penyejuk Bangsa
Di antara tokoh-tokoh yang ada selama ini dan menjadi panutan atas berbagai wejangannya adalah Ahmad Syafi’i Ma’arif, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah (2000 – 2005). Pria yang akrab disapa Buya ini menjadi salah satu tokoh bangsa yang selalu memberikan kesejukan melalui perkataannya. Karenanya, Buya Syafi’i patut kita sebut sebagai tokoh kebangsaan.
Peraih penghargaan Ramon Magsaysay dari pemerintah Filipina tahun 2008 ini pada hari ini (5/1) menuliskan suatu pesan yang amat sangat menentramkan hati, dikala bangsa masih carut-marut dengan berbagai permasalahan yang mendera.
Tulisan di Kompas tersebut berisi 12 pesan yang sangat mendalam bagi seluruh bangsa, dengan menyebut generasi baru Muhammadiyah dan NU harus berpikir besar, saling membantu, dan saling berbagi. Tentunya pesan yang sarat makna tersebut secara umum tertuju untuk kita semua bangsa Indonesia, di mana negeri ini sedang dalam kesusahan sehingga seluruh elemen harus bahu membahu dan ber-ta’awun dalam kebaikan.
Oleh karena itu, sesungguhnya di masa yang sulit ini seharusnya kita tidak saling menyalahkan namun saling memberi agar bangsa segera bangkit dari permasalahan.
Pesan Haedar Nashir, Penyejuk Hati agar Hati-hati
Di sisi lain, Prof. Haedar Nashir, Ketua Umum PP Muhammadiyah, memberikan pesan yang cukup mendalam bagi masyarakat, khususnya warga Muhammadiyah. Dengan mengingatkan agar tetap taat protokol kesehatan, Pak Haedar mengajak kita semua untuk turut menolong bangsa dengan tidak mengadakan kegiatan yang menimbulkan kerumunan.
“Bila kita memaksakan diri dan ceroboh, dampaknya bukan untuk diri sendiri tetapi juga bagi orang lain,” ucap Haedar Nashir. Ia menandakan bahwa masih banyak masyarakat yang mengabaikan pandemi ini, sehingga abai dan lengah terhadap ancaman virus.
“Bila tidak dapat memberi solusi, maka jangan menambah masalah semakin berat dan beresiko tinggi.” Setidaknya kita jangan menjadi sumber permasalahan. Oleh sebab itu, pesan yang sangat mendalam ini haruslah dipahami dan diikuti, bukan malah diacuhkan demi keinginan diri sendiri. Jika kita ingat, sudah berkali-kali Pak Haedar mengingatkan kita semua, namun nampaknya masih banyak yang cuek dan tak menghiraukan bahkan menganggap virus ini hanya konspirasi belaka.
Menuju Umat Terbaik dengan Menjadi Uswah Hasanah
Dari kedua tokoh Persyarikatan di atas, ia merupakan sebagian kecil dengan pesan besar dan mendalam dari seorang tokoh bangsa. Muhammadiyah telah memberikan berbagai hal yang dimiliki serta konsisten dalam menghadapi pandemi, tentunya merupakan suatu uswah hasanah bagi negeri.
Muhammadiyah tidak sibuk mencari kedudukan di kala masyarakat masih dalam penderitaan, tetapi Muhammadiyah menyibukkan diri dengan memberi teladan dan juga tindakan nyata untuk negeri. Harapan Pak Haedar ialah agar kita semua khususnya warga Persyarikatan agar menahan diri dan menjadi suri teladan bagi masyarakat luas sebagai wujud ihsan.
Maka apa yang telah disampaikan Pak Haedar tersebut, seperti yang dikatakan oleh KH. Ahmad Dahlan, “Teladan yang baik adalah khotbah yang jitu,” kuncinya adalah keteladanan. Rasulullah dalam dakwahnya juga melalui teladan, sebagaimana yang kita ketahui, pada diri Nabi Muhammad saw. terdapat sebuah uswah hasanah yang luar biasa. Warga Muhammadiyah sebagai pengikut Kanjeng Nabi, meneladani beliau adalah suatu keharusan. Nabi Muhammad merupakan suri tauladan dan role model bagi umatnya.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu uswatun hasanah (suri teladan yang baik) bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzaab: 21).
Ketika kita menginginkan syafaatnya, maka haruslah kita meneladani sifat Rasulullah, selain bershalawat kepadanya. Apalagi nama Muhammadiyah mengandung nama (nisbah) Rasulullah di sana, jadi sudah pastilah tingkah laku dan ucap warganya mencontoh yang dilakukan oleh Rasulullah.
Uswah Hasanah, Sarana Menuju Umat Terbaik
Dalam Surat Ali Imran ayat 110, Allah ta’ala berfirman,
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. 3:110)
“Bukankah warga Muhammadiyah ingin menjadi Khaira Ummah?” tutup Pak Haedar Nashir dengan sebuah pertanyaan. Tentunya pertanyaan itu diperuntukan bagi kita, warga Persyarikatan. Menjadi umat terbaik dengan menjadi teladan bagi sekitar, memang bangsa kita butuh keteladanan dalam kebaikan, terutama di masa pandemi.
Maka Muhammadiyah sebagai Persyarikatan yang konsisten melawan Covid-19, juga dibarengi dengan contoh serta aksi nyata. Mentaati protokol pencegahan dan pengendalian Covid-19, merupakan edukasi yang jitu dalam membantu mengurangi rantai penyebaran virus.
Khaira ummah (umat terbaik) bukan hanya diwujudkan dari ibadah (hablum minallah) saja, namun juga hubungan baik dengan sekitarnya (hablum minannas dan hablum minal alam). Sehingga apa yang disampaikan Pak Haedar haruslah kita maknai dengan luas, ada nilai keagamaan, kemanusiaan, dan alam.
Ketika kita mampu menerapkannya dalam kehidupan, maka umat terbaik itu akan terwujud, dan dapat menjadi rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil alamin) sebagai manifestasi dari ajaran Islam.
***
Oleh karena itu, apa yang telah dipesankan kedua tokoh Muhammadiyah tersebut merupakan pesan yang sarat makna yang sesuai dengan ajaran Islam. Merawat keutuhan bangsa dengan memberi, serta berta’awun dalam kebaikan adalah cara yang tepat untuk kita lakukan sebagai generasi bangsa.
Hendaklah kita meningkatkan sumbangsih serta lebih banyak berlomba dalam kebaikan (fastabiqul khoirot) untuk negeri tercinta. Setidaknya jika tidak dapat memberi solusi, kita tidak menjadi bagian serta menambah permasalahan. Ini sesuai dengan konsep hadirnya Muhammadiyah sebagai persyarikatan yang banyak berkontribusi bagi bangsa, dengan semangat teologi Al-Ma’un sebagai landasan pokok pergerakan.
Terima kasih kepada ayahanda Buya Syafi’i dan Pak Haedar atas pesannya yang menjadi suluh bagi bangsa yang tengah dilanda berbagai masalah. Serta sebagai pengingat kami yang kadang masih lengah di tengah wabah.
Muhammadiyah yang selalu mengedepankan integritas dan kualitas, berjuang demi terwujudnya “izzul Islam wal muslimun”, maka sudah pastilah kita sebagai bagian darinya turut serta menerapkannya dalam kehidupan. Sehingga apa yang dicita-citakan Muhammadiyah dapat terwujud, membawa Islam sebagai agama yang berkemajuan yang memberikan pencerahan, serta membawa kemajuan bagi bangsa dan negara.
Editor: Shidqi Mukhtasor