Profil Ning Imaz Fatimatuz Zahra
Ning Imaz Fatimatuz Zahra atau akrab disapa dengan panggilan Ning Imaz tak lain cucu dari Syekh Ihsan Muhammad Dahlan Al-Jampasy pengarang kitab Siraj ath-Thalibin. Ning Imaz menjadi putri pertama dari pasangan almaghfurlah KH. Abdul Khaliq Ridwan dan Nyai Hj. Eeng Sukaenah. Kedua orang tuanya merupakan Pengasuh Pondok Pesantren Putri Al-Ihsan Lirboyo, Kediri, Jawa Timur.
Lahir dan tumbuh di lingkungan pesantren membentuk Ning Imaz menjadi figur yang aktif berdakwah di media sosial seperti Instagram, Twitter, Youtube, dan sebagainya. Dirinya kerap diundang sebagai pembicara maupun pemateri dalam acara atau webinar seputar pendidikan dan perempuan. Di samping aktif sebagai pengajar di pesantren, Ning Imaz juga tengah menyelesaikan pendidikan sarjana di Institut Agama Islam Tribakti Lirboyo Kediri.
Ilmu dan Ruang Diskusi
Kecintaannya dalam belajar, menggiring istri dari Pengasuh Pondok Pesantren Mambaul Hikmah Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah, Gus Rifqil Muslim Suyuthi menjadi seorang hafizah dan ahli fikih. Ketekunannya tampak sejak Ning Imaz duduk di bangku Tsanawiyyah atau setara dengan bangku SMP.
Ia turut berperan dalam ruang diskusi untuk menjawab persoalan umat seperti bahtsul masail. Sebuah wadah yang membidik dirinya pertama kali untuk berani menyampaikan aspirasi, memiliki kesanggupan untuk berfikir kritis dan kemauan untuk mengoreksi diri. Forum diskusi keilmuan Islam ini memikat batinnya dan memiliki tempat tersendiri di hatinya.
Dakwah yang dibawakan ning Imaz selalu menenangkan, membawa perasaan positif, dan berterima. Ning Imaz sangat mendorong perempuan untuk mandiri secara emosional dan intelektual. Mandiri secara emosional dimaksudkan agar perempuan tidak mudah terbawa perasaan. Tidak kalah dengan emosi, gengsi, maupun ambisi. Sedangkan mandiri secara intelektual yaitu perempuan yang memiliki ilmu untuk membentuk kehidupan, bukan untuk kedudukan maupun kesejahteraan. Memiliki pengetahuan untuk mendidik diri, membangun karakter, mengatur perilaku dan membentuk kepribadian yang baik. Perempuan yang terdidik pribadinya akan membangun dan mengangkat kehidupan orang lain.
Mentalitas Seorang Ratu
Bagi Ning Imaz, seorang ratu adalah wanita yang percaya diri dan tidak membutuhkan persetujuan orang lain atas hidupnya. Tidak bergantung dengan mencoba menyenangkan semua orang. Tetapi menciptakan jenis kehidupan yang dia inginkan sesuai dengan prinsip dan keyakinan yang dimiliki. Seorang ratu mengetahui nilai dirinya tidak ditentukan pada pakaian-pakaian yang ia dikenakan, melainkan dari kebaikan hati, keteguhan iman, serta peran yang bisa ia berikan untuk kemaslahatan bersama.
Dalam satu kesempatan, Ning Imaz mengutarakan bahwa perempuan memang cenderung lebih emosional dibanding rasional. Tetapi di lain kesempatan, Ning Imaz juga memaparkan bahwa: karena perempuan terbiasa melibatkan emosi, ia akan mahir mengelolanya. Maka ketika terjadi guncangan hebat, ia mampu lebih kuat dan rasional dalam bertindak maupun mengambil kuputusan. Kemampuan seperti ini hanya dimiliki oleh perempuan-perempuan yang bersedia untuk tumbuh dan belajar dari kehidupan.
Pengalaman dalam hidup membawa Ning Imaz untuk mengajak perempuan menjadi perempuan dengan mentalitas seorang ratu. Perempuan kuat yang tidak takut mengambil risiko, tidak takut untuk keluar dari zona nyaman dan mencoba hal baru. Menjadi perempuan yang selalu mencoba untuk mengembangkan dirinya, perempuan yang menyukai belajar dan haus dengan pengetahuan baru.
Tidak bisa dipungkiri bahwa kesejahteraan generasi muda lebih banyak bergantung pada kaum perempuan (ibu). Perempuan memegang kendali penuh atas pendidikan mereka. Oleh karenanya, kaum perempuan harus diupayakan menjadi pribadi yang terhormat, berkedudukan, terpelajar, dan berkepribadian serta berakhlak baik. Menurutnya, wibawa perempuan tidak ditentukan dari gaya hidupnya melainkan dari isi kepalanya.
***
Di salah satu ruang diskusi perempuan, Ning Imaz pernah menuturkan bahwa perempuan hendaknya bersedia menerima kesederhanaan dirinya dan kesederhanaan yang diberikan kepadanya. Kelak akan ada harga diri yang tercermin padanya, ada semacam perisai kekuatan di sekitarnya, serta rasa hormat pada diri sendiri beserta kepercayaan dirinya menjadi prinsip dari segala tindakannya. Sebab dunia ini membutuhkan perempuan-perempuan yang kuat, yang akan mencintai dan dicintai.
Ning Imaz berharap bahwa perempuan mampu mencintai dan menerima diri sendiri. Menjadi perempuan yang tidak takut untuk berdiri sendiri atau takut terhadap siapapun yang pergi. Perempuan yang tidak peduli dengan perkataan orang, tidak mengharapkan simpati dari orang lain dan tidak peduli orang lain menyukainya atau tidak. Perempuan yang menikmati hidup dan jatuh cinta dengan semua yang telah dilakukannya tanpa ada waktu untuk megurusi hidup orang lain.
Pesan Ning Imaz kepada perempuan yaitu sebagai perempuan hendaknya mampu berinvestasi pada diri sendiri dalam hal memperbaiki diri dan berusaha memiliki ilmu. Aktualisasi diri perempuan dibutuhkan untuk menghasilkan hidup yang signifikan tetapi tidak melupakan kodrat yang harus dijaga. Seperti penjagaan terhadap marwah, izzah, dan iffahnya. Serta kesediaannya untuk terus berperan sesuai kiprahnya sebagai seorang anak, istri, ataupun ibu.
Editor: Yahya