Perspektif

Nahdlatul Ulama (NU) dan Penggerak NU: Belajar dari Sifat Dasar Lebah

2 Mins read

Nahdlatul Ulama (NU) adalah salah satu organisasi keagamaan terbesar di Indonesia. Didirikan pada tahun 1926, NU telah berdiri selama hampir satu abad. Dalam versi hijriah, dua hari ke depan, NU bahkan sudah genap berusia 100 tahun. Dalam rentang waktu tersebut, NU telah berperan penting dalam membentuk dan menjaga kebudayaan dan nilai-nilai Islam di Indonesia.

Mendigdayakan NU menjemput abad kedua adalah sebuah harapan untuk memperkuat dan memperbaharui peran NU dalam masyarakat Indonesia. Hal ini sangat penting mengingat tantangan-tantangan yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia saat ini, seperti polarisasi, radikalisme, dan globalisasi.

Untuk merealisasikan cita-cita itu tentu butuh perngakat yang sehat. Ibarat sebuah kendaraan, segala sesuatunya seperti onderdil dicek, barangkali ada onderdil yang lapuk dan perlu dibersihkan atau diganti. Intinya bersih-bersih dan cek-recek sebelum melaju jauh pada abad kedua. Selain itu NU membutuhkan tenaga para penggerak yang kuat dan tangguh untuk memimpin organisasi ini menuju keberhasilan. Sebagai organisasi yang bertugas untuk memperkenalkan dan mempromosikan ajaran Islam dengan segala perangkat tradisi yang sebelumnya sudah ada, NU memiliki tanggung jawab besar untuk menjalankan misinya.

Menurut pemikiran Hadratussyaikh, agar NU dapat mencapai kejayaan, kita semua harus konsisten dalam mengikuti dan mematuhi Qonun Asasi Jamiyyah. Kita harus siap untuk menanggung kesulitan material, kerugian harta, dan beban personal demi mencapai tujuan NU. Seperti para mujahid yang siap berperang demi agama, orang yang selalu berpuasa, atau individu yang menanggung hidup para janda dan fakir miskin.

Selain daripada itu, menurut penulis yang tak kalah pentingnya adalah spirit berjuang atau penggerak dalam jiwa nahdliyyin itu sendiri. Memimjam teori dalam ilmu pendidikan “Ruh al-Ustadzi afdhol min ath-thoriqah wal mawadd”, jika digeser dalam konteks gerakan kira-kira bermakna “Semangat ber-NU lebih dulu justru yang paling utama daripada beragam program-program besar beserta perangkatnya”. Tentu peminjaman kaidah ini tidak bermaksud mengkerdilkan unsur lain dan mengungulkan ungsur lainnya, namun dengan jiwa penggerak dan semngat ber-NU yang tinggi dapat menopang program-program besar yang ada, ditambah dengan perangkat-perangkat lain-nya.

Baca Juga  Kenapa Kedatangan Timnas Israel di Indonesia Perlu Ditolak?

Meneladani Sifat Dasar Lebah

Para penggerak di Nahdlatul Ulama (NU) adalah individu-individu yang mestinya memiliki sifat dan kepribadian seperti lebah. Kita tahu, lebah adalah satu hewan yang dikenal memiliki kemampuan untuk bekerja keras, berkoordinasi dengan baik, dan bertanggung jawab terhadap tugas mereka.

Pertama, Lebah dikenal memiliki etos kerja tinggi. Para penggerak di NU diharapkan memiliki semangat kerja yang tinggi. Mereka memahami betul bahwa sukses NU tergantung pada usaha dan kerja keras mereka. Oleh karena itu, mereka selalu berusaha untuk mempertahankan semangat dan antusiasme mereka dalam berjam’iyyah.

Kedua, seperti lebah, para penggerak di NU memiliki kemampuan untuk bekerja sama dan berkoordinasi dengan baik. Mereka memahami bahwa keberhasilan NU tidak dapat dicapai melalui usaha individual, melainkan melalui kerja sama dan kolaborasi yang baik. Maka, mereka selalu berusaha untuk bekerja sama dan memastikan bahwa setiap tugas dapat dikerjakan dengan efisien.

Ketiga, sebagaimana lebah, para penggerak di NU memiliki tanggung jawab yang tinggi terhadap tugas mereka. Mereka memahami bahwa mereka memiliki tugas besar untuk memimpin NU menuju kejayaan. Oleh karena itu, mereka selalu berusaha untuk menunjukkan komitmen dan tanggung jawab yang tinggi terhadap tugas yang diberikan kepada mereka.

Keempat, layaknya lebah, para penggerak di NU memiliki visi dan misi yang jelas. Mereka memahami tujuan NU dan selalu berusaha untuk memastikan bahwa setiap tindakan yang diambil sesuai dengan visi dan misi NU. Ini memastikan bahwa setiap tindakan yang diambil membawa NU menuju kejayaan.

Terakhir, lebah selalu satu komando dengan tidak perneh terlihat bercerai berai. Penggerak NU atau warga nahdliyyin harus sato kamondo, solid terhadap visi misi ketuanya (dalam hal ini ketua tanfidziyah dan rais aam-nya) senyampang sesuai dengan kemaslahatan berbangsa dan beragama.

Baca Juga  Kuatkan Kapasitas Think Tank, Maarif Institute & P3M Gelar Pelatihan

Secara keseluruhan, para penggerak di NU memiliki sifat dan kepribadian seperti lebah yang membuat mereka mampu memimpin NU menuju kejayaan. Kombinasi semangat kerja yang tinggi, kemampuan bekerja sama dan berkoordinasi, tanggung jawab yang tinggi terhadap tugas, dan visi dan misi yang jelas, membuat mereka mampu memimpin NU menuju kebangkitan baru dalam memasuki abad kedua.

Editor: Yahya

Muhammad Fauzinuddin Faiz
3 posts

About author
Dosen UIN Kiai Haji Achmad Shiddiq & Ketua Lembaga Informasi, Komunikasi dan Publikasi Nahdlatul Ulama
Articles
Related posts
Perspektif

Fenomena Over Branding Institusi Pendidikan, Muhammadiyah Perlu Hati-hati!

4 Mins read
Seiring dengan perkembangan zaman, institusi pendidikan di Indonesia terus bertransformasi. Arus globalisasi tentu memainkan peran penting dalam menentukan kebutuhan pendidikan di era…
Perspektif

Hakim, Undang-Undang, dan Hukum Progresif

3 Mins read
Putusan hakim idealnya mengandung aspek kepastian, keadilan, dan kemanfaatan. Dalam implementasinya tidak mudah untuk mensinergikan ketiga aspek tersebut, terutama antara aspek kepastian…
Perspektif

11 Kategori Pengkritik Jurnal Terindeks Scopus, Kamu yang Mana?

2 Mins read
Dalam amatan penulis, ada beberapa kategori pengkritik jurnal terindeks scopus. Dalam tulisan ini, setidaknya ada 11 kategori yang saya temui. Berikut ulasan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *