Akhlak

Nu’aiman: Sahabat yang Sering Membuat Rasulullah Tertawa

3 Mins read

Rasulullah saw dalam perjalanan hidupnya bersama para sahabat memang penuh dengan suka dan duka. Ada kalanya mereka merasakan lelah dan kerasnya berperang, kadang pula Rasulullah Saw dan para sahabat merasa terhibur karena berbagai macam hal. Hiburan yang datang kerap kali berasal dari sesuatu yang tidak terduga, salah satunya adalah kelakuan sahabat yang bernama Nu’aiman yang terkenal suka melawak dan jahil.

Kisah tentang Nuaiman ini termaktub dalam syarah “Ihya Ulumuddin” karangan Imam Al-Ghazali.

Nu’aiman bin Amru bin Rafa’ah

Nu’aiman bin Amru bin Rafa’ah adalah salah seorang sahabat Nabi yang merupakan penduduk Madinah dari kalangan kaum Anshar. Nu’aiman juga seorang mujahid dan ia merupakan Ashabul Badr karena ikut terlibat dalam perang badar bersama Rasulullah dan para sahabat yang lainnya.

Namun malangnya Nu’aiman pernah menjadi seorang pemabuk yang ketagihan arak semasa zaman Rasulullah Saw. Akibat kelakuannya ia dipanggil Rasulullah Saw, berkata Rasulullah kepada Nuaiman “Apa yang engkau lakukan wahai Nuaiman?” Kemudian Nuaiman menjawab “Saya meminum-minuman keras wahai Rasulullah”.

Mendengar jawaban itu Rasulullah mencambuk Nuaiman dan ia akhirnya meminta maaf dan ingin bertaubat. Tetapi dikemudian hari Nu’aiman ketahuan lagi meminum-minuman keras sehingga Rasulullah mencambuk lagi.

Melihat kejadian itu sebagian para sahabat juga ikut memukul. Juga sebagian sahabat mengatakan “Semoga Allah melaknat Nuaiman karena memainkan Rasulullah Saw”, mendengar perkataan itu maka Rasulullah Saw berkata “Jangan kamu laknat Nuaiman, karena dia cinta dengan Allah dan Rasulnya.”

Tingkah Laku Nu’aiman

Dalam riwayatnya Ibn Majah menceritakan suatu ketika Sayyidina Abu Bakr as Siddiq mengajak dua sabahat Rasulullah Saw untuk berniaga di Busra dengan rombongannya. Sesampainya di Busra masing-masing mendapatkan tugas dari Sayyidina Abu Bakr kecuali Nu’aiman.

Baca Juga  Islam Emang Membolehkan Bercanda, Ya?

Sementara itu, Suwaibith yang dikenal dengan senantiasa selalu menjaga amanah, maka ia ditugaskan Sayyidina Abu Bakar as Siddiq untuk menjaga makanan. Satu ketika menjelang siang Nu’aiman yang mulai kelaparan meminta jatah makanan kepada Suwaibith.

Suwaibith yang amanah menjalankan tugasnya memberitahu Nu’aiman bahwa dia akan mengeluarkan bekalan makanan tersebut ketika Sayyidina Abu Bakat telah tiba ditempat mereka.

Mendengar itu Nu’aiman jengkel dan ia berkata; “Sungguh aku akan membuat engkau marah wahai Suwaibith!

Ketika itu tibalah sekelompok kafilah disekitar mereka. Nu’aiman mengambil kesempatan dengan bertanya kepada mereka. Apakah kalian mau membeli hamba sahaya yang tangkas dan pandai bicara?

Kemudian kafilah tersebut setuju untuk membeli hamba sahaya dari Nu’aiman seharga 10 unta dan Nuaiman berpesan bahwa hamba sahaya yang dijualnya memiliki aib dan ia akan berkata “Saya orang merdeka (bukan hamba sahaya)”. Apabila dia berkata demikian, acuhkan saja dan jangan dengarkan omongannya.

Lantas mereka pun mendatangi Suwaibith dan berkata; “Kami telah membelimu! Kemudian Suwaibit terkejut dan berkata “Dia (Nu’aiman) pembohong, saya adalah seorang lelaki yang merdeka”, Kemudian mereka berkata; “Dia telah mengabarkan kepada kami bahwa kamu akan bilang seperti itu. Mereka mengikatkan tali keleher Suwaibith dan membawanya pergi.

Ketika Sayyidina Abu Bakar datang dan beliau terkejut Suwaibith tidak ada, kemudian dengan polosnya Nu’aiman berkata kepada Sayyidina Abu Bakar bahwa Suwaibith sudah dijual oleh dirinya. Mendengar perkataan itu Sayyidina Abu Bakar dan para sahabatnya pergi menemui kafilah dan menjelaskan kondisi yang sebenarnya lantas mengembalikan seharga 10 unta untuk mengambil Suwaibith kembali.

Sahabat yang Membuat Rasulullah Tertawa

Sesampainya di Madinah Sayyidina Abu Bakar as Siddiq menceritakan peristiwa tadi kepada Rasulullah Saw. Alih-alih marah kepada sahabat Nu’aiman, baginda Rasul malah tertawa sehingga nampak gigi geraham Rasul setelah mendengar peristiwa itu.

Baca Juga  Taubat Sebagai Kebutuhan Hidup, Kenapa Nggak?

Nu’aiman adalah pembawa kegembiraan. Mungkin karena itu, Rasulullah Saw pernah berkata; “Nu’aiman akan masuk surga sambil tertawa, karena ia sering membuatku tertawa.”

Cerita tentang Nu’aiman menyegarkan ingatan kita bahwa Rasulullah adalah pribadi yang sangat ceria, suka tertawa, bercanda, dan tidak melulu bersikap formal atau resmi. Namun sayangnya, riwayat-riwayat tentang sisi manusiawi ini jarang diedarkan.

Kemudian minimnya cerita semacam itu barangkali ikut bertanggung jawab atas meruaknya sikap keberagaman yang kaku. Sebagai umat Rasulullah Saw, kita berhasrat meneladaninya secara penuh dengan meningalkan sesuatu yang ia benci dan berusaha menyukai apa saja yang ia senangi. Mulai warna pakaiannya, jenis makanannya, cara makannya, berjalan bahkan sampai posisi tidurnya.

Tapi kita sering melupakan sikap lapang dada dan humorisnya. Hingga akhirnya jadilah kita sedikit-sedikit merasa dihina, dilecehkan, lalu murka, dan berteriak-teriak.

Nabi yang Suka Tersenyum

Padahal jika Nabi bersikap demikian, tentulah seorang Nu’aiman akan segan bertingkah konyol kepada beliau. Seperti suatu hari ketika Nu’aiman dikabarkan sakit mata, lantas Rasulullah Saw menengoknya. Ternyata Rasulullah Saw melihat Nu’aiman sedang asyik memakan kurma.

Melihat itu kemudian Rasulullah Saw bertanya “Apa boleh makan kurma, matamu kan sedang sakit?” kemudian dengan santainya Nu’aiman menjawab; “Saya mengunyah dari arah mata yang tidak sakit.” Mendengar jawaban itu Rasulullah Saw kembali tersenyum dan tertawa untuk kesekian kalinya.

Rasulullah Saw dijuluki “bassam”, orang yang wajahnya suka tersenyum. Ia amat sangat jarang merengut apalagi bersungut-sungut. Ia tidak menyukai pertengkaran atau gemar menantang orang ber-muhabalah untuk meyakinkan orang tentang keunggulan argumennya.

Salah satu tuntunan umum dalam Islam adalah hendaknya seseorang tampil dengan wajah ceria ketika berhadapan dengan orang lain. Rasulullah Saw menyebut bahwa tersenyum kepada orang lain adalah bentuk sedeqah. Kemudian dalam hadis lain juga Rasulullah Saw pernah berkata, “Orang yang tidak bergembira dan tidak membuat orang lain gembira adalah orang yang tidak memiliki kebaikan.”

Editor: Nabhan

Baca Juga  Belajar dari Rumah dan Adab Penuntut Ilmu
Related posts
Akhlak

Mentalitas Orang yang Beriman

3 Mins read
Hampir semua orang ingin menjadi pribadi yang merdeka dan berdaulat. Mereka ingin memegang kendali penuh atas diri, tanpa intervensi dan ketakutan atas…
Akhlak

Solusi Islam untuk Atasi FOPO

2 Mins read
Pernahkan kalian merasa khawatir atau muncul perasaan takut karena kehilangan atau ketinggalan sesuatu yang penting dan menyenangkan yang sedang tren? Jika iya,…
Akhlak

Akhlak dan Adab Kepada Tetangga dalam Islam

3 Mins read
Rasulullah Saw bersabda dalam sebuah hadis berikut ini: مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds